User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Pasangan Martir

Kekudusan seperti halnya kebahagiaan, juga harus dikejar dan diraih melalui karya dan kehidupan kita sehari-hari. Konsili Vatikan Kedua menyatakan, “Semua yang beriman kepada Kristus, apapun tingkat atau statusnya, dipanggil kepada kepenuhan hidup Kristen dan kepada kepenuhan cinta kasih.” Dalam sejarah Gereja kita dapat menemukan banyak teladan kekudusan. Antara lain yang ditunjukkan oleh pasangan suami-istri yang meraih mahkota kebahagiaan surgawi bersama-sama, bahkan sampai harus menumpahkan darah demi iman mereka kepada Kristus. Pernahkah Anda mendengar kisah tentang S. Krisantus dan S. Dana atau S. Yulianus dan S. Basilissa?

S. Krisantus hidup dalam abad ketiga dan menjadi Katolik yang saleh. Ayahnya sangat tidak senang dan berusaha terus untuk menjadikan Krisantus murtad lewat bantuan seorang dukun wanita kafir bernama Dana. Tetapi selanjutnya dikisahkan bahwa Dana justru bertobat dan kedua orang tersebut saling jatuh cinta kemudian menikah. Karena mempertobatkan banyak orang Roma yang kafir menjadi Kristen, S. Krisantus dan S. Dana akhirnya dijatuhi hukuman mati demi Kristus. Keduanya hidup suci bagi Allah sebagai suami istri dan mencapai mahkota kemartiran bersama-sama. Setelah ditangkap, ditahan, disiksa dan dengan cara dilempari batu, mereka dikubur hidup-hidup di Roma. Peringatannya kita rayakan pada tanggal 25 Oktober.

S. Yulianus dan S. Basilissa merupakan pasangan suami istri yang hidup pada permulaan abad keempat, mereka mengubah rumah mereka yang luas dan besar bergaya Mesir menjadi sebuah rumah sakit untuk merawat orang-orang sakit dan miskin. Karena mengabdikan diri untuk menolong sesamanya dan melayani Allah, mereka berdua menderita kemartiran oleh orang-orang kafir pada masa itu.

S. Margaret Clitherow adalah seorang wanita martir yang bersama dengan 39 orang martir dan Inggris digelari kudus oleh Paus Paulus VI pada tahun 1973. Mereka meninggal selama penganiayaan terhadap orang-orang Katolik pada abad 16 dan 17 di Inggris. Teladan S. Margaret yang sangat berharga ialah bahwa ia selalu mengumpulkan tiga anaknya setiap malam untuk berdoa bersama dan membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan Allah. Meskipun bukan seorang Katolik, suaminya — seorang penjual daging yang kaya— tidak mencampuri urusan agama S. Margaret. Santa Margaret dalam hidupnya Senantiasa melakukan tugas rumah tangga yang sederhana bagi kemuliaan Tuhan dan ia juga mempunyai sebuah kapel untuk merayakan Ekaristi yang dipimpin oleh imam-imam yang disembunyikannya. Tetapi ketika penguasa Inggris mengetahui tempat persembunyian itu, ia, suami dan anak-anaknya ditahan. Akhimya St. Margaret dijatuhi hukuman mati pada hari Jumat Agung tanggal 25 Maret 1586.

Selain orang-orang kudus yang telah disebutkan di atas tentu saja masih tak terhitung jumlah pasangan yang tidak kita ketahui sepanjang sejarah gereja selanjutnya yang rela mati demi imannya kepada Kristus.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting