User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

2.  Hidup dalam Kemesraan Kristus

Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus, untuk memberitakan Yesus Kristus yang telah wafat dan bangkit kembali dan yang sekarang hidup ditengah-tengah kita. Sebelum kita dapat mewartakan Dia, Yesus harus lebih dulu hidup dalam pikiran, hati, dan kerinduan kita. Dialah yang harus menjiwai seluruh hati dan hidup kita. Dialah juga yang harus memenuhi pikiran kita. Supaya kita dapat benar-benar memberi kesaksian tentang Dia, kita harus lebih dahulu mengenal Dia, mengalami kehadiran-Nya yang menyelamatkan. Pengenalan akan Yesus Kristus inilah yang sesungguhnya hakiki bagi kita. Persekutuan dengan Dia itulah yang sesungguhnya menentukan nilai kita di hadapan Allah, tetapi sekaligus juga kesuburan serta efektivitas pelayanan kita.

Dalam pembaruan karismatik orang sering terbuai oleh kuasa, karena memang pembaruan itu membawakan kuasa Allah bagi kita. Memang kuasa itu dapat menjadi suatu godaan dan jerat yang amat membahayakan, bila orang tidak dapat menempatkannya pada tempat yang semestinya. Khususnya bila orang tidak tahu dengan jelas membedakan mana yang pokok dan mana yang hanya tambahan saja. Karena itu dengan sedih hati harus sering kita konstatir, bahwa banyak orang yang membanggakan karunia-karunianya, atau kuasanya yang diperoleh dari Tuhan. Bila orang mulai menjadi 'laku', segera dia menjadi sombong dan menganggap dirinya sudah begitu hebat. Dari kesombongan itu dia mulai jatuh ke dalam godaan dan dosa-dosa lain, seperti: kebanggaan sia-sia, pamer, mencari nama, keserakahan, bahkan tidak jarang juga jatuh dalam perzinahan. Mengapa? Karena orang yang sombong menutup diri terhadap rahmat Allah yang harus dimintanya dengan rendah hati. Sebaliknya ia membuka diri terhadap serangan si iblis.

Karena itu kita harus sung-guh-sungguh menyadari, bahwa kuasa yang dibawakan olah pelbagai macam karunia Roh Kudus bukanlah tujuan, melainkan sarana pelayanan. Nilai kita dihadapan Allah tidak ditentukan oleh banyaknya kuasa yang kita miliki, melainkan oleh kadar iman, harapan, dan kasih yang kita miliki. Oleh sebab itu pula yang terpenting bukanlah karunia itu sendiri, melainkan pengenalan mesra akan Yesus Kristus yang melampaui segala pengertian itu, yang pada hakekatnya adalah hidup abadi itu sendiri: "Inilah hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka itu mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus" (bdk. Yoh 17:3). Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus, setelah ke 70 murid yang diutus-Nya untuk mewartakan Injil dan diberi kuasa atas setan-setan kembali dari perjalanan-nya serta melaporkan dengan antusias bahwa setan-setan tunduk pada mereka dalam nama-Nya, mengingatkan mereka akan yang pokok. Yesus tidak meremehkan kuasa dan karunia-karunia Roh, tetapi meletakkannya pada tempatnya yang serta merelativirnya.

Semua itu hanya sarana, bukan tujuan. Tujuannya adalah persatuan dengan Allah, hidup kekal yang sudah mulai sekarang ini juga: "Aku melihat iblis jatuh seperti kilat dari langit. Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah karena namamu ter-daftar di sorga" (Luk 10:18.20).

Kita dipanggil bukan untuk mencari kuasa, melainkan mencari Yesus sendiri dan dalam Dia mencari Bapa. Oleh sebab itu pula, jelaslah bahwa kita harus selalu bersatu dengan Yesus. Itulah yang menjadi tujuannya dan sebagai bonusnya kita akan menerima segala kuasa yang ada. "Barangsiapa percaya kepada-Ku, dia juga akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan lebih besar daripada itu" (Yoh 14:12). Percaya disini berarti berpaut pada Yesus dalam kasih. Maka itu yang dikatakan ialah: "Siapa yang percaya kepada-Ku" dan bukan kepada ajaran-Nya saja. Keterpautan kita kepada pribadi Yesus akan memungkinkan Dia mengalirkan hidup dan juga kuasa-Nya kepada kita. "Kalau kamu tinggal dalam Aku dan firman-Ku tinggal dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, maka kamu akan memperolehnya" (Yoh 15:7). Hanya bila kita tetap tinggal dalam Yesus, kita akan menghasilkan banyak buah. Sebaliknya lepas dari Yesus kita akan cepat menjadi kering dan mati. "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia akan berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh 15:5).

Kadang-kadang terjadi, bahwa seseorang yang pernah memperoleh karunia Allah yang melimpah kemudian menjadi tidak setia, tidak segera kehilangan kuasanya itu, melainkan masih tetap memilikinya sampai beberapa saat lamanya demi kepentingan orang lain, namun dia sendiri tidak akan menerima manfaatnya sama sekali bila ia tidak bertobat dan kembali kepada Allah. Karena itu baiklah kita selalu mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gemetar, seperti yang dikatakan Santo Paulus dalam Flp 2:12.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting