User Rating: 3 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar InactiveStar Inactive
 

Article Index

3.3.  Tradisi Spiritualitas Gereja

Demikian juga dalam tradisi spiritulitas Gereja yang diwakili oleh seorang teolog, mistik dan pujangga Gereja yang bernama Santo Yohanes dari Salib. Kendati pada masanya, belum ditemukan adanya gejala hipnotis dan hipnoterapi, namun pada zamannya itu ia kerap memperingatkan bahaya-bahaya yang bersinggungan dengan kuasa apapun yang bukan berasal dan bertentangan dengan kuasa Tuhan sendiri. Mengapa? Meskipun, hipnotis dan hipnoterapi baru dikenal di zaman modern, namun realitas itu nyaris mirip dengan kemampuan paranormal yang bersifat umum, netral, akan tetapi juga amat terbatas dan mengandung resiko bahaya membuka diri pada kuasa kegelapan.

Selain itu ada perbedaan yang tegas antara penyembuhan dari Tuhan dan penyembuhan paranomal (termasuk dalam hal ini: hipnotis dan hipnoterapi). Bila orang mengalami penyembuhan dari Tuhan, buahnya sungguh jelas, bahwa penyembuhan itu meliputi seluruh diri pribadinya dan ia mengalami bahwa Yesus adalah Allah yang hidup dan menyelamatkan hidupnya. Dia pun semakin tumbuh dalam iman yang hidup dan dijiwai oleh kebajikan kerendahan hati yang mendalam. Sedangkan, penyembuhan paranormal hanya bersifat sementara, sering kambuh, dan kerap kali orang jatuh dalam dosa yang besar, yaitu kesombongan dan kerakusan rohani.

Oleh sebab itu, Santo Yohanes dari Salib menasehatkan supaya orang yang tidak melekat atau tidak terikat pada perkara-perkara duniawi, yang sepintas lalu seakan-akan memiliki kesan umum baik, namun di balik semua itu hanya akan membawa kepada penyesatan dan penyimpangan. Sebaliknya, orang juga tak boleh terbelenggu oleh hal-hal yang bersifat rohani, sebab itu semua hanya bersifat pemberian, dan bukan Allah. Bila orang melekat pada hal-hal tersebut, mereka tidak akan sampai kepada Allah dan pada akhirnya mereka tidak memperoleh keselamatan kekal. Karena itu, orang harus menempuh jalan kelepasan, yaitu jalan pengosongan diri, penyangkalan diri dari segala sesuatu yang bukan Allah. Dalam hal ini, jika hipnotis dan hipnoterapi menjadi suatu hambatan dalam perjalanan kita menuju Allah, maka realitas itu harus dilepaskan dan ditanggalkan demi kemuliaan Allah, keselamatan kita dan jiwa-jiwa (bdk. Yohanes Indrakusuma, Kemampuan Paranormal dan Iman Kristen, Cikanyere: Pertapaan Shanti Bhuana, 2004, hlm. 54-63).

4.  Petunjuk-petunjuk Praktis yang Harus Dilakukan

Supaya kita tidak jatuh dalam penyimpangan dan kita tidak terjerat oleh perangkap si jahat yang disebut iblis, maka kita harus mendengarkan dan melaksanakan apa yang diajarkan Santo Yohanes dari Salib, dalam karya monumentalnya, yaitu Malam Gelap Jiwa. Langkah-langkah praktis yang harus dilakukan ialah:

  1. Kita menyadari bahwa tanpa bantuan rahmat Allah, kita tidak akan berbuat apa-apa (bdk. Yoh 15:5). Oleh sebab itu, dengan pertolongan rahmat Allah, kita belajar menerima kelemahan dan kerapuhan kita, supaya kita mampu menerima segala sesuatu yang tak dapat kita terima, misalnya kekurangan dan kesalahan orang lain.
  2. Karena tak satupun baik dari diri kita sendiri, maupun kekuatan dunia, apalagi kekuatan si jahat yang dapat memberikan hidup yang abadi, maka kita hanya berpaling kepada Allah saja dalam iman, pengharapan dan kasih. Itulah sebabnya, kita belajar untuk “melupakan segala sesuatu”, “memelihara damai batin” dan “hanya memandang Allah dalam iman dan kasih.”
  3. Iman pun harus disertai dengan tindakan nyata, sebab iman tanpa perbuatan akan mati dan sia-sia (bdk. Yak 2: 20, 26). Oleh sebab itu, setiap orang beriman perlu sekali melatih diri dalam kebajikan-kebajikan kristiani, khususnya dalam kebajikan kerendahan hati. Dengan bertekun pada iman yang hidup, hidup doa yang mendalam, penghayatan Sakramen-sakramen khususnya Ekaristi dan Pengakuan Dosa, penyangkalan diri dan kerendahan hati, kita akan sampai pada tujuan hidup yang kita rindukan, yakni persatuan dengan Allah.

5. Penutup

Akhirnya, kami hanya mau menyatakan satu hal. Bahwa dalam hidup kita perlu mengerti dengan baik tujuan yang hendak kita capai, yakni persatuan dengan Allah dan sarana yang benar dan tepat untuk mencapainya, yakni melalui iman, doa, penyangkalan diri dan kerendahan hati. Bila ternyata kita menyadari segala yang ada di dunia ternyata bertentangan dengan kuasa Allah, yakni segala bentuk kekuatan yang terselubung dalam bentuk hipnotis dan sejenisnya, maka kita mohon rahmat Allah supaya kita berani meninggalkan itu semua dan kita hanya rela hidup hanya dalam iman dan melalui iman, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus, “Orang benar akan hidup oleh iman” (Rm 1:17).

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting