User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Kontemplasi Penginjil Yohanes akan Logos, membuka mata iman kita untuk melihat dalam kedalamannya “the right place of Logos” dalam misteri persekutuan ilahi itu dan sejauh Dia (Yesus) berhubungan dengan sejarah keselamatan manusia. Yesus memperkenalkan Diri-Nya  sebagai Anak Tunggal Bapa. Hanya Dialah yang dapat memberikan kesaksian siapakah Allah karena Dia mengenal Allah secara sempurna, telah melihat Allah, berada bersama Allah dan ada dalam Allah. Hanya Dialah yang menunjukan jalan menuju kesatuan dengan Allah. Yohanes mengutip kata-kata Yesus: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6). Yesus adalah Anak yang mengenal Allah, Bapa-Nya. Dia berasal dari Allah. Dilahirkan dari Allah dengan kuasa Roh Kudus. Dalam Allah, Yesus hidup dan tinggal karena Allah Bapa adalah Sumber Hidup. Yesus datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Dan melalui Anak (Yesus) berasal segala kehidupan dan seluruh ciptaan. Melalui Anak kita semua dituntun masuk ke dalam Allah dan menjadi anak-anak-Nya.Sabda merupakan penggerak ciptaan dan pendorong segala kegiatan.  Dengan demikian, kita dapat melihat sebuah hasil kontemplasi Penginjil Yohanes mengenai asal-usul ilahi dari Yesus, sang Sabda. Yesus sungguh Allah. Di sinilah, pada titik ini, kita berhenti menarik napas, membuat jeda, sebelum kita melanjutkan Lectio Divina tentang “gerak bersama” ketiga Pribadi Ilahi dalam persekutuan ilahi, yang tidak tinggal diam ketika manusia itu terjebak dalam perangkap kuasa Iblis dan jatuh dalam dosa, tetapi malah memulai bersama sebuah proses karya mahaagung: Karya Keselamatan melalui Peristiwa Natal

Dengan demikian kita membaca dalam Prolog yang sama: “Firman/Sabda itu datang menjadi manusia dan tinggal di antara kita” (Yoh 1:14). Bertolak dari alur kisah tersebut di atas, di mana Ratu Inggris, Ratu Elisabeth, meninggalkan istananya (sebagai lambang kesemarakan, kekuasaan dan kemapanan), dia mengenakan pakaian sederhana seakan-akan menyamar menjadi anggota masyarakat  biasa dan berjalan-jalan di jalan publik.  Firman yang menyatu dengan Allah, pemberi arti hidup manusia, dasar dan tujuan kegiatan manusia, pada satu saat dalam sejarah manusia menjelma, atau menurut teks kutipan kita dari Prolog Injil Yohanes tersebut “Firman menjadi daging” (Yoh 1:14), kini ia memasuki tahap menentukan, menjadi manusia, berada dalam waktu dan sejarah umat manusia. “Menjadi daging” berarti, mengambil kodrat manusia dalam kelemahan dan kerapuhan; dan “diam di antara kita”, maksudnya sejak saat itu Yesus manusia menjadi tempat hadirnya Allah. Meminjam istilah Thomas Aquinas, De Deo Incarnato Allah yang menjelma.

Penginjil Yohanes, khususnya dalam prolog 1:14 seperti yang terkutip di atas, bermaksud memperlihatkan asal-usul manusiawi Yesus. Tindakan Ratu Elisabeth membantu kita mencermati dengan mata iman peristiwa Inkarnasi: Allah menjadi manusia. Dalam rahim Bunda Maria, Sang Sabda menjadi manusia oleh kuasa Roh Kudus. Rahim Bunda Maria merupakan terminal-Nya. Gagasan Sabda/kebijaksanaan dipersonifikasikan. Maka, pada suatu saat dan tempat tertentu di bumi ini, menurut waktu, rencana dan rancangan Allah sendiri, Sabda telah menjadi manusia (kata manusia boleh dibaca daging (sarx, bahasa Yunani). Maksudnya Sabda itu benar-benar menjadi manusia. Yesus sungguh manusia. Yesus yang adalah Allah dan manusia masuk dalam sejarah umat manusia pada umumnya dan dalam sejarah keselamatan umat manusia pada khususnya. Yesus datang ke dunia dan menyejarah bersama manusia dan menjelmakan kita menjadi anak-anak Allah. Yesus masuk ke dalam dunia dan sejarah kita dan “tinggal di antara kita”, karena sama-sama manusia, kecuali dalam hal dosa, karena Yesus itu Allahmanusia yang suci murni. Yesus berdiam atau berkemah di antara kita mau menunjukkan kehadiran Allah di tengah umat-Nya di kemah suci (Kel 25:8-9; Zak 2:10). Allah yang jauh di dalam keabadiaan-Nya, kini menjadi dekat dengan manusia yang secitra dengan-Nya ketika diciptakan oleh-Nya sendiri.

Dalam prolog Yohanes 1:14, mau menunjukkan dan meyakini kita melalui pewartaan dan kesaksiannya yang tertulis bahwa Yesus adalah kemah Allah yang baru maksudnya Yesus menjadi tempat kediaman Allah dalam arti sepenuhnya maka Yesus adalah bait Allah yang sejati, tempat manusia dapat berjumpa dengan Allah. Yesus dimaklumkan sebagai Kasih Allah yang boleh dilihat, dialami dan dirasakan melalui karya penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus sendiri. Dengan kehadiran Yesus ini kita sungguh percaya kepada Allah karena Dia teguh dan setia dalam janji-Nya. Yesus adalah pewahyuan diri Bapa secara sempurnah kepada manusia karena Dia sendiri adalah Putera Allah yang sejak kekal ada bersama Allah. Kebenaran ini terungkap dalam sabda Yesus sendiri:  “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa!” (Yoh 14:9). Lagi pula “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” (Yoh 14:7). Sekali lagi saya menggarisbawahi bahwa kedatangan Yesus ke dunia, dan menyejarah bersama manusia di dalam sejarah umat manusia mengubah paradigma tentang konsep Allah yang “jauh dan menakutkan.” Yesus sungguh mewahyukan Allah kepada kita. Allah itu sesungguhnya Kasih dan Hidup. Allah menyejarah bersama kita umat-Nya. Sabda menjadi manusia, personifikasi yang terarah kepada Yesus sebagai “komunikasi diri Allah”. Sabda yang menyatakan diri Allah. Seluruh perjanjian Baru, khususnya Injil sinoptik dan Injil Yohanes menekankan “komunikasi diri atau pewahyuan diri Allah”. Allah berbicara dalam diri/melalui Yesus dan menyatakan diriNya sepenuhnya kepada kita manusia. Pernyataan diri atau Firman Allah sudah ada pada Allah dari kekal, sebelum penciptaan langit dan bumi serta segala isinya dan menjelma dalam diri Yesus. Sabda yang menjelma menjadi daging, sarx. Maka, Sabda itu dapat menyatakan Allah dalam bahasa dan kenyataan hidup yang dapat ditanggap manusia. Firman menjadi shekinah (kehadiran Allah) di tengah umat. Kemah kehadiran Allah yang baru ialah Sabda yang menjelma dalam Yesus (bdk. Yoh 2:19-22). 

Dari alur penelusuran di atas, kita boleh melihat akibat dari penjelmaan itu atau “Sabda menjadi manusia”. Butir pertama yang kita pegang adalah bahwa Yesus memperlihatkan wajah Bapa. Di sini sekali lagi ditegaskan bahwa tidak hanya kata-kata-Nya melainkan pribadinya menunjukkan Allah. Hal ini diungkapkan Musa dalam Mazmur: “Buatlah kami melihat wajah Allah”. Yesus adalah kehadiran Allah; dia (Yesus) tidak hanya lahir tetapi “menjadi daging.” Inilah penjelmaan Allah terdalam. Butir yang kedua, penjelmaan itu pula mau menegaskan bahwa setiap sikap Yesus mewahyukan Bapa. Kita ingat akan karya pelayanan Yesus di tengah umat-Nya. Dan lebih lagi, sebagai butir yang ketiga, Yesus menjadi manusia untuk setiap kita secara pribadi. Yesus ada untuk kita manusia. Yesus menyingkapkan kebenaran bahwa setiap kita dikasihi Allah, betapapun gelap situasi, atau beratnya masalah, atau pula beban hidup yang dihadapi. Penjelmaan-Nya menyapa setiap kita. Butir lain yang disingkapkan melalui penjelmaan ini bahwa manusia menemukan arti sejarahnya. “Menjadi manusia” artinya Yesus terlibat dalam peziarahan umat manusia dan malah menjadi “Aktor Utama Pelaksana” dalam Sejarah Keselamatan umat manusia, dengan sebuah gerak lurus dari Allah dan menuju kembali ke Allah. Dan, ini merupakan perencanaan Allah. Akhirnya, dalam penjelmaan itu, Yesus menyatakan kehadiran Allah secara istimewa. Dalam Yesus, Allah menyatakan siapa Dia sebenarnya, yakni Allah Kasih, Persatuan, dan Hidup.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting