User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

2.      Fakta-fakta Paranormal dan Pandangan Kristen

2.1.   Pengenalan supranatural

Dalam sejarah Gereja sepanjang masa kita jumpai banyak orang Kristen yang dengan serius memperkembangkan hidup rohaninya, serta cepat atau lambat mereka mengalami pelbagai gejala paranormal atau supranatural. Orang bisa memperoleh pelbagai pengenalan supranatural lewat pancaindra, baik indra lahir maupun indra batin dan lewat budi. Sebagai ganti istilah pengenalan paranormal, kami lebih suka memakai istilah pengenalan supranatural, artinya melampaui kekuatan kodrati biasa, yang dapat berasal dari Allah atau pun dari sumber lain, misalnya dari roh jahat; dan bukan supernatural, adikodrati, yang dalam pengertian Kristen biasanya dipakai untuk segala sesuatu yang berasal dari Allah.

2.2.   Pengenalan supranatural lewat pancaindra

Yang dimaksud di sini bukanlah pengenalan kodrati biasa, melainkan pengenalan supranatural lewat pancaindra, tanpa ada sumber kodratinya.

Lewat pelihat: orang mungkin melihat orang kudus, malaikat, setan, cahaya cemerlang, peristiwa yang terjadi di tempat lain. Dalam kelompok ini dapat digolongkan apa yang biasanya disebut dengan istilah "clairvoyance".

Lewat pendengaran: orang mungkin mendengar kata-kata yang luar biasa, kadang-kadang dari pribadi yang menampakkan diri, kadang-kadang tanpa melihat orangnya. Orang juga bisa mendengar suara orang menangis, mengetuk pintu, orang berjalan, atau mendengar namanya dipanggil tanpa ada orangnya yang memanggil, orang dapat mendengar musik yang merdu sekali. Di sini dapat dimasukkan apa yang disebut dengan istilah "clairaudience".

Lewat pencium: orang dapat mencium bau yang harum atau bau busuk atau bau lain-nya tanpa ada sumber kodratinya.

Lewat perasa: orang dapat merasakan suatu rasa manis atau rasa yang nikmat sekali tanpa ada sumber kodratinya.

Lewat peraba: orang mengalami rasa senang yang besar, kadang-kadang begitu hebatnya, sehingga seluruh tubuh digenangi olehnya. Rasa senang ini biasanya disebut urapan rohani, karena dalam jiwa yang murni hal itu meluap dari roh ke pancaindra. Hal itu sering dialami manusia rohani dan hal itu sesungguhnya merupakan luapan dari roh ke bagian yang lebih rendah.

2.3.   Pengenalan supranatural lewat indra batin

Pengenalan ini mencakup semua yang dapat dimasukkan ke dalam kategori imaginasi dan fantasi: segala macam gambaran, bentuk, rupa. Dalam hal ini orang dapat mengalami penampakan orang kudus, Bunda Maria, atau pun Tuhan Yesus. Semuanya itu dapat disebut dengan istilah visiun imaginer. Bila ia melihat seorang kudus, maka orang kudus itu dilihatnya dalam suatu rupa tertentu, dengan bentuk tubuh, wajah, pakaian, dll. Di samping melihat para kudus, ia juga dapat melihat tempat-tempat tertentu, atau kejadian-kejadian tertentu; bentuknya dapat macam-macam.

2.4.   Pengenalan supranatural lewat budi

Orang juga dapat menerima visiun-visiun secara langsung lewat budi tanpa adanya bantuan pancaindra, baik indra lahir maupun indra batin. Cara penangkapan ini dapat disebut visiun semuanya, sebab apa yang ditangkap budi, seolah-olah dilihatnya. Dalam hal ini dapat kita bedakan 4 macam visiun intelektual:

Visiun dalam arti sesungguhnya: inilah yang diterima budi dan yang menyerupai penglihatan, karena budi dapat "melihat" objek secara rohani, seperti mata melihat secara jasmani.

Wahyu: merupakan kebenaran baru yang diterima budi, seolah-olah seperti orang yang belajar dan menerima pengertian baru.

Sabda: apa yang diterima budi itu serupa dengan apa yang didengar telinga. Orang dapat memperoleh pula pernyataan tentang keadaan seseorang, seperti yang kita jumpai pada orang-orang kudus tertentu, misalnya seperti yang kita lihat dalam hidup pastor Maria Vianney dari Ars.

Rasa rohani: inilah yang diterima orang dengan cara yang serupa dengan indra-indra lain, misalnya bau harum rohani, rasa enak, kesenangan.

Budi menerima pengenalan dari semuanya ini tanpa bantuan pancaindra, tanpa bentuk, tanpa gambaran, tanpa rupa yang berasal dari imaginasi. Cara penangkapan ini bersifat lebih luhur, lebih aman dan lebih menguntungkan serta diberikan secara lebih murni dan halus pada jiwa.

2.5.   Ekstase, bilokasi, levitasi, stigmata

Dalam kehidupan orang Kristen, khususnya pada tokoh-tokoh tertentu, kita jumpai adanya pelbagai macam gejala paranormal. Sejarah spiritualitas Kristiani penuh dengan cerita-cerita tentang hal tersebut.

Ekstase: berasal dari kata ex-stare, keluar dari diri sendiri. Kalau otentik, hal itu pertama-tama merupakan suatu pengalaman rohani yang disebabkan oleh suatu sentuhan rahmat Allah yang besar, sehingga jiwa keluar dari dirinya sendiri. Hal itu terjadi pada kedalaman lubuk jiwanya, namun dapat meluap ke bagian yang lebih luar. Secara fisik badan dapat menjadi kaku, tidak sadar akan keadaan sekitarnya. Gejala-gejala seperti itu kita jumpai umpamanya dalam hidup Santa Teresa Avila, Santo Yohanes Salib dan banyak orang kudus lainnya. Hal yang sama juga kita jumpai dalam hidup Santa Bernadette Soubirous sewaktu mendapat penampakan Bunda Maria, demikian pula dalam hidup para visiuner dari Fatima dan dewasa ini para visiuner dari Medjugorje. Kalau memang otentik hal itu bisa disebabkan, dari satu pihak, oleh kelimpahan rahmat Allah yang diterima si subyek dalam rohnya, tetapi dari pihak lain bisa juga menyatakan kelemahan kodrat manusia yang tidak mampu menerima rahmat tersebut secara normal. Kemudian hari bila ia telah dimurnikan dan dikuatkan serta telah mencapai tingkat persatuan yang lebih tinggi, ia dapat menerima komunikasi Allah tanpa terganggu. Karenanya para kudus, seperti halnya Bunda Maria dan Tuhan Yesus sendiri, pada akhir hidup mereka, setelah mencapai persatuan yang lebih mendalam, tidak lagi mengalami gejala-gejala ekstase, walaupun mereka menerima komunikasi Allah secara lebih melimpah. Namun demikian gejala-gejala lahiriah dalam ekstase ternyata juga dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lain yang bukan dari Allah.

Bilokasi: berada di dua tempat atau lebih pada waktu yang bersamaan. Hal-hal seperti itu kita jumpai dalam kehidupan beberapa orang kudus.

Levitasi: badan terangkat dari atas lantai tanpa sebab kodrati. Pada orang-orang tertentu, seperti halnya dengan ekstase, hal itu disebabkan oleh komunikasi ilahi yang terlalu kuat, sehingga tidak dapat ditanggung oleh badannya yang masih belum dikuatkan secara adikodrati.

Stigmata: orang-orang kudus tertentu, seperti misalnya Santo Fransiskus Assisi dan dewasa ini juga Padre Pio, menerima luka-luka pada tubuhnya serupa dengan luka-luka Kristus sendiri. Pada mereka hal itu disebabkan oleh pengalaman batin yang mendalam, yaitu hati yang telah dilukai oleh cintakasih Kristus dan yang meluap keluar ke dalam tubuhnya.

2.6.   Karismata

Dewasa ini dalam Gereja, khususnya lewat Pembaharuan Karismatik, berkembang apa yang disebut dengan istilah karismata atau karunia-karunia Roh Kudus. Karismata ini, walaupun tidak pernah absen dalam Gereja, dewasa ini secara istimewa berkembang lagi seperti yang terjadi pada abad-abad pertama dan yang belum pernah terjadi lagi sesudah itu dalam sejarah Gereja. Bila pada waktu yang lampau karismata itu hanya kita jumpai pada tokoh-tokoh tertentu, dewasa ini karismata tersebut telah merakyat dalam Gereja, artinya dialami dan diberikan kepada banyak orang Kristen yang "biasa" saja. Karismata itu merupakan anugerah Allah yang tidak tetap, yang diberikan untuk kepentingan bersama. Dalam tradisi Gereja Katolik karismata itu disebut dengan istilah gratia gratis data, yang dibedakan dari gratia sanctificans, rahmat pengudus. Karismata yang dewasa ini muncul dan banyak dialami orang ialah seperti yang disebut-kan dalam 1Kor 12:7-11, yaitu:

Sabda kebijaksanaan: karunia untuk mengerti situasi dengan tepat dan dapat bertindak dengan bijaksana atau memberikan nasihat yang bijaksana.

Sabda pengetahuan: karunia untuk mengerti apa yang saat itu sedang dikerjakan Tuhan dan menyatakannya dengan tepat.

Iman: suatu karunia sesaat yang memberikan keyakinan yang pasti akan suatu hal. Inilah iman yang memindahkan gunung; karunia ini berbeda dengan kebajikan iman.

Penyembuhan: karunia untuk menyembuhkan orang lain lewat iman, bukan dengan kekuatan sendiri atau dengan tenaga dalam, melainkan semata-mata lewat iman.

Mukjizat: karunia mukjizat dapat berupa penyembuhan yang luar biasa, yang tidak dapat diterangkan secara kodrati, namun juga dapat be-rupa hal lain, seperti misalnya perbanyakan roti, berjalan di atas air.

Nubuat: karunia untuk menangkap dan mengerti kehendak Allah, serta menyampaikannya kepada jemaat atau kelompok tertentu.

Membeda-bedakan roh: karunia untuk secara intuitif mengerti roh apa yang menjiwai seseorang. Karunia ini khususnya diperlukan untuk menguji nubuat dan diperlukan pula dalam pelayanan doa, untuk mengerti dengan tepat kebutuhan seseorang.

Bahasa roh: karunia untuk berdoa dan berbicara dalam se-macam bahasa tertentu. Berdoa dalam bahasa roh merupakan suatu bentuk doa yang "ineffable" (tidak dapat dimengerti oleh pikiran), semacam kontemplasi awal.

Karunia tafsiran: karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu bagi jemaat yang berkumpul.

Santo Paulus menegaskan, bahwa karismata-karismata tersebut bukanlah tujuan yang harus dikejar, melainkan harus dipandang sebagai sarana pelayanan. Kita harus berusaha memperoleh karunia-karunia itu demi pelayanan Kristiani kita, supaya dapat melayani umat Allah dengan lebih baik dan lebih efektif. Karismata juga bukan tanda kesucian seseorang, dan karena itu harus dipergunakan dengan rendah hati dalam cintakasih.

2.7.   Istirahat dalam Roh (Resting in the Spirit)

Suatu gejala baru yang timbul akhir-akhir ini bersama dengan Pembaharuan Karismatik, ialah apa yang disebut dengan istilah resting in the Spirit, atau istirahat dalam Roh. Gejala-gejala ini timbul dan dialami, baik dalam kalangan Gereja Katolik maupun orang-orang Protestan. Di kalangan orang Protestan biasanya disebut dengan istilah slain in the Spirit, coming under the power. Dewasa ini hal itu merupakan suatu gejala yang agak umum dan dialami di mana-mana, walaupun sudah ada presedennya dalam sejarah.

Gejala istirahat dalam Roh itu biasanya terjadi pada waktu orang didoakan oleh orang lain dengan penumpangan tangan. Kadang-kadang gejala tersebut bisa pula terjadi dalam suatu pertemuan doa tanpa ada penumpangan tangan oleh orang lain, namun ada suasana doa yang khusuk. Bila seseorang didoakan oleh orang-orang tertentu atau dalam suasana tertentu, seringkali terjadi, bahwa orang yang didoakan itu merasa badannya lemas atau tak berdaya dan akhirnya jatuh serta mengalami gejala seperti orang pingsan, namun orang itu tetap sadar. Dalam keadaan seperti itu ia tetap sadar—mendengar segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya, namun ketika ia mau bangun, sepertinya ia tidak lagi bertenaga. Orang dapat berada dalam keadaan seperti itu selama beberapa menit sampai beberapa jam, walaupun yang terakhir ini jarang terjadi, sesuai dengan keadaan masing-masing. Ada macam-macam faktor yang menyebabkannya, namun bila otentik, hal itu dapat merupakan suatu bentuk karya Roh Kudus. Dalam keadaan seperti itu Roh Kudus melaksanakan penyembuhan-penyembuhan dan pembaharuan fisik, batin dan rohani. Sesudah bangun kembali, orang biasanya mengalami sukacita dan damai yang mendalam dan orang yang baru pertama kali mengalami hal itu, biasanya akan mengalami perubahan hidup yang menyolok. Tidak jarang kita melihat adanya pertobatan-pertobatan besar yang terjadi lewat peristiwa tersebut, walaupun banyak juga pertobatan yang terjadi tanpa gejala itu. Rupanya gejala itu merupakan salah satu bentuk intervensi Roh Kudus untuk zaman ini, walaupun kita harus senantiasa waspada, sebab gejala itu dapat disebabkan oleh banyak faktor lain. Karena itu selalu dibutuhkan sikap yang terbuka, namun tetap waspada, dibutuhkan discernment yang sungguh-sungguh.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting