User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Dosa, kata ini telah menjadi momok bagi manusia selama berabad-abad. Kata ini begitu terekam dalam pikiran setiap manusia sehingga hampir semua manusia berusaha untuk menghilangkan ketakutan terhadap hal ini. Ada yang berusaha menghilangkannya dengan cara yang sesuai dengan imannya, tetapi ada juga yang berusaha menghilangkannya dengan caranya sendiri. Misalnya dengan memaksakan pendapat bahwa dosa itu tidak ada, “Itu kan hanya istilah yang dibuat manusia, untuk apa takut terhadap dosa.” Orang semacam ini sebenamya menipu dirinya sendiri dan biasanya ia tidak akan pernah dapat hidup dengan tenang. Sebab walaupun pikirannya sudah tidak memikirkan hal ini lagi, tetapi hati dan batinnya tidak bisa ditipu.

Mau atau tidak mau, manusia harus mengakui adanya dosa ini dalam dunia. Kalau memang dosa tidak ada, tentunya semua manusia yang ada di dunia ini hidup dalam suasana damai dan bahagia seperti layaknya hidup di Taman Eden atau Surga bersama-sama dengan Allah. Bila demikian adanya, untuk apa Yesus datang ke dunia? Justru kedatangan Yesus ke dunia adalah untuk menebus manusia, mengeluarkan manusia dari cengkeraman dosa (Mat. 9:13), karena memang kenyataannya dunia makin lama makin dipenuhi dengan dosa keangkaramurkaan manusia sendiri. Perang terjadi di mana-mana, berbagai pembunuhan yang keji, pertengkaran, hawa nafsu dan sebagainya yang tidak dapat lagi dibatasi oleh suatu relasi kekeluargaan. Artinya dalam satu keluarga pun dalam zaman sekarang ini bisa terjadi saling membunuh, menjatuhkan dan sebagainya.

Keberadaan dosa itu sendiri sebenarnya sudah diakui sejak zaman Sebelum Masehi atau dalam istilah Kitab Suci disebut Zaman Peijanjian Lama. Kalau memang dosa tidak ada, tentunya Allah atau Yahwe tidak perlu murka serta menghukum manusia pada waktu itu. Bahkan umat pilihan-Nya sendiri pun sering jatuh ke dalam dosa. Misalnya dapat kita lihat dosa orang-orang Sodom dan Gomora yang begitu memurkakan Allah sehingga kedua kota tersebut dimusnahkan habis oleh Tuhan (Kej. 18:16-33; 19:1- 29). Juga dosa iri hati yang begitu menguasai saudara-saudara Yusuf sehingga mereka menjual Yusuf sebagai budak ke tanah Mesir, kemudian mereka membohongi ayahnya dan mengatakan bahwa Yusuf telah mati diterkam binatang buas (Kej. 37:1-26). Kalau tidak ada dosa pada waktu itu, Bangsa Israel tidak akan mengalami masa penuh sengsara dalam perbudakan di Mesir, pembuangan ke Babel dan sebagainya.

Dalam zaman Perjanjian Baru kita juga dapat menemukan dosa di mana-mana, bahkan mungkin perbuatan dosa itu makin canggih dan makin banyak macamnya. Sehingga kita mengenal adanya orang-orang Parisi, para ahli Taurat dan orang-orang Saduki. Pada zaman sekarang pun kita sering mengatakan orang yang fanatik sebagai orang Parisi dan sebagainya. Yesus sendiri mengatakan kepada seorang wanita pendosa yang sudah diampuni dosanya, “Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dan sekarang” (Yoh. 8:11).

Kemudian kalau kita melihat dalam perjalanan sejarah manusia sampai sekarang, kita juga disodori banyak fakta bahwa banyak manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Dengan kata lain, dosa itu sungguh-sungguh nyata. Dosa menyangkut hubungan antara manusia dengan Allah yang tidak beres. Kita dapat melihat bahwa hubungan antara manusia dengan manusia saja banyak yang tidak beres, apalagi hubungan manusia dengan Allah. Dan juga dapat secara logis dikatakan: kalau ada perbuatan yang baik di dunia yang sudah cemar ini, mengapa dikatakan tidak ada perbuatan yang jelek, buruk, jahat dan sebagainya?
Dosa adalah suatu hal yang sangat nyata bagi manusia, khususnya bagi kita sebagai orang Kristen. Kita perlu memahami hal ini secara benar karena pemahaman ini akan membantu dalam mengarahkan diri pada hidup kristiani yang sejati.


Pengertian Tentang Dosa

Santo Agustinus mengartikan dosa sebagai suatu perbuatan atau perkataan atau keinginan yang bertentangan atau melawan hukum abadi, yaitu kehendak dan kebijaksanaan Allah sendiri. Bertentangan berarti bertolak belakang. Oleh karena itu, dosa dapat dikatakan sebagai segala hal yang merupakan pemalingan diri manusia dan Tuhan atau membelakangi Tuhan, kemudian manusia mencurahkan perhatiannya kepada yang lain yaitu ciptaan, bukan Sang Penciptanya. Misalnya kelekatan pada barang tertentu atau hanya memperhatikan pemuasan hawa nafsu tidak memperhatikan hukum Allah lagi. Jadi dosa itu menodai bahkan bisa memutuskan hubungan pribadi manusia dengan Allah. Manusia itu sendiri yang memutuskan karena ia yang memalingkan diri, bukan Allah yang meninggalkan dirinya. Dosa merupakan tindakan pribadi manusia itu dan bukan akibat perbuatan orang lain.

Dimensi-Dimensi Dosa

Dosa yang dilakukan oleh seseorang, berakibat bukan saja pada dirinya sendiri tetapi memiliki akibat dan pengaruh yang sangat luas. Untuk mengerti hal mi, marilah kita melihat tiga dimensi dosa yang dilakukan oleh seorang manusia.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting