User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

budaya Kehidupan

 

Gereja Katolik masuk dan menegaskan kepada mereka yang memandang kehidupan hanyalah sekadar sebuah hak. Gereja Katolik dengan tegas menampik aneka kejahatan yang melawan kehidupan, termasuk pembunuhan, genosida, aborsi, dan eutanasia. Bahkan, dalam Ensiklik Humanae Vitae, Paus Paulus VI menegaskan bahwa segala bentuk upaya manusia yang melawan kehidupan—termasuk kontrasepsi buatan—adalah suatu kejahatan dan dosa.

Gereja Katolik melawan budaya kematian dengan cinta kasih. Cinta kasih adalah dasar atau hakikat budaya kehidupan. Dengan demikian, kehadiran Gereja Katolik selalu melawan budaya kematian dengan cinta kasih sebab budaya kehidupan adalah budaya yang menebarkan cinta kasih. Aborsi adalah sebuah tindakan yang menghilangkan rasa tanggung jawab kita kepada kehidupan. Embrio adalah benih kehidupan yang harus dihargai dan dihormati oleh ibu dan oleh semua orang. Menghargai embrio sebagai benih kehidupan, berarti kita memandang dan memperlakukan kehidupan itu sebagai sesuatu yang harus dijaga dan dipelihara.

Gereja Katolik sebagai instansi moral, memiliki tugas sebagai penunjuk arah yang benar dan tepat. Meskipun perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang terus dijunjung tinggi, namun Gereja Katolik tetap peduli pada nilai-nilai kehidupan dan martabat perkawinan. Kita harus mengutamakan sikap taat pada Gereja Katolik. Kita memang boleh berpikir kritis dan menggali kebenaran-kebenaran secara lebih dalam. Akan tetapi, ketika berhadapan dengan suara Gereja—yang kita yakini sebagai suara Roh Kudus—kita haruslah peka dalam mendengarkannya.

Membaca realitas seputar aborsi, mengantar kita pada perenungan akan Kristus yang disalibkan. Semacam ada kesamaan yang mengagumkan antara Tubuh Kristus yang disalibkan dengan “tubuh perempuan”. Ketika para prajurit sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Yesus telah wafat, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, maka segera mengalir keluar darah dan air (bdk. Yoh 19:33-34).

Darah Kristus membebaskan dan memberikan kehidupan kepada kita. Sabda telah menjadi daging dalam rahim seorang perempuan. Perempuan memiliki rahim sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi manusia yang lemah dan tak berdaya. Tubuh perempuan adalah tempat kehidupan baru yang dikandung selama sembilan bulan hingga kelahirannya. Ketika melahirkan, tubuh perempuan juga mengalirkan darah dan air, dan serentak keluarlah manusia baru. Tubuh perempuan merupakan tubuh “Paskah”, tubuh pembebasan bagi kehidupan baru. Perempuan dan laki-laki diciptakan untuk memberikan hidup dan menghayati hidup dengan pemberian diri.

Kita semua mempunyai kemampuan untuk menghargai, menjaga, dan memelihara kehidupan. Perempuan diciptakan untuk menjadi ibu, sedangkan laki-laki mempunyai daya untuk melindungi serta mencintai istri dan anaknya. Tuhan menciptakan rahim di setiap perempuan, sebuah organ istimewa dari mana datanglah kehidupan. Setiap orang yang lahir dimuka bumi ini, ditenun oleh Allah dalam rahimperempuan. Di sana setiap manusia bermula dan tumbuh. Rahim adalah dunia terbaik. Semua ada di sana: ada makanan, ada selimut, dan ada kehangatan cinta. Rahimadalah asal dan tempat tumbuhnya kehidupan. Setiap perempuan menjadi ibu dari kehidupan. Melahirkan kehidupan adalah tugas perempuan.

Setiap kita—termasuk laki-lakidiberi tugas untuk melahirkan kehidupan. Apa itu rahim? Kita lahir dari Rahim Allah sendiri. Rahim juga berarti belas kasih. Rahim sebagai tempat dan rahim sebagai belaskasih itu adalah satu. Memiliki “rahim” berarti memiliki belas kasih.Menyadari betapa tinggi dan dalamnya makna hakikat laki-laki dan perempuan, maka kita semua harus belajar terus-menerus untuk mengembangkan dimensi keibuan dan kebapakan yang menghargai kehidupan. Semoga umat Katolik tetap menghargai kehidupan dan dirinya sendiri.

 

 

[1] Bdk. Majalah Mingguan Katolik “Hidup” tanggal 28 September 2014.

 
www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting