Tulisan Rm. Yohanes Indrakusuma CSE
- Details
- Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
- Hits: 1280
1. Siapakah jiwa yang terbelakang itu?
Sebagaimana dalam kehidupan manusia biasa, kita jumpai anak-anak yang mengalami perkembangan yang sempurna, namun juga ada anak-anak yang tidak mengalami perkembangan yang baik, tubuh berkembang, namun jiwa dan pikirannya tidak berkembang/terbelakang. Demikian pula dalam dunia rohani ada pula orang yang tidak berkembang dan tidak mencapai kepenuhan pribadinya atau tidak pernah mencapai kedewasaan rohani, baik karena kelalaian atau karena kemalasan rohani. Dalam hal ini jiwa-jiwa yang demikian itu tidak dapat digolongkan pada para pemula atau juga mereka yang telah maju. Mereka masuk dalam kelompok jiwa-jiwa yang terbelakang. Yang menyedihkan ialah, bahwa jumlah mereka itu banyak.
Dalam kelompok ini ada yang dahulu melayani Tuhan dengan semangat, namun sekarang bersikap acuh tak acuh. Maka yang acuh tak acuh dapat digolongkan dalam kelompok ini. Dalam masa yang lampau orang ini punya semangat yang sungguh-sungguh, namun dalam perjalanan selanjutnya mereka tidak menjawab rahmat Tuhan dengan baik, dan akhirnya lama kelamaan mundur dan terbelakang. Kalau tidak ada penyalahgunaan rahmat dalam hidup mereka, Tuhan akan terus-menerus membawa mereka dalam perkembangan, karena Allah tidak pernah menolak rahmat yang diminta atau menuntut orang untuk melakukan hal yang melampaui kekuatannya. Santo Agustinus mengatakan, bahwa kita harus melakukan apa yang dapat kita lakukan dan berdoa untuk apa yang mungkin melampaui kekuatan kita. Jadi apa yang diperintahkan Tuhan selalu mungkin, baik dengan rahmat biasa maupun nantinya Tuhan akan memberikan rahmat yang luar biasa.
- Details
- Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
- Hits: 3318
Dalam peristiwa Natal, kita melihat suatu peristiwa yang mempunyai banyak arti atau makna. Pertama-tama, kita melihat secara jasmani yaitu kelahiran seorang bayi kecil yang bernama Yesus. Dalam banyak hal Yesus tidak berbeda dengan manusia-manusia lainnya, tetapi di lain pihak ada juga perbedaannya. Kelahiran-Nya telah diwartakan oleh para malaikat kepada sekelompok gembala.
Dalam Injil Yoh 1:1-18 kita melihat siapa diri Yesusyang sebenarnya. Kelahiran-Nya membawa sukacita yang besar bagi umat manusia. Kita akan merenungkan siapakah bayi ini dan siapakah Yesus ini. Dalam perikop Injil ini dikatakan: "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah"(Yoh 1:1). Oleh karena itu, sebenarnya bayi yang lahir ini adalah seseorang yang kita sebut “Firman Allah, atau Putera Allah". Misteri Allah yang terbesar yaitu misteri Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putera dan Roh Kudus. Oleh karena itu, yang sekarang menjadi manusia itu adalah Pribadi kedua dalam Tritunggal Mahakudus yang biasanya kita sebut "Allah Putera". Ia adalah Putera Allah yangsudah ada sejak semula yaitu sebelum dunia dijadikan. Ia ada bersama Bapadan Roh Kudus. Karena itu kita mengatakan bahwa Ia itu kekal. Sebab dikatakan dalam Injil ini bahwa “segala sesuatu dijadikan oleh Dia" (Yoh 1:3). Putera Tunggal Bapa itulahyang menciptakan segala sesuatu: alam semesta beserta isinya, juga termasuk manusia. Jadi, Yesuslahyang menciptakan segala sesuatu dan mengatur alam semesta. Ia mengatur peredaran bintang-bintang dan segala tata surya yang ada bahkan sampai yang terkecil sekalipun.
Ketika saatnya telah tiba, seperti yang telah ditentukan oleh Allah, Sang Putera diutus ke dunia dan menjadi manusia yang lahir dari Perawan Maria. Putera yang menjadi manusia inilah yang kita sebut "Yesus Kristus” yang di dalam diriNyaterdapat dua kodrat: kepenuhan kodrat Allah dan kodrat manusia. Maka dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus seratus persen manusia dan seratus persen Allah.Yesus Kristus yang lahir ini adalah Putera Allah yang Mahatinggi yang menguasai segala sesuatu dan Ia menjadi manusia sama seperti kita, kecuali dalam hal dosa, karena Ia sendiri tidak berdosa.
Sebelum dunia dijadikan, Putera Allah itu sudah ada.Ia mengambil bagian dalam seluruh kemuliaan Bapa.Sebagai manusia, Ia mengambil bagian dalam kemuliaan itu untuk kita manusia. Dengan percaya kepada-Nya, kita diberi-Nya bagian dari kemuliaan-Nya sendiri. Dikatakan dalam Yoh 1:12: "Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa, supaya menjadi anak-anak Allah”. Jadi dengan percaya kepada-Nya, kita dijadikan anak-anak Allah, artinya mengambil bagian dalam kemuliaan Putera, di dalam martabat-Nya sebagai anak Allah.
Yesus adalah kepala kita dan Ia membagikan segala sesuatu yang ada pada-Nya kepada kita, sehingga kita bisa mengambil bagian di dalam kepenuhan-Nya itu. Karena itu dikatakan juga "Dari kepenuhan-Nya, kita semua menerima kasih karunia demi kasih karunia" (Yoh. 1:16). Namun,sebenarnya kita tidak menerima seluruh kepenuhan Yesus Kristus. Seandainya kita menerima seluruh kepenuhan Yesus Kristus berarti kita menjadi Yesus. Jadi kita hanya mendapat sebagian. Tetapi sebagian inipun sudah luar biasa, karena kita telah menerima kehidupan kekal itu sendiri.Oleh karena Dia, kita dijadikan anak-anak Allah. Maka Santo Paulus mengatakan "bahwa Dia adalah yang sulung dari antara banyak saudara". Dalam arti ini, kita bisa dikatakan adik-adik Yesus, bukankah itu hebat? Kita menjadi adik-adik Yesus karena kitasebenarnya diberi martabat yang sama. Kita mengambil bagian dalam kodrat Allah seperti yang dikatakan oleh Santo Petrus dalam suratnya. Jadi mengambil bagian di dalam kepenuhan ke-Allah-an dan hidup Allah sendiri melalui manusia Yesus Kristus yang sekaligus adalah Putera Allah sendiri. Oleh karena itu, kita menyadari bahwa martabat kita sesungguhnya luar biasa.DalamYes 52:7 diceritakan betapa menyenangkan derap kaki pembawa berita yang mengabarkan kabar gembira itu. Kabar gembira Yesus Kristus ini lebih menggembirakan lagi. Karena Yesus, oleh iman akan Dia,kita dibebaskan dari segala macam ikatan dan benar-benardijadikan anak-anak Allah. Oleh karena itu, kita adalah anak-anak Allah yang Mahatinggi, bukan anak iblis.
Yesus Kristus begitu mengasihi kita. Ia yang Mahatinggi, yang memiliki segala sesuatu telah menjadi manusia yang lemah seperti kita. Sebagai manusia, Ia juga haus, lapar, perlu tidur. Namun, sebagai Allah, Ia tidak pernah tidur. Sebagai manusia Ia ketiduran di perahu dan sebagainya, seperti kita yang ketiduran waktu doa atau mendengarkan kotbah dan sebagainya.Yesus tahu kelemahan-kelemahan kita. Dalam surat kepada orang Ibrani dikatakan bahwa Yesus Kristus Putera Allah menjadi manusia yang mengalami juga kelemahan-kelemahan kita (bdk Ibr. 4:15). Ia mengalami segala penderitaan kita dan Ia menderita juga untuk kita. Sebagai Allah, Ia sebenarnya tidak perlu semuanya itu, Ia sudah memiliki segala-galanya, tetapi Ia begitu mengasihi Bapa dan Bapa begitu mengasihi kita, sehingga kita berharga dihadapan-Nya. Untuk kita semua Ia wafat disalib. Sungguh betapa mahal harga diri kita, maka jangan sampai kita menjual diri kepada setan. Kita ditebus dan dibeli dengan harga mahal sekali.
Yesus Kristus adalah Allahdan manusia. Ia benar-benar Putera Allah dan Ia menjadi manusia. Mengapakah Ia yang mahakuasa yang menciptakan segala sesuatu mau menjadi manusia yang tidak berdaya? Mengapa Ia yang adalah Allah yang Mahakuasa menjadi begitu tergantung pada manusia yaitu Bunda Maria? Ia perlu disusui, perlu diberi makan, perlu dibantu kalau buang air dan sebagainya. Ia sama seperti bayi-bayi lainnya yang tidak berdaya. Seluruhnya seolah-olah tergantung kepada manusia. Padahal Ia yang menciptakan Bunda Maria, kemudian Ia menjadi Puteranya sendiri artinya sebagai manusia Ia putera Bunda Maria. Ia mau menjadi manusia ialah "karena cinta-Nya yang begitu besar kepada manusia" (bdk. Yoh. 3:16). Kerinduan-Nya ialah supaya tidak seorangpun binasa, melainkan supaya karena percaya kepada-Nya semua orang diselamatkan.
Dalam surat kepada orang Ibrani dikatakan "bahwa dahulu kala, Allah berbicara dalam berbagai macam cara kepada nenek moyang kita” (bdk. Ibr. 1:1). Tetapi sekarang ini Ia berbicara melalui Putera-Nya, Yesus Kristus. Jadi Yesus Kristus mewartakan dan membawakan kepada kita pesan Bapa yang lengkap. Di dalam Yesus Kristus, kita menemukan segala sesuatu yaitu sabda yang menghidupkan, sabda yang memberikan sukacita, dan sabda yang memberikan kebebasan kepada kita. Dikatakan "siapa yang percaya kepada-Nya diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah” (Yoh. 1:1).Menjadi anak-anak Allah yang sungguh bukan hanya dalam nama, tetapi dalam kenyataan. Itu berarti juga akan mengalami sukacita, damai dan kebebasan anak-anak Allah.
Dewasa iniIa juga berbicara kepada kita. Namun, sebagai manusia Ia terbatas. Terbatas dalam arti lahiriah. Yesus hanya berada di satu tempat. Ia tidak sekaligus berada di sepuluh tempat. Kalau Ia ada di Yerusalem, Ia tidak ada di Nazaret atau ditempat lainnya. Maka pada waktu itu sebagai manusia Ia masih sangat terbatas. Tetapi kemudian, setelah Ia wafat, bangkit dan dimuliakan, Yesus manusia ini mengambil bagian dalam kemuliaan Allah yaitu kemuliaan-Nya sebagai Putera Allah. Karena itu setelah Ia bangkit dan naik ke surga, sekarang Ia hidup dengan mulia. Ia tidak terbatas lagi oleh hukum-hukum dunia ini. Misalnya sebagai contoh dalam kisah kebangkitan "Yesus tiba-tiba masuk dalam ruangan tertutup dan tiba-tiba lenyap lagi" (bdk. Yoh. 20:19-29). Hal ini dapat terjadi karena Yesus sudah mulia. Ia tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Ia tidak terikat oleh hukum-hukum lagi. Maka siapapun yang percaya kepada-Nya,ia juga mengambil bagian dalam kemuliaan Allah. Yesus yang mulia hadir dimana-mana: Ia hadir di sini, di Roma, di Jakarta, dan juga di tempat lainnya.Karena Ia hadir dimana-mana, kita percaya akan kehadiran Tuhan dalam setiap doa dan perayaan Ekaristi. Secara jasmani Ia tidak kelihatan lagi, tapi secara iman kita tahu Ia hadir bahkan Ia hadir dalam hati dan lubuk jiwa kita yang terdalam.
Dalam Yes 52:7-10dikatakan bahwa di tengah-tengah kekelaman dan kelabu dari orang-orang Israel yang berada dalam pembuangan selalu ada timbul nada sukacita, nada pengharapan karena mereka tahu, semuanya itu akan berlalu. Namun, Allah tidak akan berlalu. Segala sesuatu akan berlalu, hanya Allah saja yang akan tetap ada dan tidak akan berlalu. Jadi ditengah-tengah penderitaan, penganiayaan, kesukaran dan kekelabuan hidup, disitulah ada nada sukacita dan nada pengharapan karena semua akan berlalu dan lenyap serta diganti dengan kemuliaan dan sukacita yang paling besar bagi orang yang bertahan dan percaya. Demikian juga bila kita sungguh-sungguh percaya akan Tuhan, walaupun dalam situasi yang sukar dan krisis, kita tetap mempunyai satu nada pengharapan. Bagi orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, istilah jalan buntu itu tidak ada. Jalan buntu itu hanya ada pada pikiran manusia yang tidak percaya kepada Tuhan. Tetapi bagi orang yang percaya kepada Tuhan dan berserah kepada-Nya selalu ada jalan keluar walaupun tidak seperti yang kita pikirkan. Kalau kita melihat kesukaran dalam iman maka kita akan sadar dan mengakui "terpujilah Tuhan", karena Ia yang memegang tanganku dengan kuat.
Allah yang berbicara dalam diri kita melalui firman-Nya, Ia juga berbicara kepada kita di dalam hati sanubari kita masing-masing melalui Roh-Nya.Agar kita dapat mendengarkan suara Tuhan, hati kita harus tenang dan mendengarkan Dia. Seringkali ketika berdoa kepada Tuhan, kita banyak berbicara kepada Tuhan, tapi tidak sempat mendengarkan Dia. Maka supaya kita bisa mendengar Tuhan berbicara, kita juga harus mendengarkan Dia, jangan kita terus saja bicara. Lama-lama Tuhan bosan pada doa kita, karena Tuhan tidak diberi waktu atau kesempatan untuk bicara pada hati kita. Kita harus belajar mendengarkan Tuhan berbicara dalam keheningan dan kesunyian hati kita,lewat firman-Nya, lewat doa dan sebagainya. Maka suatu saat firman itu akan hidup dalam diri kita dan akan berbicara pada kita.
Akhirnya kita pun tahu bahwa sekarang inipun Yesus tetap hidup ditengah-tengah kita. Semakin kita mendengar suara-Nya, semakin iman kita diteguhkan dan semakin kita mampu melihat kehadiran-Nya di tengah-tengah segala peristiwa yang kita alami. Dan dengan demikian hidup kita walau bagaimanapun juga, akan selalu ditandai oleh pesan pokok dari Natal itu dan damai di bumi kepada orang-orang yang berkehendak baik atau yang berkenan kepada Bapa.
- Details
- Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
- Hits: 4047
MARIA BUNDA ALLAH DAN BUNDA KITA
Tempat Bunda Maria Dalam Rencana Keselamatan Allah
Dan Dalam Hidup Kristiani Kita
Orang Katolik tidak menyembah Bunda Maria.
Dalam kehidupan orang Katolik, Maria memainkan peranan dan kedudukan yang sangat penting. Karena itu sangat penting pula bagi orang katolik untuk mengerti akan keseimbangan kedudukan dan peranan Bunda Maria yang sebenarnya dalam Rencana Keselamatan Allah dan dalam Gereja. Harus diakui, khususnya pada masa lampau, kadang-kadang ada ekses-ekses yang melebih-lebihkan peranan Bunda Maria, sehingga kadang-kadang diberi kesan, seolah-olah Bunda Maria menggantikan peranan Roh Kudus sendiri, dan tentu saja ini tidak benar. Tetapi sebaliknya mengurangi peranan Bunda Maria juga sama kelirunya. Oleh karena itu sebagai orang katolik adalah sangat penting untuk mempunyai pandangan yang seimbang tentang kedudukan dan peranan Bunda Maria yang sebenarnya.
Pertama-tama harus dikatakan, bahwa sebagai orang katolik kita tidak menyembah Maria. Sebab seandainya kita menyembah Maria, maka kita menjadikan Maria berhala. Dan ini tentu saja bertentangan dengan rencana dan kehendak Tuhan sendiri. Tetapi Maria ini merupakan ciptaan Allah yang terbesar dari segala ciptaan-Nya. Karena itu kita bisa mengatakan bahwa Maria betul-betul merupakan Masterpiece dari Allah, Masterpiece dari karya rahmat Allah, karya seni Allah yang paling indah. Karena itu kalau kita menghormati Maria, atau menghargai Maria seperti yang dikehendaki Allah, kita sebenarnya juga menghargai dan menghormati Allah sendiri. Karena dengan menghargai karyanya kita mau tidak mau juga menghargai dia yang membuat karya itu. Sebagai contoh, misalnya ada suatu lukisan bunga yang indah. Anda mengagumi lukisan bunga itu. Lalu pelukisnya secara kebetulan ada disebelah anda tetapi anda tidak tahu. Anda menyatakan kekaguman anda dengan mengatakan; “Lukisan bunga ini bagus sekali, sangat mengagumkan”. Maka pelukisnya yang ada didekat anda akan merasa senang, sekalipun yang dipuji itu bukan dia, tetapi hasil karya lukisannya. Tetapi seandainya sebaliknya anda mengatakan; “Ah, lukisan apa ini, kok jelek sekali.” Bagaimana perasaan si pelukis yang kebetulan mendengar komentar anda?
Demikian pula halnya antara hubungtan Bunda Maria dan Penciptanya. Dengan mengakui Bunda Maria sebagai suatu “masterpiece” rahmat, sama saja dengan mengakui atau memuliakan Dia yang menciptakannya. Dengan demikian dapatlah ditegaskan bahwa sebagai orang katolik kita tidak menyembah Bunda Maria, tetapi sebagai orang katolik kita menghormati Bunda Maria, karena Maria adalah putri kesayangan Allah sendiri. Memang dalam masa-masa yang lampau dan ditempat-tempat tertentu devosi kepada Bunda Maria itu dilebih-lebihkan, sehingga memberi kesan seolah-olah Maria saja sudah cukup, Allah tidak perlu lagi. Maria melakukan segala-galanya, Roh Kudus tidak perlu lagi dsbnya, sehingga ini mengaburkan peranan Bunda Maria sendiri. Oleh karena itu kiranya sangat penting sebagai orang katolik untuk mengerti peranan dan kedudukan Maria yang sebenarnya.
Maria adalah Bunda Allah.
Kebesaran Bunda Maria pertama-tama berasal dari kenyataan, bahwa Maria diangkat menjadi Bunda Allah, Bunda Tuhan kita Yesus Kristus. Dengan demikian Maria diangkat jauh melampaui segala ciptaan yang lain. Dan dasar keagungan Maria atau kebesarannya adalah karena sikapnya yang begitu terbuka untuk Tuhan, yaitu sikap dasar imannya yang sempurna dalam kerendahan hati dan pasrah yang sempurna. Sikap ini tercermin dalam pernyataannya dengan mengatakan: “terjadilah padaku menurut perkataanMu”, pada waktu Malaikat Gabriel membawa kabar gembira kepadanya (Luk 1: 38). Pernyataan ini biasa disebut dengan istilah “fiat” yang berasal dari bahasa latin “Fiat mihi secundum verbum tuum.”, yang berarti “terjadilah padaku menurut perkataanmu”, seperti diucapkan Bunda Maria kepada malaikat Gabriel itu.
Ungkapan “Maria Bunda Allah” ini sudah sejak lama menjadi persoalan di dalam Gereja, sampai pada dua konsili besar, yaitu Konsili Ephesus dan konsili Kalsedon. Dalam konsili Efesus pada tahun 431 dinyatakan, bahwa “Maria adalah Bunda Allah.” Pada waktu itu ada persoalan dan pertentangan antara sebutan “Maria Bunda Allah “ atau “Bunda Yesus”. Karena ada bidaah yang mengatakan, Maria itu hanya Bunda Yesus. Yesus bukan Allah, Yesus adalah manusia biasa, tetapi iman katolik mengatakan Jesus adalah Allah, Putra Allah. Karena itu Yesus adalah Allah dan manusia sekaligus, sepenuhnya Allah, sepenuhnya manusia. Karena itu Maria juga disebut sebagai Bunda Allah.
Kemudian dalam konsili Calsedon pada tahun 451 Maria secara resmi oleh gereja diakui sebagai “Theotokos” artinya “Bunda Allah”. Pengakuan gereja itu sebenarnya untuk menyatakan bahwa: “Ini adalah wahyu Allah”. Gereja tidak memberikan suatu ajaran baru, tetapi gereja hanya menekankan, bahwa sebetulnya kebenaran iman ini adalah ajaran wahyu Allah sendiri yang sudah ada sejak semula, karena tercantum dalam Kitab Suci, khususnya Injil Lukas, dimana kita melihat dasar dari itu semua. Ungkapan Theotokos itu sebenarnya mau mengatakan, bahwa yang dilahirkan oleh Maria itu bukan hanya tubuh Yesus saja, melainkan seluruh Yesus Kristus, Allah dan manusia sekaligus.
Pertama-tama peranan Maria yang sangat penting diungkapkan oleh malaikat Gabriel, yaitu dalam Lukas bab 1 ayat 28 dikatakan: “waktu itu malaikat Gabriel diutus kepada seorang perawan bernama Maria. Ketika Malaikat itu masuk kerumah Maria, dia mengatakan; Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Dalam seluruh kitab suci tidak pernah ada seorangpun disapa dengan cara itu, yaitu; “Salam engkau yang dikaruniai.” Terjemahan ini sebenarnya terlalu lemah. Kalau kita melihat teks aslinya, kiranya harus diterjemahkan demikian “ Salam engkau yang dikaruniai secara istimewa” atau mungkin lebih tepat juga terjemahan yang berasal dari bahasa Latin “Salam engkau yang penuh rahmat” arti yang sebetulnya adalah: “Salam engkau yang penuh rahmat istimewa.” .
Kita bandingkan bagaimana malaikat yang sama sebelumnya menampakkan diri kepada Zakaria dimana cara menyapanya berbeda. Pada Lukas bab 1, ayat 13 malaikat Gabriel berkata kepada Zakaria: “Jangan takut hai Zakaria sebab doamu telah dikabulkan dan Elizabeth isterimu akan melahirkan seorang anak laki-2.” Juga dalam perjanjian lama (Hak bab 13 ayat 3), misalnya ketika seorang malaikat menampakkan diri pada ibu Samson, dia tidak mengatakan “Salam engkau yang penuh rahmat” dan demikian pula pada beberapa penampakan lainnya juga tidak. Kepada Zakaria malaikat menyapa: “Jangan takut”, tetapi kepada Maria malaikat menyapa: “Salam, engkau yang dirahmati secara istimewa.” Jadi disini berbeda, kalau Zakaria ragu-2 dan mengatakan: “Bagaimana, saya ini sudah tua, apakah mungkin punya anak lagi, isteri saya juga sudah tua.” Lalu malaikat mengatakan: karena engkau tidak percaya engkau akan bisu. Tidak demikian dengan Maria, Maria percaya tetapi ia ingin tahu, bagaimana hal itu akan terjadi. Jadi Maria bukan tidak percaya, tetapi ingin tahu bagaimana terjadinya, karena itu malaikat mengatakan: “ Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah yang Mahatinggi akan menaungi engkau.”
Kesaksian Roh Kudus melalui Elizabeth.
Ketika Maria mengunjungi Elizabeth, Roh Kudus berbicara melalui Elizabeth, yaitu dalam Lukas Bab 1:41-42 yang mengatakan; “Dan ketika Elizabeth mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang didalam rahimnya dan Elizabethpun penuh dengan Roh Kudus lalu berseru dengan suara nyaring mengatakan: Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku.” Jadi Elizabeth yang sebetulnya tidak tahu apa-apa, tentang apa yang terjadi dengan Maria, oleh Roh Kudus Elizabeth mengetahui dengan pasti apa yang dialami Maria. Dan oleh Roh Kudus Elizabeth mengatakan “ Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang kepadaku” Jadi jelas bagi Elizabeth memang suatu rahmat dan kehormatan yang besar. Elizabeth tidak mengatakan Ibu sang Messias tetapi “Ibu Tuhanku” dan ini karena Roh Kudus yang memberi kesaksian. Dengan demikian, maka gereja mengatakan sudah begitu jelas nampak bahwa ini yang harus dipercayai, yaitu “Maria adalah Bunda Allah.”
Maria melahirkan Sang Sabda.
Maria adalah Bunda Allah, dengan demikian Maria melahirkan pribadi sang sabda sendiri. Sang sabda yang kita ketahui adalah Allah sejak semula. Seperti dikatakan dalam injil Yohanes bab 1 ayat 1 “Pada awal mulanya adalah sabda atau firman, firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah”. Jadi yang dilahirkan oleh Maria adalah sang firman yang menjadi manusia. Karena dalam diri Yesus Kristus adalah Allah dan manusia sekali gus, bukan 50% manusia 50% Allah, tetapi Yesus Kristus itu 100% Allah 100% manusia. Oleh karena itu ada dua kodrat, yaitu kodrat manusia 100% dan kodrat Allah 100% dan ini dipersatukan dalam pribadi sang sabda.
Jadi apa yang dilakukan Yesus adalah apa yang dilakukan pribadi sang sabda, demikian juga tindakan-2 manusiawinya mempunyai nilai-2 ilahi yang tidak terbatas, karena dia adalah sekali gus Allah dan sekali gus manusia. Dan karena Maria melahirkan Yesus, maka Maria melahirkan pribadi sang sabda juga.
Maria adalah model dan teladan kepasrahan.
Maria memberikan persetujuan yang bebas kepada malaikat, karena itu Maria menerima secara bebas dan taat secara bebas kepada sabda Allah. Maria menjadi Bunda Allah itu bukan karena paksaan. Kebebasan atau penyerahan diri Maria diungkapkan dengan jawabannya “Terjadilah kepadaku menurut perkataanMu” sehingga dengan demikian Maria ini merupakan gambaran setiap orang yang menyerahkan diri kepada Allah. Dengan demikian Maria adalah teladan dan model kita juga.
Untuk mengerti ini kita harus melihat peranan Maria dalam kaitan dengan peranan puteranya sendiri. Yesus adalah Allah yang mengosongkan diri bagi kita. Yesus adalah putera Allah seperti kita lihat dalam Fillipi 2 ayat 6-8 yang mengemukakan tentang Yesus Kristus yang telah mengosongkan diri. “Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia yang tak berdaya.” Dengan demikian Yesus menjadi sama dengan manusia dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa.
Jadi putera Allah yang mahakuasa, yang dikatakan dalam injil Yohanes bab 1 Ayat 1 “Pada mulanya adalah firman” dan selanjutnya dalam ayat 3 dikatakan “Segala sesuatu dijadikan oleh dia dan tanpa dia tidak ada suatupun yang telah jadi.” Dari sini kita ketahui bahwa firman ini yang ada pada Allah yang juga adalah Allah, sama dan identik dengan Allah Bapa. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak sesuatupun yang telah jadi.
Putera Allah yang Mahabesar ini menjadi bayi yang tak berdaya. Yang Mahakuasa menjadi yang tidak berdaya, yang kuat menjadi bayi yang lemah, Yang Mahabesar menjadi bayi yang kecil. Dan disini kita melihat kerendahan hati Allah yang luar biasa, dia tidak hanya begitu saja merendahkan diri bahkan taat sampai wafat disalib.
Seperti dikatakan oleh Santo Paulus (bdk 1 Kor. 1:23-25)bahwa bagi orang Yunani yang penuh dengan filsafat, “misteri wafat Yesus dikayu salib adalah suatu kebodohan.” Orang Yahudi menganggap bahwa “Misteri Allah yang Mahakudus disalibkan” adalah suatu hujatan. Tetapi Paulus mengatakan; bagi mereka yang diselamatkan baik Yahudi maupun Yunani, “Kristus yang disalibkan adalah kebijaksanaan Allah yang Mahatinggi” karena itu Paulus mengatakan siapa yang mau menjadi bijaksana hendaklah dia menjadi bodoh, sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia. yang paling kuat sekalipun.
Oleh karena itu disini kita melihat, bahwa Pencipta langit dan Bumi menjadi tergantung pada manusia. Menjadi bayi kecil yang digendong Maria, yang disusui oleh Maria, yang dimandikan oleh Maria yang tidak berdaya, padahal Dia pencipta langit dan bumi. Dia adalah anti type, bertolak belakang dengan manusia yang memberontak terhadap Allah, dan karena manusia memberontak dia terikat pada dosa. Karena itu semua manusia telah berdosa. Dan dosa ini menjalar kemana-mana, tetapi kasih Allah begitu besar sehingga dia mengutus Putera-tunggal-Nya. Bersambung . . .
- Details
- Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
- Hits: 3094
Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia baru saja kita rayakan pada hari Natal. Namun peristiwa besar ini bukanlah akhir dari segala-galanya. Ada sebuah rangkaian peristiwa yang menunjukkan campur tangan Tuhan yang luar biasa untuk manusia. Kita memulainya dari kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini. Apa tujuan Tuhan Yesus, Putra Allah yang mahatinggi datang ke dunia? Para Bapa Gereja menyatakan bahwa Anak Allah telah datang ke dunia supaya kita semua dijadikan anak-anak Allah. Rahmat Tuhan yang luar biasa inilah yang harus kita sadari, yaitu menyadari menjadi anak-anak Allah. Kita semua yang percaya kepada nama Yesus, tidak terkecuali oleh rahmat Tuhan telah dijadikan anak-anak Allah. Ini merupakan suatu karunia yang luar biasa. Kadang-kadang orang dalam hidupnya membanggakan, “Aku ini anak bupati”. Yang lain mengatakan, ”aku anak gubernur”, yang lain lagi mengatakan, “Aku anak menteri”, lalu bagaimana dengan kita? Kenyataannya kita memang adalah anak-anak Allah dan kedudukannya lebih tinggi nilainya dari semua yang ada di dunia ini.
St. Paulus mengatakan, ”Kalau kita anak maka kita juga menjadi ahli waris bersama Yesus” (Rm 8:16-17a). Menjadi ahIi waris berarti menerima warisan yang sama seperti Yesus. Yesus telah menerima segalanya dari Bapa. Dalam Injil Yohanes dikatakan, ”Dari kepenuhannya kita semua menerima kasih karunia demi kasih karunia” (Yoh 1:16). Ini mau mengatakan bahwa kita mengambil bagian dari kasih karunia itu. Artinya, Yesus yang memiliki kepenuhan rahmat Allah membagikannya kepada kita sehingga kita dapat mengambil bagian dalam kehidupan Allah sendiri. Itu merupakan sesuatu yang luar biasa!
Namun secara konkrit bagaimana kita dapat menjadi anak-anak Allah? Dalam Injil Yohanes 3:16 dikatakan, “Demikian besar kasih Allah kepada dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal.” Dunia ini dimaksudkan semua manusia dan dianugerahkan hidup yang kekal kepada mereka yang percaya kepada Yesus yang diutus Bapa. Hidup yang diberikan kepada manusia bukan terbatas pada dunia ini saja, melainkan membuat manusia itu tidak binasa karena yang diperolehnya adalah sebuah kehidupan yang kekal.
Zaman ini ditandai dengan pengaruh-pengaruh budaya Barat yang sangat kuat, salah satunya sekularisme. Berpuluh tahun yang lalu dunia pernah diganggu oleh komunisme paxisme yang tidak percaya apa-apa. Sekarang ini sekularisme memberikan pengaruh kepada dunia yang tidak kalah jahatnya. Walaupun tidak mengakui komunisme, tetapi intinya sama saja. Setali tiga uang! Mereka membuang keberadaaan Allah. Sekularisme yang sekarang ada di negara Barat meng-ekspor dirinya ke mana-mana, termasuk ke Indonesia. Aliran ini mengatakan bahwa realitas yang ada yaitu yang hanya bisa kita raba dengan tangan, bisa kita lihat dengan mata, bisa kita dengar dengan telinga yang jasmani, bisa dipikirkan oleh otak kita yang terbatas. Akibatnya seluruh hidup manusia diarahkan untuk mencari kebahagiaan, kekayaan, kenikmatan, nama, kemasyuran dan lain sebagainya semata-mata hanya di dunia ini. Bila semua itu sudah diperoleh manusia, selanjutnya apa yang akan dilakukan manusia? Tidak ada! Manusia meninggalkan Tuhan dalam hidupnya dan semakin mereka meninggalkan Tuhan, dunia menjadi semakin kacau dan bahaya-bahaya besar mengancam.
Kerusakan-kerusakan alam yang terjadi di bumi ini disebabkan oleh keserakahan manusia. Lapisan-lapisan ozon sudah banyak yang berlubang, sehingga terjadi pemanasan global. Bila hal ini terus berlangsung, banyak pulau dan kota yang beberapa tahun lagi akan tenggelam. Ketika melakukan perjalanan ke Kalimantan beberapa tahun yang lalu, saya melewati jalan di pinggiran pantai dari Singkawang ke Pontianak. Di sana saya melihat bekas yang dulunya jalan sekarang digenangi laut. Menurut perkiraan akan terus terjadi demikian. Akibatnya macam-macam penyakit akan menimpa umat manusia, karena keserakahan dirinya. Mereka ingin menikmati dunia ini sepuas-puasnya dan melupakan Tuhanaaakan. Dengan demikian manusia mendatangkan hukuman atas diri mereka sendiri. Selain itu, kita melihat peperangan terjadi silih berganti, tiada hentinya. Begitu pula terorisme yang semakin menjadi-jadi di mana-mana. Hal tersebut terjadi karena manusia telah meninggalkan Tuhan. Manusia ingin hidup lepas dari Tuhan. Oleh karena itu, jalan untuk menerima kehidupan ilahi adalah pertama-tama percaya kepada Yesus, dan kedua, dengan percaya kita dapat hidup menurut apa yang dikehendaki Yesus yaitu hidup menurut firman Tuhan sendiri.
Yesus datang ke dunia bukan hanya menunjukkan jalan kepada kita, melainkan Dia sendiri adalah jalan. Yesus adalah jalan bagi keselamatan manusia. Karena itu, siapa yang percaya kepada-Nya tidak akan binasa, tetapi akan diselamatkan. Melalui Dia, kita dapat mencapai tujuan hidup kita. Bila menyadari bahwa kita semua tanpa terkecuali diciptakan menurut gambar dan kesamaan Allah, maka kita sesungguhnya sudah terarah kepada tujuan hidup kita itu sendiri. Manusia dari dirinya sendiri sebetulnya diarahkan kepada Allah, kepada yang tidak terbatas. Karena itu, manusia tidak akan pernah dapat berbahagia atau puas dengan apa yang dapat diberikan oleh dunia ini saja.
Ada pelbagai sarana yang ada bagi manusia untuk menuju kepada Allah, untuk mengenal Dia dan mencintai Dia. Tetapi sarana janganlah dijadikan tujuan. Kalau sarana dijadikan tujuan celakalah kita, celakalah dunia! Mengapa demikian? Karena manusia akan melupakan Tuhan dengan menggunakan apa yang diberikan Tuhan itu seolah-olah sebagai tujuan hidupnya.
Setelah datang ke dunia, Yesus dibaptis. Yohanes Pembaptis mengatakan lebih dahulu, “Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripada-Ku akan datang dan Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Dia itulah Yesus. Pembaptisan yang dilakukan Yohanes Pembaptis hanya sebagai tanda pertobatan. Sedangkan pembaptisan yang dilakukan Yesus dan sampai sekarang diteruskan dalam Gereja yang didirikan-Nya tidak hanya membawa kepada pertobatan. Setelah bertobat, ia dibaptis dan melalui pembaptisan itu, manusia menerima hidup ilahi. Gereja mengajarkan bahwa hidup ilahi itu merupakan rahmat pengudus. Rahmat ini diberikan kepada kita bukan karena jasa-jasa kita, bukan pula karena kita pantas atau layak karena tidak seorang pun yang pantas atau layak, melainkan diberikan semata-mata karena kebaikan, kemurahan, dan kerahiman Allah sendiri. Rahmat ini diberikan kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. Semua yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Jadi lewat pembaptisan kita menerima hidup ilahi.
Hidup ilahi yang ada di dalam diri kita itu adalah benih hidup yang kekal, benih kehidupan surgawi kita. Surga merupakan kerinduan dan tujuan hidup kita sebab kita semua yang ada di sini suatu saat akan menghadap Tuhan dengan meninggalkan dunia ini. Betapapun hebatnya manusia, suatu saat harus meninggalkan dunia ini. Dalam Mazmur dikatakan bahwa batas umur manusia itu 70 tahun, kalau kuat 80. Bahkan banyak yang tidak mencapai 70. Kalau kuat 80, itu pun dengan banyak sakit dan derita. Tetapi bagi orang beriman, khususnya orang Katolik, kita mempunyai keyakinan seperti yang dikatakan dalam Kitab Kebijaksanaan yang dikutip dalam prefasi untuk arwah dikatakan: “Bagi orang beriman hidup tidak berhenti tapi hidup berubah.”
Seratus tahun yang akan datang kita berada di mana? Di sinilah letaknya pengharapan kristiani. Kita percaya bahwa hidup manusia tidak berakhir, tetapi berubah. Bila pengembaraan manusia di dunia ini sudah berakhir, tersedia bagi manusia sebuah kehidupan kekal di rumah Allah. Tentu saja kita akan memperolehnya bila mau mengikuti jalan yang telah ditunjukkan Yesus. Yesus sendiri mengatakan, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu mengenal Allah satu-satunya yang benar dan mengenal Yesus Kristus. Hidup yang kekal ini berarti hidup bersatu dengan Bapa, dengan Yesus sendiri.
Lalu bagaimana secara konkrit kita dapat memperkembangkan hidup ilahi dalam diri kita? Hidup ilahi sebetulnya bukan lain yang disebut juga rahmat pengudus, yang bukan lain daripada kasih Allah sendiri yang telah dicurahkan dalam diri kita. Maka Paulus dalam suratnya kepada umat di Roma mengatakan, ”Pengharapan tidak mengecewakan karena kasih karunia Allah telah dicurahkan ke dalam diri kita.” Kasih Allah telah dicurahkan ke dalam diri kita. Kasih yang telah dicurahkan ini perlu kita kembangkan. Bagaimana mengembangkan kasih Allah? Sesungguhnya kebahagiaan manusia yang terbesar ada dalam kasih. Semakin seseorang memiliki kasih semakin ia berbahagia. Sebaliknya iblis di neraka itu sengsara karena tidak memiliki kasih di dalam dirinya. Meskipun sesungguhnya diciptakan Tuhan sebagai malaikat yang mulia dan agung, mereka memilih memberontak kepada Allah. Karena memberontak, mereka berubah dari malaikat terang menjadi iblis kegelapan. Karena itu, bila Allah adalah kasih seperti yang dikatakan St. Yohanes, semua yang diciptakan-Nya dalam kasih dan kita pun dipanggil untuk hidup dalam kasih.
Bila kita hidup dalam kasih, kita akan menemukan kebahagiaan kita yang paling dalam. Semakin orang berkembang dalam kasih semakin ia bahagia. Sebaliknya iblis menjadi sengsara karena memilih kebencian. Kebencian itu sendiri melawan kodrat ciptaan yang terdalam dan merupakan siksaan bagi ciptaan itu sendiri. Contoh konkritnya adalah seseorang yang mengalami sengsara karena menyimpan dendam dan hidup dalam kebencian. Orang boleh menyimpan harta, tetapi menyimpan dendam itu merupakan sebuah kebodohan, bahkan dapat dikatakan merupakan dosa yang paling bodoh. Mengapa? Misalnya: meskipun tidak menganjurkan manusia untuk mencuri, seseorang yang mencuri sesuatu masih dapat menikmati hasil curiannya. Sebaliknya, kalau membenci, sakit hati, dendam, tidak ada satu hal pun yang dapat dinikmati. Ada seorang bapak yang karena sakit hati, benci sekali dengan iparnya. Kalau melihat iparnya, reaksi kebencian itu tampak di dalam dirinya. Bila ada sebuah pistol di situ, pasti ia langsung menembaknya. Baru melihat iparnya mukanya sudah merah. Selama setahun ia menyimpan kebencian itu. Bahkan saat makan berlangsung, misalnya dalam pesta, bila seorang menyebut nama iparnya, dia langsung tidak ada nafsu makan, tidak dapat menikmati makanannya. Bila mau tidur dan teringat akan iparnya, sampai pagi pun ia tidak bisa tidur dan hanya amarah yang ada di dalam dirinya. Apakah ini bukan merupakan sebuah kebodohan? Puji Tuhan. Setelah suatu saat bapak ini mengikuti retret awal dan menyadari bahwa menyimpan dendam dan kebencian adalah dosa yang paling bodoh. Ia mengakui dosa-dosanya. Namun karena akarnya begitu mendalam, setelah mengaku dosa perasaan dendam itu belum hilang sama sekali. Tetapi ia tidak putus asa. Waktu menerima pencurahan Roh Kudus, Tuhan memberikan pada dia Roh Kudus sekaligus mengangkat dendamnya itu. Setelah selesai ia datang kepada saya dengan wajah berseri-seri, “Romo sepulang dari tempat ini saya mau langsung te tempat ipar saya, bukan membawa pisau untuk menyembelih dia tapi saya mau datang ke ipar saya, saya mau memeluk dia.” Kemudian ia menceritakan pengalamannya, ”Romo, setelah saya pikir-pikir, saya bodoh sekali selama satu tahun saya menyiksa diri saya; padahal ipar saya bisa makan dan tidur dengan enak, sedangkan saya tersiksa terus.”
Untuk dapat bertumbuh dan berkembang dalam kasih, mengetahui saja tidak cukup. Misalnya saat kita lapar dan tahu bahwa di situ ada makanan, tapi tidak dapat mengambil makanan itu, apakah kita kenyang karenanya? Bau makanan mungkin menyengat hidung, tapi apakah kenyang juga karenanya? Mungkin justru makin lapar. Oleh karena itu, mengetahui saja tidak cukup. Kasih Allah telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus dan kasih itu dapat hilang bila kita melakukan dosa besar. Melalui pertobatan, manusia datang kembali kepada Tuhan dan dipulihkan. Karena itu, kasih Allah yang telah dicurahkan ke dalam hati kita menjadi sebuah modal untuk bertumbuh. Bila melakukan tindakan-tindakan, bahkan sekecil apa pun, bila melakukannya dalam kasih, itu akan menambah kasih kita. Yesus mengatakan, ”Aku lapar dan kamu memberi Aku makan, Aku haus, dan kamu memberi Aku minum.” Misalnya: saat Anda menuntun seorang yang sulit jalan. Bila itu dilakukan demi Yesus, itu pun merupakan perbuatan kasih. Dan masih banyak lagi perbuatan kasih yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan kasih dalam kehidupan sehari-hari, misalnya memasak dengan kasih dan yang menikmati juga akan lebih enak masakannya. Bila melakukan pekerjaan apa saja, kita dapat mempersembahkannya kepada Yesus, “Yesus, ini saya persembahkan kepada-Mu”. Pekerjaan yang terkecil sekalipun bahkan yang remeh, hina dan kotor, misalnya membersihkan WC, kita dapat mengatakan kepada-Nya, “Yesus saya mau buat ini untuk-Mu.” Hal-hal seperti ini mempunyai nilai di hadapan Tuhan.
Ada satu tokoh besar yang oleh Gereja dijadikan Pujangga Gereja, yaitu St. Theresia dari Kanak-kanak Yesus. St. Theresia adalah suster yang biasa saja. Ia tidak pernah keluar, tidak pernah mengajar, tetapi menjadi besar di hadapan Tuhan karena perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam kasih kepada Yesus. Setiap perbuatan kecil yang dilakukannya dengan mengatakan dalam hatinya, ”Yesus, ini kulakukan demi cinta kepada-Mu.” Dia menjadi besar dan kemudian Gereja menggelarkan dia kudus dan mengangkatnya sebagai Pujangga Gereja, artinya ajaran dan teladan hidupnya dapat dijadikan contoh bagi kita semua. St. Theresia menunjukkan sebuah “jalan kecil” dalam hidupnya, misalnya seperti yang dikatakannya, ”Kalau kamu memungut jarum yang jatuh di lantai dan melakukannya dengan kasih, itu akan mempunyai nilai di hadapan Tuhan.” Oleh karena itu, apapun yang kita lakukan dengan kasih dan melakukannya demi Yesus, itu akan memberi nilai di hadapan Tuhan.
Bila kita harus menderita, misalnya tidak dianggap, diremehkan, dsb, persembahkanlah semua itu sebagai kurban kepada Yesus maka dalam hidup kita tidak ada satu alasan apapun yang membuat kita merasa jengkel, putus asa, dll. Bila kita harus menanggung sesuatu, persembahkanlah kepada Yesus. Bila kita mempersembahkannya kepada Yesus, maka beban kita akan menjadi lebih ringan dan mempunyai nilai untuk keselamatan kita sendiri dan juga untuk yang lain.
Bagaimana secara konkrit dapat menguduskan kehidupan kita sehari-hari? Ada sebuah dongeng. Ada seorang janda miskin yang hanya memiliki satu anak laki-laki. Mereka hidup miskin dan sengsara. Suatu saat tampaklah seorang malaikat kepada pemuda tersebut. Malaikat itu berkata, “Aku di sini memiliki tongkat ajaib, tongkat wasiat. Kalau kamu menggunakan tongkat ini, apapun yang kausentuh, akan menjadi permata. Batu-batu yang engkau sentuh dengan tongkat itu akan berubah menjadi permata.” Lalu malaikat itu pun pergi. Pemuda itu mencoba tongkatnya. Ia menyentuh batu dan berkata dalam hatinya, ”Ah, menjadi permata. Ah, menjadi permata.” Segala yang ia sentuh menjadi permata. Pada akhirnya ia menjadi kaya raya. Ini hanya sebuah dongeng, tetapi adakah makna di balik dongeng ini?
Tahukah kita bahwa kita juga diberi tongkat wasiat oleh Tuhan? Tongkat wasiat tadi namanya kasih. Apapun yang kita sentuh dengan kasih maka akan berharga di hadapan Tuhan. Apapun yang kita lakukan, bila kita sentuh dengan tongkat itu, maka akan bernilai di hadapan Tuhan. Jadi, apapun yang kita lakukan dengan kasih, itu akan menjadi berharga dan bernilai di hadapan Tuhan. St Theresia menjadi besar di hadapan Tuhan walaupun ia tidak pernah melakukan hal-hal yang besar di hadapan Tuhan. Nilai kita di hadapan Tuhan bukan ditentukan oleh besarnya perbuatan-perbuatan yang kita lakukan, tetapi oleh kadar iman, harapan, dan kasih yang menyertai setiap perbuatan kita. Semakin besar kadar iman, harapan dan khususnya kadar kasihnya, itu akan semakin berharga di hadapan Tuhan.
Ini adalah suatu kebenaran, suatu rahmat istimewa yang diberikan Tuhan kepada kita. Maka ada kebiasaan bagi orang Kristen, khususnya orang Katolik, sebelum melakukan pekerjaan dia berdoa dahulu dan mempersembahkan pekerjaannya kepada Tuhan. Biasakan diri kita bangun pagi, berdoa, mempersembahkan seluruh hari kita pada hari ini kepada Tuhan. Sebelum makan kita berdoa bersama, tapi setelah makan lupa berterima kasih kepada Tuhan. Kebanyakan orang berdoa, minta berkat sebelum makan. Sebaliknya, setelah makan pergi begitu saja dan tidak berdoa. Itu namanya kurang berterima kasih kepada Tuhan. Sekarang bukan hanya sebelum dan sesudah makan, tapi sebelum kita memulai pekerjaan, berdoalah lebih dahulu, ”Tuhan, saya mau melakukukan ini untuk-Mu.” Jadi kita sentuh dulu dengan tongkat wasiat itu. Kalau kita betul-betul melakukannya dengan setia, maka dalam sebulan Anda akan melihat perbedaannya. Semakin banyak kita melakukannya, itu akan semakin baik Karena satu perbuatan baik yang kita ulang-ulang akan menjadi apa yang disebut dengan kebajikan. Kebajikan kasih adalah kebajikan yang paling tinggi. Tuhan telah memberikan tongkat wasiat kepada kita. Oleh karena itu, kita diajak untuk memakainya, maka kita akan mengalami dan merasakan manfaat dan khasiatnya yang istimewa.
- Details
- Written by Rm. Yohanes Indrakusuma, CSE
- Hits: 12169
Dalam injil Markus, kita dapat melihat berbagai pelayanan Tuhan Yesus. Ia melayani, mewartakan injil, dan menyembuhkan orang-orang yang sakit (bdk. Mrk 1:29-39). Kalau kita perhatikan pelayanan-pelayanan Tuhan Yesus, Ia sering berjumpa dengan suatu realitas dunia yang lain, yakni dunia yang tidak kelihatan yang kita sebut dunia kegelapan atau dunia roh-roh jahat yang memusuhi Kerajaan Allah.
PENDAHULUAN
Dalam injil Markus, kita dapat melihat berbagai pelayanan Tuhan Yesus. Ia melayani, mewartakan injil, dan menyembuhkan orang-orang yang sakit (bdk. Mrk 1:29-39). Kalau kita perhatikan pelayanan-pelayanan Tuhan Yesus, Ia sering berjumpa dengan suatu realitas dunia yang lain, yakni dunia yang tidak kelihatan yang kita sebut dunia kegelapan atau dunia roh-roh jahat yang memusuhi Kerajaan Allah.
TUGAS PERUTUSAN PARA MURID YESUS
Ada tiga hal yang diperintahkan Yesus kepada para murid setiap kali Ia mengutus para murid-Nya. Pertama, mewartakan kabar gembira—yaitu injil—supaya orang mengenal sabda Allah sehingga mereka diselamatkan dengan percaya kepada Allah. Injil benar-benar merupakan suatu kabar gembira. Kedua, menyembuhkan banyak orang. Hal ini tampak dalam perintah Tuhan Yesus, yaitu “Sembuhkanlah orang sakit…tahirkanlah orang kusta” (bdk. Mat 10:8). Pernyataan-pernyataan ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh turut campur tangan dalam kehidupan kita. Ia selalu memerhatikan keadaan kita, kebutuhan kita, penderitaan kita, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kita. Ketiga, yang juga termasuk dalam penyembuhan yang khusus, yaitu yang kita sebut dengan “pengusiran roh-roh jahat”. Tuhan Yesus mengusir banyak setan dan Ia juga memerintahkan para murid-Nya: “Usirlah setan-setan” (bdk. Mat 10:8). Para murid pun diberi kuasa oleh-Nya untuk mengusir roh-roh jahat.
tuhan peduli akan hidup kita
Kita menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita, tidak pernah lepas dari tangan Tuhan. Tuhan mengetahui segala sesuatu, dan bahkan juga menguasai peristiwa-peristiwa yang menimpa manusia. Kalau kita renungkan bagaimana Tuhan Yesus sendiri mengatakan, “Tidak seorang pun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku” (Yoh 10:18), maka kita melihat bahwa Ia berkuasa atas segala-galanya. Tidak ada satu peristiwa pun yang tidak diketahui oleh Tuhan Yesus. Namun, kadang-kadang Ia membiarkan hal-hal tertentu terjadi, yang mungkin melampaui pemikiran kita. Untuk semua hal tersebut, Tuhan mempunyai alasannya sendiri. Oleh karena itu, kita harus melihat segala sesuatu dalam pandangan iman.
Terhadap segala peristiwa yang terjadi, segala kekacauan, dan segala kekejian, kita melihatnya bukan hanya dengan pandangan manusia belaka, tetapi dengan pandangan yang menembus lebih dalam lagi, yakni kita melihat apa makna di balik semuanya itu. Melalui semua peristiwa tersebut, kita harus bertanya apa pesan Tuhan atau apa yang mau disampaikan-Nya kepada kita melalui kejadian-kejadian itu.
Dewasa ini sebagai umat Kristen, kita hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran karena sewaktu-waktu malapetaka dan hal lainnya bisa mengancam kita. Kekacauan-kekacauan yang terjadi sejak beberapa waktu yang lalu, ternyata belum juga habis, tetapi malah merambah ke mana-mana.
Pandangan terhadap peristiwa-peristiwa hidup
Kita mencari penyebabnya. Ada dua pandangan yang menyebabkan hal ini semua terjadi. Pertama, pandangan yang terlalu manusiawi—walaupun memang ada benarnya—tetapi pandangan ini belum mengatakan segala-galanya. Kita mendengar bahwa ada provokator, yaitu orang-orang yang sengaja menimbulkan kekacauan-kekacauan. Ketika kita mengatakan bahwa ada provokatornya, ada dalangnya, dan ada otaknya, lalu kita menudingnya demikian, kita tidak menyadari bahwa ada empat jari kita yang mengarah ke diri kita sedangkan satu jari untuk orang yang dituding itu.
Hal ini menunjukkan bahwa kita melihat hal ini dan kita menuding orang-orang yang berbuat keonaran atau kekacauan, seolah-olah menunjukkan bahwa saya tidak mau ikut-ikutan, saya tidak mau bertanggung jawab, saya tidak terseret dan tidak terlibat dalam peristiwa ini. Mungkin benar demikian, secara langsung kita tidak terlibat di dalamnya. Namun, benarkah bahwa yang salah adalah mereka semua yang di sana, sedangkan kita yang di sini semuanya benar? Benarkah kita tidak ikut bertanggung jawab? Secara manusiawi, memang yang bertanggung jawab adalah para provokator dan lain-lainnya. Namun untuk menanggapi hal ini, Yesus telah memberikan jawabannya dalam Injil Lukas:
Suatu hari datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan. Yesus menjawab mereka: “Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Atau sangkamu kedelapan belas orang, yang mati ditimpa menara dekat Siloam, lebih besar kesalahannya dari pada kesalahan semua orang lain yang diam di Yerusalem? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian” (Luk 13:1-2,4-5).
Sabda Tuhan ini harus juga membuat kita menjadi mawas diri. Memang, lebih mudah bagi kita untuk menuding orang lain sebab kalau kita menuding orang lain, kita tidak usah berbuat apa-apa. Namun, kalau kita mawas diri, kita akan berubah dan kita harus mengubah hidup kita.
Kedua, pandangan bahwa hal ini merupakan suatu peringatan dan tanda dari Tuhan bagi kita agar bertobat. Kita melihat kejadian-kejadian yang sangat menyayat hati, misalnya kejadian tanggal 13 Mei 1998 di Jakarta, pembantaian habis-habisan di Timor Timur, di Ambon-Maluku, di Kalimantan dan masih banyak di tempat lain. Kalau kita renungkan lebih dalam peristiwa-peristiwa itu, kita menyadari bahwa sesungguhnya ada suatu kebobrokan moral yang terjadi dalam diri banyak orang, mungkin termasuk kita juga. Bukankah ini adalah dosa-dosa yang mengerikan: pembantaian dan pembunuhan bisa terjadi di mana-mana?
Kita lihat kembali sejarah bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, misalnya dalam Kitab Hakim-hakim dan Kitab Raja-raja. Dikatakan bahwa bila Israel setia kepada Allah dan sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan dengan segenap hati, maka keadaan Israel, keadaan negara dan daerahnya menjadi aman dan damai sejahtera. Dan, bangsa Israel yang kecil dilindungi oleh Tuhan terhadap serangan negara-negara yang jauh lebih besar dibandingkan dengan bangsa Israel. Tuhan melindungi mereka dan mereka aman sentosa.
Namun, ketika bangsa Israel menyimpang dari jalan Tuhan, meninggalkan Tuhan, mulai menyembah berhala, melakukan banyak ketidakadilan, kelaliman, kekejian, dan lain-lain, maka Tuhan menghukum mereka supaya mereka sadar dan kembali kepada Tuhan. Dalam Kitab Hakim-hakim dituliskan seperti refren bahwa bangsa Israel menyimpang, maka Tuhan menyerahkan mereka kepada tangan musuh-musuh (bdk. Hak 2:14). Setelah mereka sadar dan bertobat, maka Tuhan mengutus penolong dan penyelamat, misalnya Samson, Yefta, dan Gideon.
berbagai macam kejahatan
Ada begitu banyak peristiwa yang kasat mata dan terlihat begitu mengerikan. Namun, ada banyak juga kejahatan yang tersembunyi, yang seolah-olah tidak terlihat, yang juga tidak kalah mengerikan. Pertama, abortus. Abortus terjadi dengan begitu merajalela. Janin-janin yang tidak berdosa dibunuh dengan kejam, dipotong-potong, dihancurkan dengan obat-obatan. Dan, itu pembunuhan yang sangat amat keji. Seandainya hal tersebut dilihat oleh mata, hal itu tidak kalah kejamnya dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di tanah air kita, seperti pembantaian di Ambon dan di Timor Timur.
Banyak abortus yang dilakukan oleh kalangan-kalangan yang kita sebut “terhormat”, karena hanya keseganan dan tidak mau menambah anak, karena takut ini dan takut itu, dengan tanpa berpikir dan dengan tanpa takut bersalah atau berdosa, maka bayi-bayi yang tidak berdosa, tidak berdaya, dan tidak bersalah dibunuh hidup-hidup. Seandainya mereka bisa membela diri, pasti mereka akan lari atau berteriak-teriak minta belas kasihan.
Banyak orang dan banyak negara berbicara tentang Hak Asasi Manusia (HAM), tetapi merekalah yang menginjak-injak hak-hak anak-anak yang tidak berdaya itu. Kekejaman-kekejaman diperlakukan kepada mereka yang tidak berdaya, yang tidak bersalah, yang tidak berdosa. Bukankah darah bayi-bayi ini berseru-seru ke surga minta balasan? Darah satu orang saja—misalnya, Habel yang dibunuh oleh Kain—telah berteriak-teriak ke surga untuk menuntut balasan. Dan, berapa banyak jumlah bayi yang sudah dibunuh dan mereka berteriak-teriak minta balasan?
Di tahun 2000 saja, abortus yang terjadi rata-rata 350 juta janin per tahun. Coba Anda bayangkan bila mayat-mayat bayi itu disebarkan di jalan seluruh Pulau Jawa ini. Pasti Anda tidak akan bisa berjalan. Tiap langkah Anda akan menginjak seorang bayi. Kekejaman abortus ini tidak pernah disinggung dan ditanggulangi, bahkan dilegalisasi di banyak negara. Walaupun di Indonesia hal ini tidak dilegalisasi, tetapi begitu banyak aborsi yang dilakukan oleh ibu-ibu dan remaja-remaja putri di Indonesia.
Kedua, pornografi. Pornografi pun begitu maraknya. Film-film, video-video, media-media cetak, majalah-majalah, internet, dan lain-lain, begitu dicemari dengan pornografi. Dengan cara demikian, mereka tidak hanya menyesatkan dan membawa banyak orang kepada kehancuran, tetapi juga sekaligus memberikan pengaruh buruk kepada berjuta-juta orang.
Zaman dahulu sebelum adanya media massa ini, banyak kebobrokan terjadi, tetapi hal itu masih terlokalisasi sehingga kalau mereka tidak pergi ke teater atau bioskop, mereka tidak akan terpengaruh. Namun sekarang, pornografi menjangkau ke mana-mana, bahkan masuk ke kamar-kamar tidur. Orang-orang tidak usah pergi ke gedung bioskop, tidak usah pergi ke mana-mana. Mereka bisa mendapatkannya lewat televisi, internet, telepon genggam, yang dapat merusak iman, moral, dan akhlak mereka.
Marilah kita merenungkan betapa hati Tuhan telah disakiti oleh semuanya itu. Tuhan Yesus mengatakan: “Barang siapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut” (Mrk 9:42). Kalau skandal terjadi melalui media-media massa, maka celakalah para produsen media tersebut karena mereka tidak hanya membawa beberapa orang saja, tetapi jutaan orang bahkan ratusan juta orang yang dirusak jiwanya dan moralnya. Lebih celaka lagi jika para produsen tersebut adalah orang Kristen atau orang Katolik.
Di tempat kerjanya, mereka memang tidak membunuh. Akan tetapi, bukankah dengan cara itu mereka membunuh lebih banyak lagi? Melalui hal itu, iman banyak anak muda dirusak dan dihancurkan. Jumlah orang yang dibunuh di Ambon—entah berapa, mungkin belum sampai satu juta—namun, jumlah orang yang dibunuh ini tidak sebanyak dengan jumlah orang yang jiwa dan moralnya dirusak.
Ketiga, narkoba. Kalau narkoba yang beredar begitu cepat ini terus merajalela demikian, maka benih-benih bangsa kita, tunas-tunas masa depan akan hancur semuanya dalam waktu yang relatif singkat, mungkin lima belas atau dua puluh tahun. Orang yang ketagihan heroin atau narkoba, yang rusak bukan hanya badannya, tetapi juga jiwanya, ingatannya, otaknya, moralnya, dan hidup rohaninya. Syukur bagi mereka yang masih bisa diselamatkan, tetapi banyak yang tidak bisa ditolong lagi.
pertobatan untuk mengatasi malapetaka
Masih teringat dan masih segar dalam pikiran saya, kejadian di tahun delapan puluhan ketika ada retret imam di Klender, yang dipimpin oleh Robert Veristi dari Roma. Dalam retret tersebut ada persekutuan doa yang menyampaikan sebuah nubuat yang cukup jelas bahwa akan tiba saatnya suatu penganiayaan. Penganiayaan tersebut merupakan pemurnian bagi kita. Ini juga merupakan suatu panggilan bagi kita untuk bertobat. Panggilan itu disampaikan berulang-ulang oleh Bunda Maria dewasa ini. Banyak sekali terjadi penampakan Bunda Maria di berbagai negara dan di berbagai tempat. Dewasa ini, yang mempunyai pengaruh yang besar sekali adalah penampakan Bunda Maria di Medjugorje, bekas Yugoslavia. Dan, pesan-pesan Bunda Maria kalau kita lihat di pelbagai tempat, inti sebenarnya hanya satu, yaitu: “Bertobatlah!” Kalau manusia tidak bertobat, malapetaka-malapetaka lebih besar akan menimpa dunia. Dari tempat-tempat penampakan Bunda Maria ini—yang akhirnya meluas ke seluruh dunia—mau menyadarkan manusia akan pentingnya pertobatan. Namun, kita perlu waspada terhadap penampakan Bunda Maria yang palsu.
Kalau kita mengenangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia di mana terjadi peristiwa-peristiwa yang sudah sekian lama tidak terjadi, misalnya hama belalang yang tidak pernah ada tiba-tiba datang di Lampung dan di Sumba, atau gempa yang dahsyat menimpa Flores beberapa tahun yang lalu, dan sebagainya. Semuanya itu adalah peringatan-peringatan dari Tuhan agar kita bertobat dari semua dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan serta kembali kepada Tuhan.
bangun dari kepuasan dan kesuaman
Sesungguhnya, semua hal ini dikatakan bukan untuk menakut-nakuti, tetapi supaya kita sadar bahwa Tuhan memperingatkan kita. Ia sangat mencintai kita semua dan Ia tidak ingin membiarkan kita binasa, maka kita disadarkan agar bertobat sebelum terlambat. Beberapa peringatan yang terjadi kadang-kadang tidak mempan dan tidak menyadarkan manusia sehingga harus terjadi peristiwa yang mengerikan supaya kita bertobat.
Saya kira, Gereja sendiri sudah terlalu suam, mungkin kehilangan semangat dan mungkin merasa puas akan diri sendiri. Justru kepuasan dan kesuaman inilah yang mau dibangunkan oleh Tuhan. Ada orang yang mengatakan bahwa Gereja Katolik itu seperti raksasa, tetapi raksasa yang masih tidur. Kalau raksasa tertidur lelap, berarti ia tidak bisa berbuat apa-apa. Oleh karena itu, Gereja Katolik perlu disadarkan untuk lebih bersemangat dan untuk lebih baik lagi.
Dulu ketika saya di Malang, ada seorang romo yang bertugas di daerah. Ia mengenal seorang kiai yang sangat baik dan yang saleh, di mana hidupnya sungguh-sungguh dekat dengan Allah. Romo ini kebetulan kenal baik dengan dia pada tahun delapan puluhan. Kiai ini pernah mengatakan kepada romo tersebut bahwa suatu saat nanti Gereja Katolik akan mengalami banyak kesukaran dan pemurnian. Namun, suatu saat ia akan keluar dari itu semua.
ajakan bunda maria untuk bertobat, berdoa, dan berpuasa
Terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi sekarang ini, apa yang harus kita perbuat? Memang, hidup dan mati kita berada di tangan Allah. Akan tetapi, bila kita percaya kepada Tuhan, maka kita akan mempunyai harapan. Oleh karena itu, kita harus melihat kembali ajakan Bunda Maria supaya kita bertobat kepada-Nya dan berpuasa supaya kita bisa menghentikan itu semua. Bunda Maria mengatakan, “Berdoalah untuk perdamaian.” Bunda Maria mengatakan bahwa dengan doa dan puasa, kita bisa menghentikan peperangan-peperangan dan bisa menghindari bencana-bencana, termasuk bencana alam.
Kalau kita berpaling kepada Tuhan, berdoa, dan berpuasa, maka kita benar-benar menghayati hidup kita bersama dengan Tuhan Yesus. Dengan demikian, apapun yang terjadi, kita tidak usah takut karena pada saat itu kita mempunyai keyakinan untuk berdiri di hadapan Tuhan. “Bertekunlah, berbahagialah orang yang bertekun sampai akhir karena mereka akan mendapat upahnya.” Kita tidak akan bisa berdiri di hadapan-Nya, bila kita tidak lebih dahulu bertobat.
Apapun bahaya dan bencana yang terjadi pada kita, kita tidah perlu takut karena Ia mampu melindungi kita. Kalaupun seandainya kita dibunuh karena iman, berbahagialah kita. Pada suatu saat—cepat atau lambat—kita semua akan meninggal. Tidak ada orang yang hidup selama-lamanya. Ada yang meninggal di rumah sakit, yang lain ditabrak mobil, yang lain meninggal karena bunuh diri, atau tersetrum listrik, dan sebagainya. Daripada kita mati dengan cara demikian, lebih baik kita mati demi nama Yesus.
“bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”
Kalau kita bersatu dengan Yesus, kita tidak usah takut. Santo Paulus mengatakan: “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati berarti ketemu Kristus” (bdk. Flp. 1:21). Kita harus takut bila kita hidup terpisah dari Tuhan. Kalau kita jauh dari Dia, tidak bertobat, dan tetap hidup dalam dosa, kita akan menerima ganjaran siksaan neraka. Kita harus takut atas perbuatan dosa kita. Dan, sekaranglah saatnya bagi kita untuk bertobat. Apapun yang terjadi sekarang, janganlah kita takut karena bagi kita hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Kalau kita mati dalam Kristus, kita berada dalam Dia.
penutup
Marilah kita berbalik kepada Tuhan sungguh-sungguh! Bila kita selama ini menyakiti hati Allah, kita harus bertobat, berdoa, dan berpuasa. Melalui berdoa dan berpuasa, kita ikut menciptakan perdamaian dunia. Yang menciptakan perdamaian bukanlah hanya para pemimpin, tetapi juga umat yang sungguh-sungguh bertobat.