User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Apabila kita berbicara tentang “Allah” kerapkali hanya dimengerti secara intelektual belaka, bahkan sekarang ini karena pengaruh pemikiran tertentu orang menolak untuk percaya pada Allah. Akibatnya orang sulit untuk memahami kehadiran dan kuasa Allah dalam hidupnya. Padahal sebenarnya tidak cukup sekedar mengetahui “siapa itu Allah” tetapi amat penting untuk “mengalami Allah yang hidup”. Oleh sebab itu dengan memahami Allah secara benar kita akan dituntun oleh mengalami misteri kehadiran Allah yang akan menyelamatkan seluruh hidup kita.


Bila seorang beriman mau mengambil waktu sedikit untuk hening dalam dirinya, maka suatu saat ia akan menyadari bahwa di balik segala perkara yang kelihatan itu, ada suatu kehadiran misterius. Bila persepsi imannya semakin berkembang, maka ia akan tahu, bahwa di balik segala sesuatu yang ada itu, terdapat Sang Pencipta sendiri, Allah yang Mahakasih. Bagi orang yang sungguh beriman, kehadiran ini adalah kehadiran kasih yang melindungi, menjaga dan menaungi. Inilah yang dialami oleh Pemazmur seperti yang diungkapkan dalam Mazmur 139 yang indah itu :

Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;

Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri,

Engkau mengetahui aku dari jauh.

Sebelum lidahku mengeluarkan perkataan,

Sesungguhnya semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.

Ke mana aku dapat pergi menjauhi rohMu,

Kemana aku dapat lari dari hadapanMu?

Jika aku mendaki ke langit,

Engkau ada di sana.

Jika aku terbang dengan sayap fajar,

Dan membuat kediaman di ujung laut,

Juga di sana tanganMu yang menuntun aku,

Dan tangan kananMu memegang aku. (a.2.4.7-10)

Pengalaman akan kehadiran Allah ini bagi orang Kristen merupakan karya Roh sendiri. Roh Kudus yang hadir dalam dirinya mengarahkan dia kepada Allah dan membawa orang kepada Allah, karena Dia datang dari Allah dan membawa orang kepada Allah. Karena itu pula Roh Kudus mengarahkan hati kepada perkara-perkara Allah (bdk. Kol. 3:1-4). Maka salah satu buah Roh adalah “haus akan Allah”. Siapa yang memiliki Roh Allah dengan sendirinya akan merindukan Allah.

Setelah orang menerima Roh Kudus, ia akan menjadi bait Roh Kudus itu dan Roh Kudus ada dalam dirinya. “Tak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam dirimu?” (1 Kor. 3:16; 6:19 ). Tetapi di mana ada Roh Kudus, di situ ada pula Bapa dan Putera. Allah hadir pada pusat ada kita, pada bagian terdalam lubuk jiwa kita.

Santa Teresia dari Avila dalam suatu penglihatan melihat jiwa manusia sebagai suatu istana kristal yang sangat indah. Istana itu dibagi menjadi tujuh ruangan utama dan tiap ruangan masih ada kamar-kamarnya lagi, di ruang tengah yang menjadi pusatnya bertahtalah Sang Raja, yaitu Allah sendiri. Kemuliaan Allah menerangi seluruh ruangan itu yang menjadi terang oleh cahaya kemuliaanNya. Di ruangan pusat semuanya terang-benderang, tetapi semakin jauh dari pusat semakin redup, kerena cahaya terhalang oleh tirai-tirai atau dinding-dinding yang menggambarkan segala bentuk kelekatan yang mengikat jiwa dan menjadikannya tidak bebas. Semakin besar kelekatannya, semakin ia menghalangi cahaya masuk. Di luar istana segalanya gelap gulita. Itulah gambaran mereka yang berada dalam keadaan dosa berat. Jalan masuk satu-satunya ke istana itu sampai ke ruang pusatnya adalah doa batin beserta segala persyaratannya, seperti pertobatan, penyangkalan diri, kelepasan dan lain-lain.

Bila anda sadar akan kehadiran Allah yang Mahamulia dalam lubuk jiwa anda, maka anda tidak akan mencari kesia-siaan dunia ini, melainkan akan mencari harta tak terperikan itu yang menunggu anda. Dahulu para pertapa mencari gua-gua di gunung-gunung atau mencari kesunyian padang gurun untuk mencari Allah. Kini anda dapat mencari Allah dalam gua hati anda dalam kesunyian kamar anda, tanpa televisi, telepon dan lain-lain. Saya mengenal beberapa orang awam yang sudah mempraktekkan hal itu : setiap hari meluangkan waktu sekurang-kurangnya satu jam untuk berjumpa dengan Allah di gua hatinya dalam kesunyian kamar. Sayang, masih banyak sekali umat dan biarawan-biarawati bahkan imam yang belum menyadari pentingnya perjumpaan dengan Allah itu. Perjumpaan dengan Allah itu memberikan kepadanya kekuatan untuk menghayati panggilannya sebagai seorang Kristen di tengah-tengah dunia.

1. kehadiran Kasih

Bila anda hadir seorang diri di tengah-tengah orang banyak, namun tidak dapat berkomunikasi dengan mereka misalnya karena bahasa mereka yang tidak anda kenal, maka anda akan merasa kesepian. Tetapi bila anda hadir di tengah-tengah orang yang anda kenal dan mencintai anda, di tengah-tengah para sahabat, kehadiran itu akan menyenangkan sekali. Yang pertama anda hanya hadir secara fisik di tengah orang banyak, yang kedua anda hadir sebagai sahabat di tengah sahabat. Kehadiran Allah pada manusia dapat dibandingkan dengan contoh kehadiran di atas. Kehadiran Allah ini dapat dibedakan menjadi tiga :

1.1 Sebagai Pencipta

Segala sesuatu yang ada berasal dari Allah dan diciptakan oleh Allah. Sebagai Pencipta, Allah hadir pada setiap makhluk, setiap saat. Seandainya Allah melupakannya sesaat saja, maka ia akan kembali kepada ketiadaan. Karena itu, Allah hadir dalam segala yang diciptakanNya : dalam alam semesta, dalam bunga, pohon, binatang, manusia, pokoknya dalam segala yang ada.

1.2 Kehadiran Karena Rahmat

Di samping kehadiranNya sebagai Pencipta, dalam diri orang beriman, Allah juga hadir karena rahmat. Pada awalnya kehadiran ini, walaupun nyata sekali, belum disadari oleh yang bersangkutan. Maka kehadiran yang tersembunyi, belum ada komunikasi yang nyata dengan Allah.

1.3 Kehadiran Sebagai Sahabat

Bila orang mulai menyadari kehadiran Allah dalam dirinya karena rahmat itu dan mulai mengadakan hubungan pribadi dengan Dia, maka terjalinlah suatu persahabatan dan Allah pun hadir padanya sebagai sahabat. Maka terjalin hubungan cintakasih antara dia dengan Allah. Bila ia setia memupuk persahabatan itu, maka ia pun akan tumbuh dalam pengenalan akan Allah dan hubungan cintakasih itu akan semakin mesra. Semakin hari Allah akan memenuhi hati dan pikirannya, sehingga Allah akan menjadi yang nomor satu dalam hidupnya.

Elisabeth dari Trinitas, seorang biarawati Karmel, menjadi besar di hadapan Allah dan manusia, karena dengan tekun dan serius menghayati misteri kehadiran Allah Tritunggal. Usahanya yang utama adalah senantiasa hidup di hadirat Allah dan menyadari kehadiran itu setiap saat dalam segala aktivitasnya dan karyanya sehari-hari. Ia membiarkan diri dipenuhi oleh kehadiran tersebut. Ia hidup dalam persatuan dengan Allah yang selalu hadir itu dan dengan demikian menemukan surga di dunia ini, karena sesungguhnya surga bukan lain daripada persatuan dengan Allah dalam cintakasih. Surga ialah melihat Allah Tritunggal Maha Kudus atau Trinitas dari muka ke muka (bdk. 1 Kor 13:12 ). Misteri Trinitas adalah misteri terbesar agama Kristen kita, karena dengan kehadiran Trinitas ini kita menjadi kenisah Allah.

2. Kehadiran yang Semakin Mesra

Dalam persahabatan ada tiga unsur pokok, yaitu pengenalan, cintakasih dan kesenangan. Bila kita semakin tumbuh dalam pengenalan akan Allah dan seakin mencintai Dia, kita juga akan semakin senang dengan Allah dan senang berada dalam hadirat-Nya, bersama Dia. Dengan demikian persahabatan menjadi semakin mesra. Karena itu misteri kehadiran Allah pada hakekatnya bukan lain daripada persahabatan yang berdasar pada pengenalan dan cintakasih. Pengenalan semacam itu pada hakekatnya bukan lain daripada hidup kekal, karena seperti disabdakan Tuhan Yesus sendiri, “Inilah hidup kekal, yaitu mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Kauutus” (Yoh. 17:3).

Kiranya perlu diperhatikan, bahwa tahu tentang Allah tidak sama dengan mengenal Allah. Hanya tahu tentang Allah saja tidak dapat membuat orang berubah. Tetapi dengan mengenal Allah orang akan diperbaharui. Orang bisa saja memiliki banyak pengetahuan tentang Allah, tetapi pada hakekatnya belum mengenal Dia. Orang bisa tahu tentang Allah dengan membaca, mendengarkan pengajaran dan berpikir, tetapi orang hanya bisa mengenal Allah lewat persahabatan, cintakasih dan doa. Orang bisa tahu dan berbicara tentang Allah sebagai seorang filsuf atau teolog, tetapi orang hanya bisa mengenal Allah sebagai sahabat atau kekasih. Orang bisa mempunyai banyak pengetahuan tentang Allah, tetapi orang tidak bisa mengenal Allah kalau ia tidak memasuki hubungan yang personal, yang pribadi dengan Allah. Karena itu seringkali terjadi, bahwa ada filsuf-filsuf, teolog-teolog dan ahli-ahli Kitab Suci yang mempunyai banyak pengetahuan tentang Allah, tetapi sesungguhnya tidak mengenal Dia.

Pengenalan tentang Allah tidak dapat diperoleh hanya dengan belajar, dengan membaca buku-buku saja, melainkan melalui pertobatan dan cintakasih. Pengenalan akan Allah memang mengandung unsur-unsur intelektual juga, akan tetapi unsur yang pokok ialah intuisi yang timbul dari iman dan cintakasih. Semakin seorang bertumbuh dalam iman dan cintakasih, semakin besar pula pengenalannya akan Allah. Ia juga semakin mampu menerima pernyataan diri Allah jauh melampaui kekuatan budinya, jauh di atas segala pengertiannya.

Dan Allah hanya akan menyatakan diri bila kita dengan rendah hati membuka diri terhadap-Nya. Karena itu, orang yang sombong, walaupun banyak belajar teologi, tidak akan mengenal Allah. Sebaliknya orang yang rendah hati, walaupun dia orang yang sederhana, akan dapat memperoleh pengenalan yang lebih mendalam tentang Allah. Namun itu tidak berarti bahwa pengetahuan intelektual tidak ada nilainya. Memang, pengetahuan saja tanpa iman akan membuat orang sombong dan jauh dari Allah, tetapi pengetahuan yang tunduk pada iman, justru akan membantu perkembangan iman dan menguatkannya. Karena itu orang hanya bisa menjadi teolog yang sejati bila ia juga banyak berdoa dan memupuk hubungan pribadinya dengan Allah.

Pengetahuan tentang Allah, ide-ide bagus tentang Allah, tidak punya kuasa utnuk mengubah hidup seseorang. Sebaliknya mengenal Allah dalam terang Allah sendiri justru akan mengubah dan memperbaharui hidup seseorang. Bila anda mengenal Allah, maka Allah akan datang kepada anda sebagai Sahabat, Kekasih atau Bapa. Kehadiran-Nya membahagiakan, memperkaya, memperbarui. Kuasa dan kemanisan kehadiran semacam itu tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, tetapi hanya mereka yang mengalaminya dapat mengerti. Kadang-kadang Allah menyatakan kehadiran-Nya sedemikian rupa, sehingga menghasilkan pengenalan akan Allah yang amat dalam. Pengenalan semacam itu melampaui segala kekuatan budi dan pengertian manusia. Karena itu, walaupun orang belajar seribu tahun lamanya, menurut ungkapan St. Teresia dari Avila, orang tetap tidak akan pernah sampai kepada-Nya.

Misteri kehadiran Allah ini akan terus tumbuh seperti halnya persahabatan, dalam pengenalan, penghargaan, cintakasih dan kesenangan. Bila anda semakin tumbuh dalam cintakasih, maka anda juga akan semakin menghargai dan senang akan kehadiran-Nya. Allah pun akan semakin senang dengan kehadiran anda dan suatu ketika anda akan mengalami seperti apa yang dialami Tuhan Yesus sendiri : “Engkaulah PuteraKu yang terkasih, kepadaMu Aku berkenan.”

3. Kehadiran Yang Menguduskan

Dalam Perjanjian Lama Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya dan Ia hadir dalam tabernakel, dalam Tabut Perjanjian. Kehadiran ini dirasakan sebagai suatu kehadiran yang Kudus dan yang menguduskan. Karena itu Perintah-Nya : “Haruslah kamu Kudus sebab Aku ini Kudus” (Im. 11:44-45;19:2). Di Yerusalem kehadiran Allah dialami umat dalam Kenisah Allah tempat disimpannya Tabut Perjanjian itu. Kehadiran itu hanya bepusat pada satu tempat saja, yaitu Yerusalem.

Akan tetapi dalam Perjanjian Baru kehadiran Allah itu tidak lagi dibatasi oleh suatu tempat, seperti yang disabdakan oleh Yesus sendir : “Akan tiba saatnya, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan juga bukan si Yerusalem…Penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam Roh dan kebenaran” (Yoh 4:21-23). Orang akan menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran, artinya dimana saja ada Roh Allah. Yesus pun telah berjanji bahwa barang siapa mengasihi Dia akan dikasihi oleh Bapa dan Mereka, Bapa dan Yesus akan datang kepadanya dan diam dalam dirinya: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firmanKu dan Bapaku akan mengasihi Dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam di dalam dia” (Yoh 14:23).

Sekarang ini Roh Allah hidup dalam diri orang beriman sehingga ia menjadi bait Allah yang hidup: “Tak tahukah kamu, bahwa kamu adalah kenisah Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Kor 3:6;6:19). Karena menjadi bait Roh Allah, orang beriman harus menjadi kudus, karena tak ada hubugan antara kenisah Allah dan berhala (bdk. 2 Kor 6:16). Karenanya setiap bait Allah itu, yaitu manusia, harus dibersihkan supaya Roh Allah dapat tinggal di dalamnya. Maka kita pun harus menanggalkan manusia lama kita, cara hidup kita yang lama dan mengenakan manusia baru (bdk. Ef 4:22-24). Namun bila kita membiarkan diri dipenuhi oleh-Nya, kehadiran itu sendiri akan menguduskan kita. Elisabeth dari Trinitas telah menjadi kudus karena dengan sungguh-sungguh menghayati kehadiran Tritunggal itu. Setiap saat ia berusaha hidup dalam hadirat Allah. Karena itu Allah pun dengan bebas dapat mencurahkan cinta-Nya yang menguduskan dalam dirinya.

4. Kehadiran yang membimbing dan membebaskan

Dalam Perjanjian Lama hidup umat Allah diatur dari luar oleh hukum-hukum yang diberikan kepada mereka. Hukum mengatur hidup mereka agak ketat dan seringkali hukum itu dihayati tanpa suatu kesadaran akan Kasih Allah. Karena iru bila mereka membaca Kitab Taurat, hati mereka seperti terselubung, bahkan hingga hari ini (2 kor 3:15). Itulah keadaan umat pada umumnya dan hanya beberapa tokoh saja yang memiliki hubungan pribadi dengan Allah, seperti kita jumpai dalam diri para nabi. Karena itu pula hubungan mereka dengan Allah agak jauh. Namun Perjanjian Baru membawakan suatu perubahan besar. Lama sebelum kedatangan Tuhan Yesus, Allah telah menjanjikan hal itu. Ia berjanji akan menuliskan hukum itu dalam hati umat-Nya dan pada waktu itulah mereka akan mulai mengenal Dia.

“Aku akan menaruh tauratKu dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umatKu. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan : Kenallah Tuhan! Sebab mereka semua besar kecil, akan mengenal Aku” (Yer 31:33-34). Hukum itu tidak lagi ditulis dengan tinta, tetapi dengan Roh Kudus dalam hati manusia. (bdk. 2 Kor 3:3.6). dan dimana ada Roh Allah, di situ ada kebebasan (bdk. 2 Kor 3:17).

Roh kudus hadir untuk membimbing kita sesuai dengan pikiran Allah supaya kita mengenal jalan-jalan-Nya (bdk. 1 Kor 2:10-11). Ia memperbaharui budi kita, agar kita dapat membedakan apa yang menjadi kehendak Allah, apa yang benar, apa yang berkenan kepada Allah dan apa yang sempurna (bdk. Rm 12:2). Untuk itulah Roh Kudus memberikan kepada kita pengertian yang luhur, lebih tinggi, sehingga kita benar-benar mengenal pikiran dan hikmat Allah yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia belaka, karena jauh melampaui kekuatannya (bdk. 1 Kor 2:12-14).

Bila anda menyerah secara utuh kepada-Nya, maka Roh yang sama akan membimbing anda dan menggerakkan anda secara halus, namun efektif (bdk. Rm 8:3-16). Dimana ada Roh Allah di situ ada kebebasan (bdk. 2 Kor 3:17). Roh itu pula yang akan mengajarkan kepada anda untuk membuat prioritas-prioritas dalam kehidupan anda secara tepat. Bila anda dibimbing oleh Roh Kudus, anda tidak akan terpusat pada diri sendiri lagi, melainkan pada Allah dan dengan demikian anda akan mengalami perkembangan kepribadian anda yang paling penuh dan menjadi manusia yang amat berbahagia pula. Anda pun akan mengalami bahwa hidup anda digerakkan oleh Roh Allah sendiri, sampai pada detail-deail hidup anda yang paling kecil, karena Ia akan membimbing seluruh hidup anda (bdk. Rm 8:14). Segala sesuatu akan menjadi lebih indah dan penuh urapan.

5. Panggilan untuk doa

Misteri kehadiran Allah ini adalah misteri yang amat praktis. Misteri tersebut dinyatakan kepada kita karena kasih Allah sendiri, serta mengundang kita untuk memasuki suatu persahabatan yang mesra dengan Allah sendiri. Pernyataan misteri tersebut adalah undangan utnuk senantiasa hadir pada Allah yang hadir pada kita, pada kedalaman lubuk hati kita. Kehadiran-Nya menyebabkan kerinduan kita kepada-Nya serta kehausan akan doa, karena doa pada dasarnya bukan lain daripada ungkapan persahabatan dengan Allah, suatu percakapan dari hati ke hati dengan Allah sendiri. Rindu akan Allah serta kehausan akan doa ini sesungguhnya suatu rahmat yang amat besar.

Mengalami kehadiran Allah dalam diri sendiri adalah suatu rahmat yang indah sekali, yang diberikan Tuhan kepada sahabat-sahabat-Nya. Mengalami Allah yang menyatakan diri-Nya dalam kedalaman lubuk jiwa kita, makin hari makin mesra dan dalam, adalah rahmat yang tertinggi. Ini juga merupakan permulaan kontemplasi ilahi dan kontemplasi adalah aktivitas tertinggi manusia, sekaligus aktivitas yang paling subur secara rohani. Inilah aktivitas manusia yang akan terus berlangsung dalam keabadian dan akan memenuhi hati manusia dengan sukacita kekaguman dan pujian yang tiada henti-hentinya sepanjang segala masa.

Dilihat dari situ, hidup doa bukan lain daripada misteri persahabatan yang mesra dengan Allah dan titik tolaknya adalah misteri kehadiran Allah itu. Itulah sebabnya sejak semual hidup doa diarahkan pada kontemplasi ilahi serta persatuan mistik dengan Allah, suatu persatuan yang mengubah, persatuan cinta kasih denan Allah yang mengubah segala-galanya. Dari situ kita dapat mengerti seruan St. Yohanes Salib pada jiwa-jiwa yang rindu akan Allah:

“Wahai jiwa, yang terindah di antara segala ciptaan, yang begitu rindu mengetahui tempat tinggal Sang Kekasih, sehingga engkau dapat pergi mencari Dia serta dipersatukan dengan Dia : Ketahuilah, engkau sendirilah tempat tinggal-Nya. Ini sungguh suatu kabar sukacita yang amat besar bagimu, karena mengetahui, bahwa segala kebaikan dan pengharapanmu ternyata begitu dekat dengan engkau, bahkan ada di dalam dirimu sendiri dan bahwa engkau tidak dapat ada tanpa Dia. Bersukacitalah dan bergembiralah dalam keterpusatan batinmu bersama Dia, karena engkau memiliki Dia dalam dirimu dan Dia begitu dekat dengan engkau. Rindukanlah Dia di situ. Sembahlah Dia di situ. Janganlah mengejar Dia di luar dirimu sendiri, karena Dia bersembunyi di dalam dirimu”.

Inilah misteri besar yang dinyatakan Allah kepada anda, karena Dia begitu mengasihi anda dan kerena Dia sangat merindukan kehadiran anda pada-Nya. Inilah pula yang dijanjikan Tuhan Yesus pada perjamuan terakhir ketika Dia bersabda : “Barang siapa mengasihi Aku, dia akan menuruti firmanKu dan Bapaku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam di dalam dia.” (Yoh 14:23). Karena itu saudaraku, galilah misteri indah dan agung ini dan jadikanlah itu dasar seluruh hidupmu dalam Roh.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting