User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Dari antara masalah-masalah yang kita hadapi dan hari ke hari hanya sedikit saja yang lebih mampu untuk menjatuhkan semangat atau membuat kita putus asa dibandingkan dengan masalah rasa kurang harga diri atau dengan istilah dewasa ini, kompleks inferioritas. Banyak cara untuk membantu mengatasi masalah ini, bagaimana penyesuaian dengan teman dan bagaimana pengaruh dari orang lain, semua itu sebenarnya hanya mencoba untuk memberi paham bagaimana mengatasi perasaan kurang menghargai diri atau rendah diri, kecanggungan-kecanggungan, ketakutan-ketakutan akan kegagalan, ketakutan kalau berhadapan dengan orang tak dikenal, rasa malu yang menghambat kalau harus tampil di muka umum.

Kita bergumul dengan masalah ini karena kita didorong untuk menjadi saksi-saksi Kristus. Bagaimana mungkin kita dapat memberikan kesaksian kita akan Kristus bila kita sendiri takut untuk menghadapi orang serta takut gagal? Kita sering dicengkeram oleh kekurangan-kekurangan yang ada pada diri kita dan ketidaksanggupan diri sehingga tak dapat berbuat apa-apa.

Biasanya manusia paling pantang mengakui bahwa ia rendah diri, sebab ia ingin memberi kesan bahwa ia adalah orang yang yakin akan dirinya serta sanggup untuk menghadapi setiap keadaan. Namun kalau kita jujur, maka sebenarnya kebanyakan dan kita harus mengakui bahwa kita juga menghadapi masalah ini.

Pernahkah Anda ketika tampil berbicara di hadapan orang, merasa seluruh badan Anda kaku dan janggal, bahkan sampai mengeluarkan keringat dingin atau mendapati tangan Anda basah oleh keringat? Itu adalah salah satu pertanda bahwa rasa harga diri Anda kurang. Atau mungkin Anda adalah seorang yang cermat sekali dalam memilih pakaian dan merapikan pakaian yang Anda kenakan hanya untuk memberikan kesan yang baik dan tepat kepada orang. Justru kecermatan itu datangnya dari keinginan kita untuk diperhatikan karena kita merasa kurang harga diri.

Yeremia adalah suatu titik tolak yang cocok sebab dalam percakapannya dengan Allah, kelihatan sekali rasa harga diri yang kurang yang ada pada dirinya. Yeremia begitu ketakutan menghadapi orang lain, tetapi Allah menguatkannya dengan berkata, "Jangan takut pada mereka." Yeremia merasa dirinya begitu tidak sanggup atau tidak mampu serta merasa malu pada saat Allah memilih dia untuk pekerjaan nabiNya. Yeremia tahu dan sadar siapa dan apa yang akan dihadapinya dan ia juga mengingat kedudukan mereka yang superior itu, tetapi Allah langsung menyentuh akar persoalannya dengan mengatakan, “Jangan takut pada mereka.”

Yeremia sekali-kali tidak menginginkan jabatan itu dan tidak pernah mempersiapkan diri untuk itu, namun Allah malahan menunjuk dia untuk menghadapi para tua-tua Israel untuk mengingatkan mereka akan bencana yang mengancam akibat dan kemurtadan dan kemerosotan akhlak Israel pada waktu itu. Yeremia menjawab, ”Oh, Tuhan Allah, sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku masih muda.”

Secara manusiawi, tanggung jawab itu memang merupakan suatu tanggung jawab yang terlalu berat untuk dibebankan kepada seorang pemuda, namun Yeremia tidak melihat siapa yang mengutusnya, tetapi ia melihat siapa yang akan dihadapinya. Ia membayangkan apa yang harus dikatakannya pada saat menghadapi orang-orang itu, maka serta-merta mengatakan, ”Aku tak bisa pergi, aku tak sanggup, aku tak mampu karena aku masih muda.” Allah membantu dia untuk menghilangkan rasa rendah diri itu dengan mengatakan, "Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau.”

Allah membantu Yeremia dan membuat dia percaya diri dengan meyakinkan dia agar tidak takut berbicara pada mereka. “Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam mulutmu,” Sabda Allah.

Yeremia jelas-jelas di sini sebenarnya tidak takut pada apa yang akan mereka lakukan kepadanya, namun ia justru takut memikirkan apa yang akan dikatakan mereka kepadanya. Tidak ada yang lebih membekukan dan mematikan pelayanan daripada ketakutan akan "apa yang akan orang katakan". Mengapa kita selalu hati-hati dengan apa yang akan dikatakan orang? Karena kita merasa rendah dan kita takut kalau menjadi semakin kecil. Kita sering berdalih untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat membuat orang lain menganggap diri kita rendah.

Demikianlah rasa rendah diri yang datang pada Yeremia, sebab ia takut pada apa yang akan dihadapi karena ia merasa dirinya masih muda. Bagaimana kita dapat mengatasi masalah kurang menghargai diri ini? Banyak dari kita menderita rasa harga diri rendah karena terlalu sibuk dengan diri sendiri. Bila kita ingin mengatasi hal ini, maka kita harus berhenti untuk terus-menerus menghiraukan dan menguatirkan diri sendiri, membuat diri sendiri sebagai pusat perhatian. Sebenarnya letak persoalannya sederhana saja, akar dan persoalannya yaitu ke dalam, ke-aku-an kita sendiri. Seluruh kehidupan kita berkisar ke ‘aku’.

Kita ingin menimbulkan kesan "Bagaimana supaya kita menonjol dan menjadi seorang yang hebat." Karena itu, tanpa kita sadari kita bersikap, “Kalau saya melakukan hal ini, apa yang akan dipikirkan orang?” atau, “Kalau saya katakan ini, apa yang akan dikatakan orang?” Sehari-hari tindak-tanduknya hanya berputar kepada diri sendiri.

Suatu hal yang praktis ialah bahwa kita bukan saja harus meninggalkan keasyikan pada diri sendiri, namun kita juga tidak boleh bersembunyi di balik ketakutan-ketakutan dan berbagai alasan lain untuk membenarkan diri. Tetapi kita harus percaya bahwa Allah akan mengaruniakan kemenangan-kemenangan yang telah dijanjikanNya.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting