User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

       Karena banyak tanggapan dari teman-teman mengenai Sakramen Tobat, saya terdorong untuk menulis sedikit catatan mengenai Sakramen ini.

Banyak orang malu, malas, dan sungkan untuk mengaku dosa. Biasanya alasannya, "'Kan bisa ngaku dosa ke Tuhan langsung?" Atau alasan lainnya karena malu dosanya ketahuan orang. Dosa itu aib yang harus dibawa mati. Saya sendiri senang sekali mengaku dosa, meskipun kadang-kadang godaan yang senada seperti itu muncul juga di hati: "Malu, ah kalau Romo itu sampai tahu!" Sebelum memutuskan untuk mengaku dosa atau tidak dalam masa adven ini, saya ajak kalian untuk merenungkan sekali lagi tentang Sakramen Pengakuan Dosa.

Sakramen artinya tanda dan sarana untuk menghadirkan Allah. Ada yang mengatakan itu tanda dan sarana kehadiran Allah. Akan tetapi, saya lebih suka memakai kata-kata yang agak berani. Memang Allah sendirilah yang mau merendahkan diri-Nya sendiri sehingga Ia mau taat kepada kata-kata dan tindakan manusia. Dalam Ekaristi misalnya, sebesar apa pun dosa seseorang, asalkan dia seorang imam Katolik yang sah dan resmi, dia bisa mengkonsakrir roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Tuhan. Tuhan Yesus 'taat' kepada kata-kata seorang imam. Kita boleh yakin sepenuhnya konsekrasi terjadi dalam Sakramen Ekaristi.

Karena didasarkan pada janji Allah sendiri, dalam setiap Sakramen ada jaminan, ada kepastian, Allah hadir. Sebenarnya hanya ada satu Sakramen Dasar, yakni Kristus. Dialah yang menjadi tanda dan sarana sempurna yang menghadirkan Allah. Akan tetapi, menurut fungsi tertentu Allah hadir dalam beberapa Sakramen yang berbeda. Karena itu, Gereja mengenal tujuh Sakramen. Salah satunya Sakramen Rekonsiliasi atau Sakramen Pengakuan Dosa.

Allah pasti hadir dalam setiap Sakramen. Dalam Sakramen Pengakuan Dosa (SPD), Ia hadir sebagai Allah yang mengampuni. Pengampunan dalam SPD itu pasti karena Allah sendiri telah berjanji melalui Kristus, "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada." (Yoh 20:23) Allah tidak mungkin membatalkan Sabda-Nya sendiri.

Kalau kita mengaku dosa langsung kepada Tuhan, memang ada kemungkinan dosa kita diampuni. Perhatikan kata "kemungkinan". Itu berarti, may be yes, may be no! Belum tentu dosa kita diampuni. Siapa yang berani memastikan bahwa dosanya pasti diampuni oleh Tuhan kalau cuma lewat pengakuan pribadi. Syukur Gereja punya SPD. Asal kita dengan jujur, mengatakan semua dosa kita dan dengan rendah hati minta pengampunan, dosa kita pasti diampuni!

Tentu saja dosa yang diampuni adalah dosa yang didengarkan dan dimengerti oleh imamnya. Ada orang Katolik yang sengaja mencari imam-imam yang tidak dikenal atau bahkan, maaf, rabun dan kurang pendengaran. Maksudnya, supaya imam tersebut tidak mendengar dan karenanya tidak mengerti. Ini cara yang keliru. Justru, kalau seorang imam tidak memahami dosa yang kita akukan, bisa-bisa dosa-dosa kita yang spesifik tidak diampuni. Dosa yang diampuni hanya dosa yang dimengerti oleh imam! Mungkin banyak dari Anda yang belum tahu tentang ini. Karena itu, baik sekali kalau Anda punya satu saja romo pengakuan, tempat setiap kali Anda mengaku dosa. Saya justru menyarankan, carilah imam yang Anda kenal dan yang mengenal Anda!

Mengenai malu. Malu koq dipelihara? Suatu kebenaran, kalau Tuhan mengampuni, Ia mengampuni secara tuntas. Ia tidak akan mengingat-ingat lagi dosa kita (bdk. Yes 43:25). Jadi, dosa kita dilupakan, di-delete, di-erase. Bagian kejahatan dan dosa dalam buku kehidupan kita diformat ulang oleh Tuhan, menjadi lembaran putih bersih kembali. Malu satu kali, dosa dihapus. Hmm, ini harga yang kecil untuk karunia yang begitu besar. Malunya pun hanya pada satu orang. Bandingkan kalau kita tidak mengaku dosa. Pada akhir zaman semua buku akan dibuka. Buku kita akan dibacakan di depan semua orang dari segala zaman. Semua orang akan tahu dosa apa yang pernah kita lakukan, yang belum diakukan dalam SPD. Silakan pilih, malu sekarang sama satu orang saja, atau malu kemudian: diadili, diketahui semua orang, dan masih harus terima hukuman lagi.

Sebagai penutup, saya berikan beberapa tips untuk mengaku dosa:

1. Akuilah semua dosamu yang bisa kamu ingat. Jangan menyembunyikan dosa. Dosa yang disembunyikan tidak diampuni!

2. Akuilah dosamu secara spesifik, berapa kali, di mana. Misalnya, "Saya marah kepada anak saya tiga kali bulan ini." Atau, "Saya melakukan masturbasi sebanyak tujuh kali." Daripada sekedar mengatakan, "Saya berzinah," lebih baik katakan, "Saya melakukan hubungan badan dengan istri orang lain."

3. Jangan berikan alasan mengapa engkau berdosa. Kadang-kadang itu bisa menjadi dalih dan itu mengurangi kesungguhan kita untuk bertobat.

4. Berusahalah sungguh-sungguh untuk tidak berdosa lagi. Akan tetapi, kalau gagal, cepat-cepat mengaku dosa lagi.

5. Lakukan penitensi segera, tanpa menunda-nunda. Dan lakukan itu dengan semangat pertobatan dan silih.

6. Mengaku dosalah secara teratur dan dalam kurun waktu yang berdekatan. Saran saya, minimal satu bulan sekali. Alasannya, jangan sampai kita tidak mengakukan dosa tertentu karena lupa.

7. Dosa yang terlupakan untuk disebutkan dalam pengakuan sebelumnya, wajib diakukan kembali.

Tuhan memberkati.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting