User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Jika kita membaca Injil, kita dapat melihat kehidupan Kristus dalam fase-fase kehidupan-Nya yang dimulai dari masa kelahiran-Nya sampai pada sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya yang mulia ke surga. Akan tetapi, kita tidak menjumpai kisah kehidupan-Nya ketika Ia masih kanak-kanak dan kehidupan-Nya di muka umum sebelum Ia memulai karya dan pewartaan-Nya setelah dibaptis di Sungai Yordan oleh St. Yohanes Pembaptis. Semuanya seolah-olah menjadi tersembunyi dan merupakan suatu misteri. Namun dalam pengakuan iman, yaitu peristiwa inkarnasi (misteri penjelmaan Allah menjadi manusia) dan Paskah, peristiwa-peristiwa tersebut telah menerangi seluruh kehidupan Kristus ketika ia hidup di dunia ini, sehingga kita mengerti bahwa “Segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus sejak awal sampai pada hari Ia terangkat ke surga” (Kis 1:1-2), harus dilihat dalam cahaya misteri Natal dan Paskah. Baiklah kita akan membahas hal tersebut satu-persatu.

 

I. SELURUH KEHIDUPAN KRISTUS ADALAH MISTERI

Banyak hal tentang kehidupan Yesus yang ingin kita ketahui tidak ditemukan dalam Injil, baik kehidupan-Nya di Nasaret maupun sebagian besar kehidupan-Nya di muka umum tidak diceritakan. Oleh karena itu dapat kita lihat apa yang dinyatakan dalam Injil yaitu, “ ….dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (Yoh 20:31).

Injil ditulis oleh manusia-manusia, yang termasuk orang-orang beriman pertama dan yang hendak menyampaikan imannya kepada orang lain. Karena mereka mengetahui dari iman, siapa Yesus, mereka dapat melihat dalam seluruh kehidupan duniawi-Nya jejak-jejak rahasia batin-Nya dan mengarahkan orang lain kepada-Nya. Dalam kehidupan Yesus, segala sesuatu, mulai dari kain lampin waktu kelahiran-Nya sampai kepada cuka waktu kesengsaraan-Nya, dan kain kafan waktu kebangkitan-Nya—merupakan tanda-tanda rahasia batin-Nya. Oleh perbuatan-Nya, mukjizat-Nya, perkataan-Nya menjadi nyata, bahwa “Di dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an” (Kol 2:9). Kemanusiaan-Nya sendiri tampak sebagai “sakramen”, artinya sebagai tanda dan sarana ke-Allah-an-dan keselamatan yang Ia bawakan. Apa yang kelihatan dalam kehidupan-Nya, menunjukkan misteri kePutraan-Nya sebagai Anak Allah dan perutusan-Nya sebagai Penebus.

 

1.1. Ciri-ciri Mendasar yang Sama Dari Misteri-misteri Yesus

Seluruh kehidupan Yesus, kata-kata-Nya dan perbuatan-Nya, kebungkaman-Nya dan kesengsaraan-Nya, cara Ia hidup dan berbicara adalah wahyu tentang Bapa. Yesus dapat mengatakan: “Yang melihat Aku melihat Bapa” (Yoh 14:9) dan Bapa menyatakan: “Inilah Putra-Ku yang terkasih, dengarkanlah Dia” (Mrk 9:7). Karena Kristus menjadi manusia untuk memenuhi kehendak Bapa-Nya, maka setiap hal kecil dari kehidupan-Nya menyatakan bagi kita “kasih Allah… di tengah-tengah kita” (1Yoh 4:9).

Seluruh kehidupan Kristus adalah misteri penebusan. Penebusan kita diperoleh terutama melalui darah yang tertumpah di salib, tetapi misteri ini bekerja dalam seluruh kehidupan Yesus: sejak penjelmaan-Nya menjadi manusia, di dalamnya Ia menjadi miskin, untuk memperkaya kita melalui kemiskinan-Nya, dalam kehidupan-Nya yang tersembunyi yang menyilih ketidaktaatan kita dengan ketaatan-Nya, dalam tutur kata-Nya yang memurnikan para pendengar-Nya, dalam penyembuhan-Nya dan pengusiran setan “Ia memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” (Mat 8:17), dan dalam kebangkitan-Nya, kita dibenarkan.

Seluruh kehidupan Kristus adalah misteri pengumpulan baru dari segalanya di bawah satu Kepala. Maksudnya ialah segala sesuatu yang telah dikerjakan, dikatakan dan diderita Yesus, adalah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Dengan demikian manusia diangkat menjadi anak-anak Allah yang serupa dengan gambaran Allah seperti yang dikatakan St. Ireneus:

“Dengan menjadi manusia oleh inkarnasi, Ia merangkumkan dalam diri-Nya perkembangan manusia yang begitu lama dan menganugerahkan ke dalam rangkuman ini keselamatan untuk kita, supaya kita menerima kembali dalam Kristus Yesus keberadaan kita menurut gambar dan rupa Allah, yang telah kita hilangkan dalam Adam. Karena itu, Yesus melewati setiap tangga usia, supaya memperbaiki lagi untuk semua orang persekutuan dengan Allah.”

 

1.2. Keikutsertaan Kita Dalam Misteri Yesus

Seluruh “Kekayaan Kristus harus tersedia bagi setiap orang dan harus menjadi milik setiap orang”. Kristus tidak menghidupi kehidupan-Nya untuk diri-Nya sendiri tetapi untuk kita—sejak inkarnasi-Nya “untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita”, sampai pada kematian-Nya “untuk dosa-dosa” kita (1Kor 15:3), dan kebangkitan-Nya “demi pembenaran kita” (Rm 4:25). Sekarang pun Ia adalah “Pengantara kita pada Bapa” (1Yoh 2:1), “Karena Ia hidup senantiasa untuk menjadi pengantara kita” (Ibr 7:25). Dengan segala sesuatu yang Ia hidupi dan derita satu kali untuk selamanya bagi kita semua, sekarang ini Ia berada untuk selamanya “di depan hadirat Allah guna kepentingan kita” (Ibr 9:24).

Dalam seluruh kehidupan-Nya Yesus merupakan contoh kita: Ia adalah “Manusia sempurna” (GS 38), yang mengundang kita supaya menjadi murid-Nya dan mengikuti Dia. Oleh pelayanan-Nya yang rendah hati Ia memberi contoh kepada kita untuk diteladani, oleh doa-Nya Ia mengajak kita untuk berdoa, oleh kemiskinan-Nya Ia mengajak kita agar menanggung penderitaan dan penganiayaan dengan rela hati.

Kristus mengajak kita untuk menghidupi di dalam diri-Nya segala sesuatu yang pernah Ia hidupi dan sekarang Ia hidupi di dalam diri kita. “Sebab Dia, Putra Allah, dalam penjelmaan-Nya dengan cara tertentu telah menyatukan diri dengan setiap orang” (GS 22,2). Kita harus menjadi sehakikat dengan Dia; Ia membiarkan kita sebagai anggota-anggota tubuh-Nya, mengambil bagian pada apa yang Ia hidupi dalam daging-Nya untuk kita dan sebagai contoh bagi kita.

“Kita harus meneruskan dan menyelesaikan keadaan dan misteri Yesus di dalam kita dan mohon kepada-Nya agar Ia melaksanakan dan menyelesaikannya di dalam kita dan di dalam seluruh Gereja-Nya. Putra Allah mempunyai maksud, supaya melalui rahmat yang Ia anugerahkan kepada kita melalui misteri-misteri ini, dan melalui buah-buah yang Ia hasilkan di dalam diri kita melalui misteri itu, membiarkan kita mengambil bagian dalam misteri-misteri-Nya, seakan-akan memperluasnya dan melanjutkannya di dalam kita dan di dalam seluruh Gereja-Nya. Dan dengan cara ini Ia hendak menyelesaikannya di dalam kita” (St. Yohanes Eudes).

 

II. MISTERI MASA KECIL DAN KEHIDUPAN YESUS YANG TERSEMBUNYI

2.1. Persiapan

Kedatangan Putra Allah ke dunia adalah satu kejadian yang amat dahsyat, sehingga Allah telah mempersiapkannya selama berabad-abad. Semua ritus dan kurban, bentuk dan lambang “perjanjian pertama” (Ibr 9:15) diarahkan-Nya kepada Yesus; Ia memberitahukan kedatangan-Nya melalui mulut para nabi, yang susul-menyusul di Israel. Sementara itu Ia menggerakkan dalam hati kaum kafir satu pengertian yang samar-samar mengenai kedatangan ini.

Yohanes Pembaptis adalah perintis Tuhan yang langsung, ia diutus untuk menyiapkan jalan bagi-Nya. Sebagai “Nabi Allah yang mahatinggi” (Luk 1:76) Ia menonjol di antara semua nabi. Ia adalah yang terakhir dari mereka dan sejak itu Kerajaan Allah diberitakan. Ia sudah bersorak gembira dalam rahim ibunya mengenai kedatangan Kristus dan mendapat kegembiraannya sebagai “Sahabat mempelai” (Yoh 3:29), yang ia lukiskan sebagai “Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29). Ia mendahului Yesus “dalam roh dan kuasa Elia” (Luk 1:17) dan memberikan kesaksian untuk Dia melalui khotbahnya, pembaptisan pertobatan, dan akhirnya melalui kematiannya sebagai martir.

Dalam perayaan liturgi adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua. Dengan merayakan kelahiran dan kematian sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).

 

2.2. Misteri Natal

Yesus datang ke dunia dalam kemiskinan sebuah kandang, dalam keluarga yang tidak kaya. Para gembala sederhana adalah saksi-saksi pertama kejadian ini. Dalam kemiskinan ini bersinarlah kemuliaan surga. Gereja tidak bosan-bosan, menyanyikan kemuliaan malam ini:

“Perawan melahirkan hari ini Yang Abadi

dan bumi menyediakan gua untuk yang tidak dapat dihampiri,

para malaikat dan gembala memuji Dia

dan para majus mendekat dengan bintang,

karena Engkau dilahirkan untuk kami,

Engkau anak mungil, Engkau Allah abadi!

(Kontakion oleh Romanos, Penyanyi)

“Menjadi anak” di depan Allah adalah syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Untuk itu, orang harus merendahkan diri, menjadi kecil; lebih lagi orang harus “dilahirkan kembali” (Yoh 3:7), “dilahirkan dari Allah” (Yoh 1:13), supaya “menjadi anak Allah” (Yoh 1:12). Rahasia Natal terjadi di dalam kita, kalau “Rupa Kristus menjadi nyata” (Gal 4:19) di dalam kita. Natal adalah misteri “pertukaran yang mengagumkan”.

“O pertukaran yang mengagumkan! Pencipta sudi menjadi manusia dan lahir dari perawan. Tidak diperanakkan oleh seorang laki-laki, Ia datang ke dunia dan menganugerahkan kepada kita kehidupan ilahi.” (Antifon Ibadat Sore 1 Januari)

 

2.3. Misteri Kanak-kanak Yesus

Penyunatan Yesus, pada hari kedelapan sesudah kelahiran-Nya, adalah suatu bukti bahwa Ia termasuk dalam keturunan Abraham dalam bangsa perjanjian, bahwa Ia takluk kepada hukum dan juga melakukan ibadah Israel, yang dalamnya Ia akan mengambil bagian sepanjang hidup-Nya. Ia adalah pratanda “Penyunatan yang diberikan Kristus” yaitu Pembaptisan” (Kol 2:11-12).

Epifani (penampakan Tuhan) adalah wahyu Yesus sebagai Mesias Israel, Putra Allah dan Penebus dunia dalam peristiwa pembaptisan-Nya di Yordan, pernikahan di Kana, dan penyembahan kepada Yesus oleh “Orang-orang majus dari Timur” (Mat 2:1). Dalam “Majus-majus” ini sebagai wakil-wakil dari agama-agama kafir di dunia sekitar, Injil melihat anak-anak sulung bangsa-bangsa yang menerima warta gembira tentang peristiwa keselamatan penjelmaan Yesus menjadi manusia. Bahwa para majus itu datang ke Yerusalem, “Untuk menyembah (raja Yahudi)” (Mat 2:2), menunjukkan bahwa mereka—dalam cahaya mesianis bintang Daud itu—mencari di Israel Dia yang akan menjadi raja bangsa-bangsa. Kedatangan mereka berarti bahwa orang-orang kafir hanya dapat menemukan Yesus dan menyembah-Nya sebagai Putra Allah dan Penebus dunia, kalau mereka menghubungi orang-orang Yahudi dan menerima dari mereka janji mesianis, seperti yang tercantum dalam Perjanjian Lama. Epifani menyatakan bahwa “Semua orang kafir masuk ke dalam keluarga para bapa bangsa “ (Leo Agung, serm. 23) dan mendapat “Martabat Israel” (MR, Malam Paska 26; doa sesudah bacaan ketiga).

Persembahan Yesus dalam kenisah menunjukkan Dia sebagai Anak sulung, yang dipersembahkan kepada Tuhan. Dalam Simeon dan Anna terjadilah pertemuan—demikianlah tradisi Bisantin menamakan pesta ini—seluruh pengharapan Israel dengan Penebus-Nya. Yesus dikenal sebagai Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan, sebagai “Cahaya bangsa-bangsa” dan “Kemuliaan Israel”, tetapi juga sebagai “tanda pertentangan”. Pedang dukacita, yang diramalkan untuk Maria, menandakan “Persembahan” yang lain, yang sempurna dan yang satu-satunya, di salib, yang akan menganugerahkan keselamatan, “Yang Allah persiapkan untuk segala bangsa”.

Pengungsian ke Mesir dan pembunuhan anak-anak yang tidak berdosa menunjukkan perlawanan kegelapan terhadap cahaya: “Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya” (Yoh 1:11). Seluruh kehidupan Kristus akan dibayangi oleh penghambatan. Murid-murid-Nya ikut serta dalam nasib ini. Kedatangan-Nya kembali mengingatkan keluaran dari Mesir dan memperkenalkan Yesus sebagai pembebas definitif.

 

2.4. Misteri Kehidupan Yesus yang Tersembunyi

Sebagian besar dalam kehidupan-Nya dijalani Yesus dengan mengambil bagian dalam nasib kebanyakan manusia: kehidupan biasa tanpa kebesaran lahiriah, kehidupan seorang pengrajin, kehidupan religius Yahudi yang takluk kepada hukum Allah, kehidupan dalam persekutuan desa. Dari seluruh periode ini, hanya inilah yang diwahyukan kepada kita bahwa Yesus “Taat” kepada orang tua-Nya dan bertambah “Hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:51-52).

Dalam kepatuhan kepada bunda-Nya dan bapa piara-Nya, Yesus memenuhi perintah keempat dengan amat sempurna. Itulah gambaran duniawi mengenai kepatuhan-Nya sebagai Anak terhadap Bapa surgawi-Nya. Kepatuhan Yesus sehari-hari terhadap Yosef dan Maria menyatakan dan mengantisipasi kepatuhan-Nya pada hari Kamis Putih: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk 22:42). Dengan kepatuhan Kristus dalam keseharian kehidupan yang tersembunyi itu, mulailah sudah pemulihan kembali apa yang telah dihancurkan oleh ketidakpatuhan Adam.

Kehidupan yang tersembunyi di Nasaret memungkinkan setiap orang, supaya berada bersama Yesus dalam kegiatan sehari-hari: “Rumah di Nasaret adalah sebuah sekolah, di mana orang mulai mengerti kehidupan Kristus. Itulah sekolah Injil… Pertama-tama ia mengajarkan keheningan. Semoga hiduplah di dalam kita penghargaan yang besar terhadap keheningan… sikap roh yang mengagumkan dan yang perlu ini… Di sini kita belajar, betapa pentingnya kehidupan di rumah. Nasaret memperingatkan kita akan apa sebenarnya keluarga, akan kebersamaannya dalam cinta, akan martabatnya, akan keindahannya yang gemilang, akan kebersamaannya dalam cinta, akan kekudusannya dan haknya yang tidak dapat diganggu gugat. Akhirnya kita belajar di sini aturan bekerja dengan penuh ketertiban. O mimbar Nasaret, rumah Putra pengrajin. Di sini ingin saya kenal dan rayakan hukum pekerjaan manusiawi yang keras, tetapi membebaskan… Akhirnya saya ingin menyampaikan berkat kepada para pekerja di seluruh dunia dan menunjukkan kepada mereka contoh luhur saudara ilahinya.” (Paus Paulus VI, pada pidato 5 Januari 1964 di Nasaret)

Penemuan kembali Yesus di kenisah adalah satu-satunya peristiwa yang diberitakan Injil mengenai tahun-tahun kehidupan Yesus yang tersembunyi. Yesus memperlihatkan di sini misteri penyerahan diri secara menyeluruh kepada perutusan-Nya, yang disebabkan oleh keadaan-Nya sebagai Putra Allah: “Tidak tahukah kamu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?” Yosef dan Maria tidak mengerti ungkapan ini, tetapi mereka menerimanya dalam iman, dan Maria “menyimpan semua peristiwa itu di dalam hatinya” selama tahun-tahun, di mana Yesus tersembunyi dalam kesunyian kehidupan biasa.

 

III. PENUTUP

Seluruh kehidupan Kristus merupakan pengajaran yang terus menerus: saat-saat Ia berdiam diri, mukjizat-mukjizat-Nya, tingkah laku-Nya, doa-Nya, cinta-Nya terhadap rakyat, keakraban-Nya yang mesra khususnya terhadap mereka yang hina dan miskin, caranya Ia menerima pengurbanan Diri seutuhnya di kayu salib demi penebusan dunia, dan kebangkitan-Nya merupakan perwujudan nyata Sabda-Nya dan kepenuhan pewahyuan. “Semua anggota harus menyerupai Kristus, sampai Ia terbentuk dalam mereka (lih. Gal 4:19). Maka dari itu kita diperkenankan memasuki misteri-misteri hidup-Nya, disamakan dengan-Nya, ikut mati dan bangkit bersama dengan-Nya” (LG 7). Apakah seorang itu gembala atau ahli nujum, di dunia ini ia tidak dapat datang kepada Allah, kecuali ia berlutut di depan palungan Betlehem dan menyembah Dia sebagai yang tersembunyi dalam kelemahan seorang bayi. Oleh kepatuhan-Nya kepada Maria dan Yosef dan melalui pekerjaan-Nya yang sederhana bertahun-tahun di Nasaret, Yesus memberi kepada kita contoh kekudusan dalam kehidupan kekeluargaan sehari-hari dan dalam pekerjaan.

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting