User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Ketika kita memasuki hari natal, biasanya kita bersukacita dan bergembira. Ada yang senang dengan merayakan natal bersama keluarganya di Gereja, di suatu tempat ziarah bahkan berakhir pekan di tempat nan indah di belahan dunia yang lain. Namun, jika kita berani menjawab tantangan ini: apakah sukacita Natal hanya sejauh dengan kebahagiaan “semu” ketika menerima hadiah yang indah atau bepergian ke tempat yang baru atau juga berakhir pekan dengan dia yang kita cintai di tempat yang indah? Kerinduan itu memang tidak salah, namun jika kita memahami, merenungkan, dan mengkontemplasikan makna sesungguh natal dalam hidup ini, ternyata ada sesuatu yang melampaui keindahan yang pernah dapat kita dengar, rasakan atau impikan. Coba simak sharing dari seorang frater dari Atambua ini bahwa Natal juga mengungkapkan misteri hidup kita sebagai manusia yang rapuh.

Sebentar lagi kita akan merayakan pesta Natal. Natal adalah pesta iman, yaitu Yang Maha Pengasih mendatangi umat-Nya dan umat dengan penuh sukacita menjumpai-Nya. Kita sebagai umat Allah merayakan kelahiran Yesus, Penyelamat dan Penebus yang terlaksana dalam dunia yang bernuansa kelembutan sekaligus kekerasan. Sejenak kita mencoba membayangkan keadaan Kanak-kanak Yesus di palungan. Kita mau merenungkan kelahiran Putra Manusia ini.

Kita Memandang Bayi Mungil

Dengan mudah kita mengetahui keadaan-Nya. Lemah tak berdaya tetapi sekaligus memberikan rasa sukacita, kebahagiaan dan kedamaian yang bukan berasal dari diri manusia sendiri melainkan sesuatu yang terpancar dari Bayi mungil itu bahwa Ia telah memberikan segala sesuatu kepada kita sekalipun Ia sangat lemah.

Dalam kehidupan kita sehari-hari bila kita menyadari kodrat kita yang lemah, tak berdaya dan hanya mau mengandalkan kekuatan rahmat Tuhan, menyadari bahwa apa yang ada pada kita semuanya berasal dari Tuhan, dan kita berjuang untuk bekerja sama dengan rahmat Tuhan itu dalam membangun relasi yang mesra dengan Tuhan dan sesama. Maka betapa bahagianya hidup kita ini, kita sudah mengalami surga di dunia ini. Dengan demikian secara tak sadar kita telah membahagiakan sesama atau saudara yang ada di dekat kita, entah itu dalam senyum, sapa, tutur kata, atau pun lewat perbuatan kita setiap hari. Semuanya itu mendatangkan sukacita dan kebahagiaan bagi sesama saudara.

Bukankah suatu kenyataan bahwa Bayi yang lemah itu sungguh memberikan kebahagiaan kepada kita? Seperti kita lihat dalam keluarga, misalnya kebahagiaan terpancar di tengah-tengah keluarga, oleh karena kelahiran bayi, sehingga kita (terutama sang ibu) tak menyesal kehilangan jam tidur demi sang bayi. Sang ayah juga tak luput dari siraman kebahagiaan yang mengisi seluruh relung-relung hatinya. Karena kelahiran Sang Bayi mungil. Jadi, merenungkan Kanak-kanak Yesus sebagai Raja sudah membawa rasa bahagia dan kebanggaan kepada kita. Sebuah kebahagiaan Natal.

Kita dapat Merenungkan Tempat Kanak-kanak Yesus Dilahirkan

Kita sendiri umumnya dilahirkan di tempat yang nyaman. Kita menjadi bertanya-tanya: Mengapa Putra Allah dilahirkan di kandang binatang? Jawabannya sederhana saja, karena Putra Allah dilahirkan di kandang untuk menunjukkan kasih dan kerelaan-Nya bahwa Ia mau datang kepada kita, Ia tetap mau mengunjungi kita. Ia tetap mencari kita sampai Dia menemukan kita dan mau mengangkat kita dari dosa serta kelemahan kita. Ia tak mau membiarkan kita terus meringkuk dalam kandang dosa kita. Ia ingin mengangkat kembali martabat kita sebagai anak-anak Allah dan menyadarkan kita untuk tetap menyandang martabat kita sebagai putra-putri Allah, kekasih-kekasih Allah.

Dia mau mengenakan mahkota keselamatan kepada kita dan hal ini terlaksana bila kita sungguh-sungguh mau membuka hati kita untuk kedatangan-Nya dan menyediakan hati kita sebagai palungan bagi kelahiran-Nya. Ia ingin menjadikan palungan hati kita ini sebagai tempat untuk membesarkan cinta-Nya. Oleh karena itu, untuk membahagiakan sesama saudara, kita harus menjadi seperti Dia, yaitu seorang Kanak-kanak yang kecil, lemah dan tak berdaya. Kita yang lemah dalam segala hal akan mampu membahagiakan sesama. Ini dibuktikan secara jelas dan nyata oleh setiap kelahiran bayi dalam keluarga. Begitu pula dengan kelahiran Yesus di kandang yang hina ini menjadi pertanda bahwa Allah ma uterus dan tetap bersahabat dengan manusia berdosa yang bertobat.

Kelahiran Kanak-kanak Yesus Demi Keselamatan Kekal Seluruh Umat Manusia

Semakin kita meresapi misteri kedatangan-Nya yang pertama ini, semakin dalam pula kita dipenuhi pengharapan yang gembira. Kita juga dipenuhi dengan keyakinan yang jelas akan kedatangan-Nya yang kedua untuk mengadili orang hidup dan yang mati. Sembah sujud dan hormat kita dengan berlutut di kandang Betlehem tidaklah salah karena ini mengingatkan kita akan kenyataan keselamatan yang terjadi 2000 tahun yang silam itu dan banyak banyak memperlihatkan kepada kita tentang Kerajaan Allah yang sudah hadir di dunia dan akan mencapai kepenuhannya di akhir zaman. Kerajaan Allah dinyatakan oleh Yesus bukan sebagai bayi yang lemah tetapi dengan salib dan kebangkitan-Nya sebagai puncak dan pemenuhan hidup-Nya sebagai Sang Penebus dan Penyelamat seluruh umat manusia. Tanpa misteri salib, khususnya kebangkitan-Nya kelahiran-Nya tidak akan ada artinya.

Misteri Kanak-kanak Yesus Dalam Terang Kebangkitan Kristus

Dalam terang kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, Allah Bapa menebus dan menyelamatkan umat manusia dalam kuasa Roh Kudus-Nya yang hadir secara nyata dalam Gereja. Dengan demikian dalam perayaan liturgi Gereja, yakni perayaan Natal menunjukkan kepada kita bahwa kelahiran Kanak-kanak memberikan arti bagi seluruh umat manusia. Kanak-kanak Yesus yang lemah memperlihatkan kepada kita kemurnian keadaan tak berdosa. Kanak-kanak Yesus menimbulkan kerinduan di dalam lubuk terdalam jiwa kita akan sukacita, kedamaian dan kebahagiaan yang abadi. Suatu sikap yang terbuka secara total kepada cinta Allah yang maharahim. Suatu penyerahan dan kepasrahan yang utuh kepada penyelenggaraan-Nya, perlindungan-Nya dan bimbingan Roh Kudus-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Marilah kita menjadikan hati kita palungan untuk-Nya. Semoga Ia tetap tinggal di palungan hati kita untuk menyalakan api cinta-Nya agar kita mampu mengasihi Allah demi diri-Nya dan demi keselamatan jiwa-jiwa. Amin.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting