Dewasa ini persekutuan-persekutuan doa semakin berkembang dan demikian juga dengan karunia-karunia Roh Kudus, dimana Tuhan melalui kuasa Roh Kudus-Nya berkarya bagi pembangunan Gereja-Nya. Lebih-lebih bagi mereka yang telah diperbaharui dan hidup dalam Roh serta terbuka kepada gerakan Roh Allah sehingga Tuhan semakin leluasa bekerja dan memberikan karunia-Nya. Akan tetapi, di lain pihak masih banyak umat Kristen yang kurang mengerti atau kurang mengenal, sehingga karunia-karunia itu tidak digunakan sebagaimana mestinya, misalnya seperti yang akan kita bahas kali ini yaitu karunia berkata-kata dalam bahasa roh dan karunia tafsiran. Banyak orang menyamakan karunia berkata-kata dalam bahasa roh dengan karunia berdoa dalam bahasa roh. Karunia berdoa dalam bahasa roh sering kita jumpai dan sudah sering pula kita menggunakannya tetapi tidak demikianlah dengan karunia berkata-kata dalam bahasa roh.

Karunia berkata-kata dalam bahasa roh berhubungan erat dengan karunia tafsiran dan kedua karunia ini mempunyai kuasa yang luar biasa untuk memperbaiki, memperkuat dan membangun Gereja.

 

KARUNIA BERKATA-KATA DALAM BAHASA ROH

Karunia berkata-kata dalam bahasa roh adalah merupakan manifestasi sesaat Roh Kudus yang luar biasa yang diberikan kepada seseorang selama Persekutuan Doa Karismatik dimana orang tersebut digerakkan oleh Roh Kudus untuk berkata-kata dalam bahasa roh dengan suara yang keras dan kemudian diikuti oleh karunia tafsiran. Seorang yang berkata-kata dalam bahasa roh tersebut tidak mengerti apa yang dia katakan sehingga bila orang tersebut berkata-kata dalam bahasa roh saat persekutuan doa maka seseorang menafsirkan kata-kata tersebut.

Perbedaan antara karunia berdoa dalam bahasa roh dengan karunia berkata-kata dalam bahasa roh adalah:

Karunia berdoa dalam bahasa roh:

  • merupakan karunia yang sifatnya lebih permananen
  • untuk semua orang
  • tidak perlu ditafsirkan
  • terutama digunakan untuk doa pribadi
  • biasanya dipakai dalam doa pujian dan syukur
  • biasanya diberikan pada awal hidup rohani seseorang

 

Karunia berkata-kata dalam bahasa roh:

  • merupakan manifestasi sesaat dari Roh Kudus
  • selalu diikuti oleh tafsiran
  • diucapkan sendirian (tidak secara bersama-sama/serempak dengan yang lain)
  • tidak dibatasi hanya dalam doa pujian tetapi dapat dalam berbagai bentuk doa
  • terutama dimaksudkan untuk menyampaikan pesan Allah kepada kelompok

 

 

Dasar Biblis: 

  1. 1 Kor 12:10  “...Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu.” Ayat ini menunjukkan bahwa karunia berkata-kata dalam bahasa roh merupakan salah satu karunia karismatik untuk pelayanan.
  2. 1 Kor 12:28  “Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.” Dalam ayat ini ditunjukkan bahwa karunia berkata-kata dalam bahasa roh termasuk deretan kedua dalam pelayanan kepada Gereja dan ini berarti bahwa karunia berkata-kata dalam bahasa roh ini penting bagi pertumbuhan Gereja.
  3. Dalam 1 Kor. 14  Santo Paulus juga banyak mengajar tentang karunia ini (lihat dalam ayat: 5, 6-12,16,22-23,26-27 dan 39).

 

KARUNIA TAFSIRAN

Karunia tafsiran adalah kuasa yang diberikan oleh Roh Kudus kepada seseorang untuk berbicara dalam bahasa yang sederhana (bahasanya setempat) dan menyampaikan suatu tafsiran dari apa yang diucapkan dengan keras dalam karunia berkata-kata dalam bahasa roh tadi. Penafsiran ini tidak sama dengan menterjemahkan. Dapat terjadi bahwa seseorang yang hadir dalam persekutuan doa tersebut mengenal kata-kata dan kalimat tersebut dari pengetahuan bahasanya dan dia mungkin menterjemahkannya.

Tafsiran ini mungkin lebih pendek atau lebih panjang dari pada kalimat yang diucapkan saat berkata-kata dalam bahasa roh. Ada dua bentuk tafsiran. Pertama, berupa doa pujian kepada Allah, dan yang kedua adalah merupakan pesan dari Allah kepada jemaat. Tafsiran yang kedua ini sama dengan nubuat.

 

Dasar Biblis:

  1. 1 Kor.12:10 “...Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia memberikan
  2. 1 Kor.12:30 “atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk
  3. Dalam 1 Kor.14 Santo Paulus memberikan ajarannya tentang karunia ini (lihat dalam ayat: 5,13,27 dan 28).

 

Karunia berkata-kata dalam bahasa roh dan karunia tafsiran ini digunakan sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Kitab Suci. Selama persekutuan doa karismatik, seorang anggota yang hidup rohaninya telah matang digerakkan oleh Tuhan untuk berbicara dalam bahasa roh dengan suara keras yang kemudian diikuti oleh pesan dari Tuhan dalam bahasa setempat. Kedua karunia ini yang bila digunakan bersama-sama sangat menyerupai nubuat (bdk. 1 Kor. 14:5).

Bagaimana seseorang tahu bahwa Tuhan menggerakkan dia untuk berkata-kata dalam bahasa roh? Biasanya orang tersebut adalah anggota dari persekutuan doa yang telah matang hidup rohaninya dan yang peka terhadap dorongan Roh Kudus. Kepekaan ini terjadi karena suasana persekutuan doa dan sentuhan yang dalam di lubuk jiwa atau adanya urapan Roh Kudus.

Setelah karunia berkata-kata dalam bahasa roh digunakan maka orang tersebut harus bertindak dengan iman seorang anak kecil yaitu bahwa Tuhan akan berbicara kepadanya. Dan sementara itu anggota yang lain berdoa mohon diberikan tafsirannya. Tafsiran bukan berarti membuat kata-kata yang cocok tetapi disini harus tetap tinggal hening dan berdoa sambil menanti kata-kata yang terlintas, namun kata-kata ini juga harus diuji dulu kebenarannya sebelum diucapkan. Cara menguji apakah tafsiran itu benar-benar berasal dari Tuhan yaitu bila kata-kata itu membawa damai dan sukacita bagi kelompok doa tersebut dan dapat dilihat juga bila beberapa orang yang memiliki karunia menafsirkan diberi tafsiran yang sama.

Faktor-faktor yang mendukung bertumbuhnya kedua karunia ini adalah:

  • Memiliki pengetahuan yang jelas tentang karunia-karunia ini.
  • Suasana doa yang ‘in’ dalam suatu persekutuan doa
  • Keterbukaan terhadap manifestasi Roh Kudus

Dua hal yang biasanya timbul dalam penggunaan kedua karunia ini adalah kadang orang yang mengucapkan kata-kata dalam bahasa roh dengan keras merasa bahwa dia digerakkan oleh Tuhan untuk berkata-kata dalam bahasa roh padahal itu tidak riil atau muncul dari dirinya sendiri. Atau dapat juga terjadi bahwa orang menafsirkan kata-kata tersebut dengan salah atau menurut pikirannya sendiri. Dan tentu saja para leaders disini harus paham betul apakah karunia ini riil dari Tuhan. Oleh sebab itu, sangat perlu bahwa dalam latihan-latihan penggunaan karunia diadakan pengujian dan disini juga diperlukan kerendahan hati untuk menerima penilaian bila itu tidak otentik dari Tuhan.

 

Sumber:- A Key to Charismatic Renewal, Mgr.Vincent M. Walsh

- Catholic Pentecostalism, Rene Laurentin

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting