Print
Category: Kesaksian
Hits: 29172

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Aku adalah seorang Katolik dari lahir. Sejak aku kuliahtepatnya semester 7 tahun 2013 laluaku sudah memiliki cita-cita tentang masa depanku yang ingin kugapai. Aku memiliki impian untuk menjadi seorang yang sukses dalam berkarier di perusahaan top, lebih tepatnya di bidang keuangan karena aku adalah seorang lulusan S1 jurusan Finance. Dari dulu aku ingin sekali menjadi seorang profesional. Aku ingin meniti karier di perusahaan besar, baik yang bergerak di bidang perbankan maupun manufaktur.

Ketika aku menginjak di semester 8, aku hanya mengerjakan skripsi saja. Kira-kira sejak bulan April 2013, skripsiku sudah berada di bab-bab akhir di mana tingkat kesulitannya sudah berkurang dan aku sudah bisa mengalihkan konsentrasiku untuk mulai mencari pekerjaan, tentunya pekerjaan yang sudah kuidam-idamkan sejak aku menginjak semester 7 lalu. Tetapi, bulan demi bulan berlalu dan aku selalu gagal untuk mendapatkan pekerjaan. Aku tidak tahu apa yang salah pada diriku karena IPK-ku (Indeks Prestasi Kumulatif, red.) pun terhitung tinggi, bahkan nyaris Cumlaude. Akan tetapi, tampaknya sulit sekali untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan mendapat panggilan saja sulit sekali.

Di pertengahan bulan Juni 2013, kekuatanku sudah mulai habis. Ditambah lagi pihak orang tua terus mendesak supaya aku mendapatkan pekerjaan secepatnya. Tekanan yang aku rasakan begitu kuat. Pada suatu malam, aku menangis layaknya anak kecil yang sudah hampir putus asa dan berdoa kepada Tuhan Yesus karena aku sudah tidak kuat lagi dalam menghadapi pergumulanku. Dan, sungguh ajaib! Keesokan harinya, Tuhan Yesus menjawab doaku. Tiba-tiba pamanku—yang adalah pemilik perusahaan yang bergerak di bidang mainanmeneleponku dan menawarkan pekerjaan padaku. Awalnya aku sempat ragu sejenak karena aku memiliki cita-cita lain dan tidak pernah sedetik pun terlintas di pikiranku akan bekerja di perusahaan pamanku sendiri. Tetapi, ibuku menguatkan dan menyemangatiku. Dia berkata bahwa tidak ada salahnya dicoba terlebih dahulu dibandingkan mengganggur saja di rumah. Aku pun menerima tawaran pekerjaan tersebut.

Pada tanggal 17 Juni 2013, aku mulai bekerja di perusahaan pamanku. Pekerjaanku waktu itu belum jelas, hanya bantu-bantu saja, atau lebih tepatnya aku dipersiapkan untuk menjadi tangan kanan pamanku yang tidak setiap hari datang ke kantor itu. Sejak awal aku bekerja sampai 31 Desember 2013, aku masih ditemani oleh seorang manajer produksi. Dia yang membimbing dan mengajariku mengenai tanggung jawabku di sini dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar seluruh kegiatan operasional perusaahan ini berjalan lancar.

Waktu terus berjalan dan tanpa terasa sudah 6 bulan lamanya aku bekerja di sana. Sejak bulan Januari 2014, aku sudah bekerja sendirian karena manajer produksi tersebut sudah mengundurkan diri. Aku menjadi seorang single fighter di sini. Aku bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan. Pamanku—selaku pimpinan—hanya datang dua kali setiap minggunya. Selebihnya, aku melakukan semua yang terbaik demi menjaga kelancaran operasional perusahaan dan terus memikirkan bagaimana caranya agar perusahaan ini mendapatkan laba setinggi-tingginya.

Namun, perlahan aku sadar bahwa aku masih memiliki impian yang sudah tertanam sejak semester 7 itu. Aku ingin sekali meniti karierku secara profesional di perusahaan besar. Aku ingin menjadi seorang yang ahli di bidang keuangan. Pekerjaanku sehari-hari di perusahaan pamanku ini membuatku tidak berkembang secara maksimal. Aku merasa tidak bisa menggapai impianku.


Kegiatanku setiap hari di kantor adalah awal mula aku mengelilingi mesin-mesin produksi, mengecek hasil produksi apakah cacat atau tidak, mengecek mesin yang beroperasi apakah berjalan dengan baik atau tidak, kemudian mengecek hasil perakitan mainan-mainan. Belum lagi harus bersiap untuk menenangkan buruh-buruh yang suka memprovokasi. Bagiku, pekerjaan ini tidak bisa mengembangkan kemampuanku secara teknis dari sisi keuangan. Aku merasa pendidikan yang kupelajari di bangku kuliah tidak ada artinya.

Hal ini membuat aku selalu bergumul hebat karena aku masih ingin menggapai impianku dan aku tidak memiliki minat sama sekali terhadap dunia mainan ini. Hati nuraniku tidak bisa dibohongi sama sekali. Akhirnya, pada tanggal 1 Juni 2015 aku mengambil keputusan untuk mengundurkan diri. Aku menghadap pamanku dan menjelaskan alasanku mengundurkan diri. Pamanku mengizinkan aku untuk mencari pekerjaan baru, namun aku diminta untuk tetap bekerja di sana selagi aku belum mendapatkan pekerjaan baru, sambil memberi waktu juga kepada perusahaan untuk mencari penggantiku. Setelah itu aku mulai menebar CV (Curriculum Vitae, red.) ke beberapa perusahaan.

Setelah berusaha mencari pekerjaan lewat teman, website, bahkan job fair berkali-kali, namun aku belum mendapatkan pekerjaan juga. Sungguh sebuah perjuangan yang luar biasa. Beberapa kali aku sempat putus asa. Akan tetapi, aku senantiasa berdoa kepada Tuhan Yesus dan mulai belajar untuk melibatkan Bunda Maria melalui doa Novena. Mulai tanggal 1 Desember 2015, aku diterima bekerja di salah satu anak perusahaan besar di Indonesia. Aku merasa bangga sekali bisa bekerja di sini. Aku merasa mimpiku sudah terwujud dan aku sudah tidak sabar untuk memulai petualanganku di sini.

Ketika mulai bekerja di sini, aku baru menyadari bahwa ternyata aku ini begitu lemah. Setiap hari aku stres hebat karena lingkungan baru yang kurang nyaman bagiku. Selain itu, usahaku untuk selalu aktif bertanya dan meminta pekerjaan, selalu diacuhkan oleh atasanku. Aku ingin aktif membantu, tetapi aku selalu dihadapkan dengan penolakan. Dan, ini membuatku tertekan karena aku seperti makan gaji buta dan tidak melakukan apa pun. Aku telah keluar dari zona nyaman yang selama ini aku dapatkan di tempat kerja pamanku, tetapi aku gagal beradaptasi dengan lingkungan baruku. Aku betul-betul depresi dengan lingkungan yang tidak nyaman ini. Penolakan demi penolakan membuat aku frustrasi. Akhirnya, aku hanya bekerja selama dua bulan saja di perusahaan tersebut.

Selama dua bulan itu, aku sama sekali tidak bisa tidur dengan nyenyak. Aku begitu putus asa. Ketika aku sudah bersusah payah mendapatkan pekerjaan yang kuinginkan, ternyata aku gagal total di situ. Aku tidak menyangka bahwa impianku hancur begitu saja dalam sekejap. Aku tidak ingin kembali bekerja di perusahaan pamanku, tetapi di sisi lain, aku gagal total di perusahaan tersebut. Aku merasa putus asa dan kebingungan layaknya orang yang tidak tahu arah sama sekali.

Sejak Februari 2016, aku sudah resmi mengganggur. Hatiku begitu gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Haruskah aku kembali bekerja dengan pamanku yang sudah jelas-jelas bukan duniaku? Ataukah aku mencari pekerjaan lagi di tempat yang lain? Awalnya aku ragu untuk mencari pekerjaan di tempat yang lain karena aku khawatir akan gagal kembali. Namun, aku juga berpikir tidak mau menjadi pecundang dan kembali bekerja dengan pamanku dengan alasan karena telah gagal di perusahaan terakhir. Akhirnya, aku mengambil keputusan untuk mencoba kembali mencari pekerjaan. Kali ini aku mencari pekerjaan di bidang perbankan atau pun kantor konsultan pajak sebab aku sempat mengambil kursus brevet selama bulan Oktober 2015 sampai Februari 2016.


Perlahan namun pasti, aku mengevaluasi kegagalanku kemarin. Dan, aku mulai bangkit seperti yang dulu lagi. Aku begitu bersemangat untuk mengejar impianku dalam berkarier di perusahaan besar. Namun, ada satu momenpamanku kembali menawarkan pekerjaan dan aku menolaknya secara halus—di mana aku merasa kecewa dengan perkataan pamanku: “Suka-suka kamulah! Om sudah tidak mau tahu lagi dengan nasibmu!

Mendengar perkataan tersebut, aku berkata pada diriku bahwa Tuhan Yesus Mahamurah dan Mahapengampun. Manusia sama sekali tidak memiliki kuasa di dalam hidupku. Manusia boleh merendahkan aku, tetapi Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkanku. Hanya perkataan-Nyalah yang memiliki kuasa terhadapku. Meskipun aku gagal pada kesempatan pertama, aku yakin bahwa aku masih layak untuk mendapatkan kesempatan kedua.

Setiap hari aku berdoa. Aku mencari Tuhan Yesus dengan segenap hatiku. Namun, uang tabunganku semakin lama semakin habis. Aku begitu ketakutan dan khawatir kalau aku tidak mendapatkan kesempatan kedua dari Tuhan Yesus atau kalau tabunganku habis sebelum mendapatkan pekerjaan. Hari demi hari, aku semakin mendekatkan diri kepada Tuhan Yesus dengan membaca Alkitab dan merenungkan semua firman-Nya untuk menguatkan langkahku. aku berdoa dengan tidak jemu setiap harinya. Namun, masih ada kalanya di mana aku merasa ingin menyerah karena aku merasa tidak ada pintu terbuka bagiku untuk menebus kegagalanku yang kemarin. Tetapi, aku tidak mau kalah dengan pergumulanku. Aku berusaha untuk selalu memegang firman-Nya yang menguatkan. Aku percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya dan tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya.

Sejak bulan Februari 2016 sampai bulan Juli 2016, aku tidak memiliki kegiatan apa-apa dan cenderung jarang keluar rumah karena merasa malu pada orang-orang di sekitarku dan juga untuk berhemat agar tabunganku tidak cepat habis (setiap bulan aku harus membayar cicilan mobil orang tuaku).  Waktu terasa begitu lama dan berat. Tetapi, waktu yang lama itu membuatku semakin dekat dengan-Nya, mengenal pribadi Tuhan Yesus, dan semakin mengandalkan-Nya.

Aku yakin bahwa di dalam masa penantian yang lama itu, Tuhan memprosesku dengan ajaran-Nya, Ia membentuk karakter dan pribadiku agar menjadi lebih tangguh dan bijaksana. Tuhan begitu sayang padaku sehingga Ia tidak mau melihatku gagal untuk yang kedua kalinya. Tuhan selalu memberikanku kekuatan untuk bertahan dan bersabar di saat aku merasa sudah sampai pada batas kekuatanku. Tuhan Yesus mau membuang seluruh sifat jelekku yang tidak berkenan di hadapan-Nya.

Waktu enam bulan menganggur ini kupakai untuk mengenal Tuhan Yesus secara pribadi. Selama aku hidup sebagai orang Katolik sejak lahir, aku menganggap bahwa diriku adalah seorang Katolik yang cukup taat hanya dengan menghadiri perayaan Ekaristi setiap hari Minggu. Akan tetapi, aku salah besar! Menjadi seorang Katolik tidaklah cukup hanya dengan menghadiri perayaan Ekaristi, tetapi juga harus rajin membaca surat-surat cinta-Nya yang dituangkan dalam Alkitab. Aku tersentuh oleh teman-temanku dari agama Kristen lainnya yang rajin membaca Alkitab, bahkan banyak mengetahui dan selalu memegang teguh firman-Nya di saat badai kehidupan menghadang. Terkadang aku malu melihat diriku yang merasa sudah menjadi Katolik yang taat, padahal sekali pun belum pernah membaca Alkitab (mungkin terakhir kali sewaktu masih di bangku sekolah karena aku sekolah di sekolah Katolik).

Setiap hari aku mulai rajin membaca dan merenungankan firman-Nya. Di saat aku mulai diserang ketakutan atau kekhawatiran, aku kembali pada firman-Nya. Oleh karena firman-Nya itulah, maka aku dapat bertahan. Aku merasa memiliki hubungan yang begitu intim sekali dengan Bapaku sendiri. Tidak pernah aku merasa sedekat ini dengan Tuhan Yesus seumur hidupku.


Pada suatu malam sekitar akhir bulan Juli 2016, mukjizat mulai terjadi. Waktu itu aku berseru dengan kuat dan dengan sepenuh hati meminta petunjuk Tuhan Yesus mengenai apa yang Ia kehendaki bagi masa depanku: “Tuhan Yesus, apa yang Engkau kehendaki bagi hidupku? Adakah aku selama ini melewati rancangan yang hendak Engkau nyatakan di dalam hidupku? Jalan mana yang harus aku pilih? Apakah aku harus menyerah pada impian di dalam hatiku yang aku yakin Engkau sendiri yang menaruhnya di dalam lubuk hatiku? Ataukah Engkau ingin agar aku tetap bersabar dan tidak patah semangat dalam mengejar mimpiku tersebut? Tetapi, jikalau Engkau ingin agar aku berusaha terus untuk meraih impianku, mengapa aku selalu gagal di dalam interviewku? Mengapa tidak ada pintu yang terbuka bagiku? Ataukah Engkau ingin menyerahkan aku kembali ke pamanku? Aku mohon petunjuk dari-Mu, Tuhan. Tolonglah anak-Mu yang mulai kurang percaya ini. Doa ini terinspirasi dari Mazmur 34:5-7,16,18-19 dan Mazmur 91 di mana di situ dinyatakan bahwa Daud senantiasa berseru dan memohon pertolongan Tuhan di saat kesesakan hebat mulai melanda.

Keesokan harinya, Tuhan Yesus langsung menjawab doaku dengan memberikanku panggilan interview di salah satu kantor konsultan pajak ternama di Jakarta Selatan. Hari itu juga adalah tepat hari kesembilan aku mendoakan doa Novena Tiga Salam Maria. Memang pada awal bulan Juli itu aku sempat mengikuti psikotes di perusahaan konsultan pajak ini. Namun, aku tidak menyangka akan dipanggil kembali ke tahapan selanjutnya sebab dalam psikotes itu aku tidak bisa mengerjakan soal akuntansinya. Aku yakin kalau itu ujian, pasti nilaiku sudah merah. Aku yakin tidak akan lolos. Tetapi, Tuhan berkata lain! Pintu yang sudah dibuka oleh-Nya, tidak akan bisa ditutup oleh satu manusia pun (bdk. Why 3:7-11). Panggilan interview ini membuatku yakin bahwa ini adalah jalan yang Ia kehendaki bagi masa depanku. Ia membuat yang tampaknya mustahil menjadi mungkin. Ia membuka pintu yang tidak dapat ditutup oleh siapa pun. Aku begitu bahagia karena Ia menjawab doaku dengan begitu cepat.

Selanjutnya, aku interview dengan HRD (Human Resources Development, red.) dan user perusahaan tersebut. Seminggu kemudian, aku interview dengan partner perusahaan sebagai tahap terakhir. Kali ini aku tidak takut atau khawatir akan gagal sebab aku yakin bahwa Tuhan Yesus akan menyertaiku melalui kuasa Roh Kudus yang Ia curahkan kepadaku. Selama tahap ini, aku dimampukan untuk menjalani seluruh proses interview dengan lancar. Meskipun interview dengan menggunakan bahasa Inggris, tetapi aku tidak gugup sama sekali. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Dan, tentunya bukan bagian kita untuk menyelami pekerjaan-Nya dari awal sampai akhir. Bagian kita hanyalah percaya dengan sepenuh hati meskipun tampaknya tidak ada dasar sama sekali untuk percaya karena keadaan yang sudah semakin mendesak karena kondisi tabunganku yang hanya dapat bertahan sampai bulan Juli.

 

Pada tanggal 15 Agustus 2016, aku diterima bekerja di perusahaan tersebut. Sungguh luar biasa sekali mukjizat yang Tuhan nyatakan di dalam hidupku! Memang betul bahwa pengharapan di dalam-Nya tidak pernah mengecewakan. Tuhan Yesus tahu betul keadaanku. Dan, di waktu yang indah, Ia menyatakan Diri-Nya dengan cara yang sungguh di luar dugaanku sama sekali. Aku tidak akan pernah melupakan mukjizat-Nya ini. Semoga aku senantiasa dapat mengandalkan-Nya, baik dalam keadaan suka maupun duka. Terima kasih Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas kesempatan kedua yang telah diberikan padaku.