User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Ikon adalah lukisan yang khas dalam tradisi Gereja Katolik Ortodox atau Gereja Timur (dipertentangkan dengan Gereja Barat/Latin, yaitu Gereja Katolik Roma). Kekhasan ikon ialah bahwa lukisan ini dipandang sebagai menghadirkan misteri iman Kristen yang dilukiskan di situ, dan karena itu ikon adalah lukisan yang sakral. Ikon-ikon yang terkenal antara lain ialah ikon Allah Tritunggal dari Andrei Rublev ini, ikon Bunda Allah (Théotokos) dari Vladimir, ikon Kelahiran Kristus dari Sekolah Novgorod, ikon Transfigurasi (Yesus dimuliakan di atas gunung) dari Théophanus orang Yunani. Ikon dilukis dengan cat-cat yang dibuat dari bahan alami. Misalnya: warna kuning dibuat dari kuning telor; warna biru dari sejenis bunga; warna merah dari sejenis buah. Para pelukis itu membuat ikonnya sambil mendaraskan doa batin (kita tahu doa batin yang terkenal dari Gereja Timur adalah Doa Yesus, yang menjadi bagian integral dari hidup doa kita), supaya orang-orang yang akan berdoa dengan menggunakan ikon itu dapat menyelami dan menghayati misteri yang dilukiskan di situ. Setelah lukisan itu selesai, orang tidak memasangnya dengan memberi pigura atau bingkai, karena bingkai akan memberi batas pada lukisan itu, sedangkan misteri yang dilukiskan di situ adalah misteri-misteri yang tidak terbatas. Jadi lukisan itu juga harus dipasang pada papan tanpa bingkai.

Andrei Rublev, seorang rahib dari Gereja Ortodox ritus Byzantin di Rusia, membuat ikon Allah Tritunggal ini sekitar tahun 1410-1425. Sebelum dia sudah ada orang-orang lain yang membuat ikon Allah Tritunggal untuk mengajarkan dogma tentang Allah Tritunggal yang sangat sulit dipahami oleh umat yang umumnya adalah orang-orang biasa itu, dan juga untuk melawan bidaah-bidaah yang melawan ajaran iman Kristen tentang Allah yang satu tetapi tiga Pribadi itu, misalnya bidaah Arianisme. Mereka menemukan sebuah gambaran tentang Allah Tritunggal dalam kisah biblis Abraham menjamu tiga orang tamu yang misterius (Kej 18: 1-22). Dalam ikon-ikon yang dibuat sebelumnya orang sering kali menampilkan juga Abraham dan Sara, tetapi Andrei Rublev dengan sengaja menghilang-kan Abraham dan Sara karena mau menjadikan Allah Tritunggal sebagai fokus dalam ikonnya. Detail-detail lain yang dia pandang tidak perlu dia buang, supaya tidak mengalihkan perhatian orang dari fokus itu tadi. Beberapa gambaran yang masih dia pakai dari kisah Abraham itu diberi arti yang baru, yaitu kemah Abraham menjadi rumah Allah, istana yang abadi; pohon tarbantin di Mamre menjadi pohon kayu salib Kristus. Kepala anak lembu yang disembelih oleh Abraham ketika menjamu ketiga Malaikat itu sekarang diletakkan di dalam piala yang ada di tengah-tengah meja. Dengan demikian darah anak lembu itu diangkat menjadi bermakna Ekaristi, Darah Anak Domba Allah, Sang Penebus dunia.

Kejeniusan Andrei Rublev yang muncul dalam ikon Allah Tritunggal inilah yang menyebabkan ikon ini dipandang sebagai “ikon dari segala ikon”, karena memiliki nilai artistik yang paling indah dan nilai teologis yang paling mendalam dari antara semua ikon lainnya. Keindahannya pertama-tama terletak dalam kemampuan ikon ini untuk menggambarkan ke-tritunggal-an Allah: esa namun tritunggal; satu Allah namun tiga Pribadi; dan dalam ikon ini bisa kita lihat bahwa ketiga Pribadi Allah itu benar-benar setara dan satu dalam hakikat dan kodrat. Hal ini tampak dalam kasih, kedamaian, keteduhan, istirahat, dan keharmonisan yang terpancar dari ketiga Malaikat yang duduk pada satu meja dan berdialog itu. Tongkat yang ada di tangan masing-masing Malaikat itu menyatakan martabat raja. Jadi ketiganya setara dalam martabat sebagai raja. Sedangkan warna-warna yang lembut dari jubah ketiga Malaikat itu melukiskan bahwa mereka itu tidak mempunyai bobot, ringan, sehingga mampu menggambarkan bahwa ketiga Pribadi itu bukan makhluk dari materi (benda), melainkan Roh. Selain itu, di bagian tepi lukisan ini digunakan warna-warna yang makin terang dan tipis, untuk menyampaikan pesan bahwa misteri Allah Tritunggal itu tidak terbatas.

Tentang apa dan siapa ketiga Malaikat itu, pada umumnya orang segera dapat menyimpulkan bahwa Malaikat yang di sebelah kanan itu adalah Roh Kudus, dengan jubah biru dan hijau, lambang kesegaran dan keremajaan, karena Dia adalah Roh Penghibur yang selalu membaharui dan memulihkan jiwa-jiwa. Sedangkan tentang figur Allah Bapa dan Allah Putera, umumnya orang menerima bahwa Malaikat yang di tengah melambangkan Allah Putera, sedang yang di sebelah kiri, Allah Bapa. Hal itu dapat dikenali dari dua jari pada Malaikat di tengah, yang menunjukkan ke dua kodrat Allah Putera yang menjelma menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus, yaitu kodrat ilahi dan kodrat insani. Selain itu juga dari gambar pohon kayu salib yang ada di atas-Nya, sebab Yesuslah yang harus menanggung dosa manusia dengan menderita pada kayu salib. Sedangkan Malaikat di sebelah kiri merupakan lambang Allah Bapa dengan gambar rumah di atas-Nya, istana yang abadi, yaitu Kerajaan Allah. Selain itu juga dari apa yang terlihat dalam ikon itu, yaitu bahwa kepala kedua Malaikat lainnya menunduk kepada-Nya, sebagai tanda pengakuan dan penyerahan terhadap kekuasaan-Nya. Yang menarik disini ialah bagaimana ikon ini mampu menggambarkan dialog antara Allah Bapa dan Allah Putera tentang karya penebusan yang harus dilaksanakan oleh Allah Putera; Allah Bapa akan mengutus Allah Putera untuk menebus dosa umat manusia dengan menjelma menjadi manusia, dan Allah Putera menyetujui kehendak Bapa-Nya: baik Malaikat yang di tengah maupun yang di sebelah kiri memberkati piala berisi darah yang ada di atas meja, darah Perjanjian Baru dalam Kristus Yesus. Dengan demikian ikon Allah Tritunggal ini sekaligus menampilkan misteri Inkarnasi Allah Putera dan misteri Penebusan umat manusia dari dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya.

Maka sebagai ungkapan penghormatan dan penyembahan kepada Allah Tritunggal dan misteri-Nya yang agung dan mulia itu dalam Ibadat Harian Gereja Ortodox didoakan doa Trisagion (artinya: kudus tiga kali), yaitu doa para malaikat dan orang-orang kudus di surga di hadapan Allah, yang disebut dalam Kitab Wahyu (4: 8), untuk mengungkapkan kekudusan Allah yang tak terkatakan,

Allah kudus, kudus dan kuat, kudus dan kekal, kasihani kami.

Allah kudus, kudus dan kuat, kudus dan kekal, kasihani kami.

Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus,

sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin.

 Ya Tritunggal yang Mahakudus, kasihanilah kami. Tuhan, terimalah kurban silih atas dosa-dosa kami ini. Guru, ampunilah segala kesalahan kami. Engkau yang kudus, lindungilah kami dan sembuhkanlah luka-luka dan kelemahan kami oleh karena nama-Mu.

Doa inilah yang juga merupakan kekuatan dari Ibadat Harian Putri Karmel dan CSE ini, karena dengan menyembah kemaha-kudusan Allah Tritunggal dalam doa, kita akan senantiasa diingatkan untuk selalu hidup di hadirat-Nya dan menimba segala rahmat dari-Nya, sehingga dapat ikut mengambil bagian dalam misteri kehidupan ilahi dalam Allah Tritunggal, maupun misteri Inkarnasi dan Penebusan-Nya serta tugas perutusan yang terkandung di dalamnya (Sumber: Evdokimov, Paul. The Art of the Icon: theology and beauty, Oakwood Publications, California, 1996 dan Boguslawski, Alexander, Byzantine icons of Holy Trinity,  “Holy Trinity”, Ladoucer, Paul. “Introduction a l’icône de la Trinité”)

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting