Print
Hits: 7926

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Sebagaimana biasanya, acara Retret Awal diisi dengan Perayaan Ekaristi setiap harinya, juga Jalan Salib, Doa Yesus, Adorasi di hadapan Sakramen Mahakudus, Lectio Divina, Ibadat Tobat dan Sakramen Pengakuan Dosa, serta tentu saja Persekutuan Doa Pencurahan Roh Kudus. Seluruh peserta dibimbing lewat pengarahan-pengarahan yang disediakan dalam Retret Awal.

Dalam retret ini peserta dituntun untuk benar-benar terbuka kepada Tuhan, menyerahkan diri kepada-Nya dan mengalami kasih-Nya. Mereka juga disadarkan akan arti tujuan hidup ini, yang tak lain adalah “Bersatu dengan Tuhan”. Pencurahan Roh Kudus di malam terakhir merupakan kesempatan indah bagi setiap peserta untuk menyerahkan diri kepada-Nya dengan penuh kesadaran dan kerelaan.

Sepanjang retret berlangsung, para peserta berusaha untuk melewatinya dalam keheningan, baik secara batin maupun lahiriah. Suasana hening ini mendukung perjumpaan secara pribadi antara jiwa dengan Tuhan yang sedang mengetuk hati mereka. Dalam acara Persekutuan Doa Pencurahan Roh Kudus, banyak di antara peserta yang menceritakan pengalamannya, betapa mereka mengalami jamahan kasih Tuhan dalam retret ini. Hati mereka kini dipenuhi dengan kerinduan untuk hidup baru dalam Roh karena jamahan kasih Tuhan telah memperbarui iman, harapan, dan kasih di dalam hati mereka masing-masing.

“Saya belum pernah mengikuti retret sebelumnya di Lembah Karmel,” demikian Lucyana dari Jakarta membuka sharing-nya. “Awalnya saya tidak ingin ikut retret karena harus mempersiapkan diri untuk sebuah pekerjaan baru. Akan tetapi, teman saya lewat telepon menegur saya karena lebih mementingkan urusan duniawi daripada kerajaan Allah. Hati saya tersentak dan akhirnya, dengan pertolongan Tuhan saya dapat menyelesaikan semua masalah yang harus saya bereskan untuk persiapan pekerjaan baru dalam waktu satu hari saja. Puji Tuhan, akhirnya saya bisa ikut retret. Sejak awal saya sudah mengikuti acara demi acara dengan serius, dan di dalam hati saya ada kerinduan yang dalam untuk menerima pencurahan Roh Kudus dan karunia bahasa roh. Satu hal yang saya dapatkan di Lembah Karmel ini ialah kuasa Roh Kudus tampak nyata dan bekerja untuk tiap orang yang beribadat di sini. Ketika didoakan pencurahan Roh Kudus oleh suster, saya mulai berkata-kata dalam bahasa roh dan kemudian saya mengalami resting, tersungkur lemas ke belakang. Kuping saya terasa panas, namun hati saya terasa tenang sekali. Sesudah itu saya bangun dan kembali ke tempat duduk semula untuk mulai berdoa, tak disangka-sangka bahasa roh itu mengalir begitu saja dari bibir saya. Ajaib memang kuasa Tuhan! Roh Kudus kini berkarya dalam diri saya. Ini merupakan pengalaman indah yang pernah saya alami, puji syukur hanya bagi Tuhan karena Ia menjawab doa saya.

Lain lagi pengalaman Bapak Victorius Tanizar yang mengaku telah menjadi Katolik sejak kecil. “Akan tetapi, setelah dewasa saya mulai memakai jimat-jimat Tou Pek Kong karena usaha saya waktu itu kurang lancar,” ceritanya. “Hal itu berlangsung sampai saya dipaksa ikut retret di Lembah Karmel ini oleh kakak saya. Awalnya saya ogah-ogahan untuk berangkat. Dalam perjalanan pun kami sempat mengalami kecelakaan karena ban mobilnya terlepas. Puji Tuhan karena kuasa-Nya yang melindungi mobil kami tidak sampai terbalik. Hari pertama retret saya lalui dengan hati kesal. Akan tetapi, setelah melalui pengarahan demi pengarahan, dan setelah konseling dengan frater, hati saya mulai terbuka. Di dalam hati saya pun sudah mulai muncul sebuah keputusan yang mantap: Tinggalkan jimat-jimat berduri itu dan kembali ke sisi-Nya! Walaupun untuk itu saya harus gengsot alias gengsi merosot, karena tadinya saya berkeyakinan retret itu tidak bisa mengubah saya. Dan saat Pencurahan Roh Kudus saya mengalami pengalaman yang sangat indah setelah 22 tahun menjadi Katolik. Saat itu saya merasa lemas, bergetar, panas, tetapi ujung tangan terasa dingin. Hal ini sudah saya rasakan sejak Doa Yesus pagi hari. Akhirnya retret ini membawa saya untuk percaya kepada Yesus. Apa pun pemberian-Nya akan saya syukuri dan saya jalani apa adanya.”

Rupanya pengalaman senada dialami juga oleh Bapak Robi. “Awalnya saya bosan dengan retret ini. Akan tetapi, ketika memasuki acara Adorasi di malam pertama, saya merasa betah sekali tinggal di kapela dan bersujud di hadapan tabernakel. Rasanya saya ingin bermeditasi secara katolik. Dan akhirnya ketika dalam kotbah pada sebuah Misa dibahas tentang Yesus yang bertanya pada Petrus, ‘Apakah engkau mengasihi Aku’ sampai tiga kali, hati saya sangat tersentuh karena di dalam dompet saya tersimpan ‘pegangan’ yang diberikan oleh ibu saya. Sepanjang Misa pikiran saya berkecamuk antara ingin menghargai ibu saya dan kerinduan untuk membuka hati dan jiwa sepenuhnya kepada Roh Kudus. Akhirnya setelah Misa saya serahkan jimat itu kepada Romo, dan saya ganti dengan sebuah rosario kecil. Hati saya sukacita sekali! Saat Pencurahan Roh Kudus, tanpa ragu saya maju ke depan. Setelah didoakan oleh suster, badan terasa bergetar dan dengan sukacita saya menangis. Juga saat ada senandung dalam Roh, tiba-tiba saya saya pun ikut bersenandung dengan segenap hati. Rasanya begitu indah dan damai. Saya tahu ini adalah awal. Saya masih harus berjuang untuk menyangkal diri dan ini tidak mudah. Namun, saya yakin jika Allah beserta kita, siapakah yang dapat melawan kita? Saran saya untuk rekan-rekan yang lain: Janganlah takut! Siapkan hati dan jiwa, serta bersihkan melalui Sakramen Pengakuan Dosa, maka rahmat Tuhan terasa begitu indahnya.”

“Saya orang berdosa, sudah 20 tahun tidak mengaku dosa.......,” demikian Mellyna dari Tangerang menyusul rekan-rekan lainnya mulai menceritakan pengalaman imannya. “Saya sempat tidak percaya lagi dengan Sakramen Tobat dan berpaling dari Yesus untuk menganut aliran lain. Dalam retret ini mata hati saya terbuka. Setelah konsultasi dengan suster, bertobat dan melakukan pengakuan dosa, beban yang menghimpit saya selama ini lepas semuanya. Yesus yang Mahakasih telah menyambut anak-Nya yang hilang ini. Syukur kepada Tuhan yang telah memberikan hidup baru bagiku.”

Demikianlah jamahan kasih Tuhan telah menyentuh jiwa-jiwa yang mendambakan-Nya. Semoga kerajaan Allah semakin besar di muka bumi ini.