User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Dalam pandangan orang lain yang tidak beriman pada Kristus, kadang-kadang orang-orang Kristen itu dianggap orang-orang yang bodoh-bodoh karena mau mengikuti Orang yang bodoh. Mana ada orang yang mau digantung pada salib? Orang yang mau dan lebih suka disalibkan, walaupun Ia bisa mengalahkan musuh-musuh-Nya? Jadi, Anda mengikuti Orang yang bodoh? Bodoh menurut ukuran dunia, tetapi kuasa dan kebijaksanaan Allahlah yang terpancar dari salib Yesus itu.

Akhirnya, Saudara-saudara, satu hal yang menghibur kita. “Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu” (1Kor 10:13). Bila ada pencobaan, maka ada rahmat Allah. Sebagai penutup saya mengutip dua kesaksian.

Pertama, martir-martir dari Prancis, yaitu delapan belas suster Karmelites yang dihukum mati karena mereka tidak mau menyangkal imannya, melainkan tetap setia pada Kristus. Pada waktu revolusi Prancis, ada anti paus, dll. Mereka dihukum mati dengan guillotine (kepalanya dipenggal). Mereka berjalan ke tempat eksekusi sambil memuji Tuhan. Ini luar biasa. mereka tahu bahwa mereka sedang berjalan menuju pisau pemenggal itu, tetapi mereka berjalan sambil memuji Tuhan. Menurut ukuran manusia ini tidak masuk akal, tetapi rahmat Allah memampukan mereka. Sebetulnya bagi kita, orang Kristen, seperti juga dikatakan St. Paulus, “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan” (Rm 14:8). Kita hidup sudah dari Kristus, dan kalau mati ... bertemu Kristus. Jadi, selalu untung terus. Sekarang kita melihat Kristus hanya dari iman, kalau mati-tentu saja mati dalam Kristus, kalau mati di luar Kristus ini lain soal-kita melihat Kristus dari muka ke muka dalam kemuliaan Allah. Maka, delapan belas suster tadi menyanyikan Magnificat (Kidung Maria) pada saat-saat terakhir.

Lalu, martir-martir Tiongkok yang digelarkan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II, di antaranya ada suami-istri yang mempunyai tiga orang anak. Suaminya sudah bertobat dan menjadi semacam katekis, istrinya juga cukup beriman. Mereka dirayu-rayu untuk menyangkal imannya, tetapi rayuan itu tidak berhasil. Diancam juga, mereka tidak takut. Akhirnya, mereka ditangkap dan disiksa. Tentu saja kesakitan, bahkan dipukuli sampai lumpuh, sebelum akhirnya dipenggal kepalanya. Tetapi, bahkan dalam keadaan sudah separah itu, ibu tersebut masih bisa meneguhkan teman-temannya, karena waktu itu ada banyak orang yang ditangkap dan mengalami nasib yang sama. Ini kata-kata si ibu, “Saya tidak pernah mengetahui sebelumnya, betapa indahnya kita boleh menderita dan mati untuk Kristus.” Jadi, di dalam penderitaan itu, dia tidak ketakutan, tetapi justru mengalami sukacita yang besar. Tuhan bisa memberikan itu. Kalau Tuhan memberikan rahmat-Nya yang khusus maka penderitaan-penderitaan itu tidak ada artinya.

Marilah kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus, baik di hari Natal, maupun sewaktu-waktu kita bisa dipanggil Tuhan. Pemazmur mengatakan umur manusia tujuh puluh tahun atau delapan puluh tahun jika kuat (bdk. Mzm 90:10), maka yang sudah lanjut usia, bersiap-siaplah. Tetapi yang muda, jangan mengira, “Saya masih muda,” mungkin saja yang muda dipanggil dulu. Kita mesti siap semua setiap saat, sambil menanti kedatangan Yesus di akhir zaman. Saat itulah semua kejahatan dunia ini akan lenyap, dan akan ada satu dunia baru di mana tidak ada lagi kejahatan, kebencian, dosa, tetapi semua akan berada dalam kemuliaan Tuhan. Saya harap suatu saat nanti kita berjumpa lagi di sana.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting