User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Suara gemercik air sungai yang jernih dan kicau burung yang merdu memenuhi sebuah taman yang luas. Taman itu sangat indah, bermandikan cahaya lembut mentari, dan membuat buah-buahan yang bergantung di pepohonan memantulkan cahaya keemasan. Seorang perempuan muda belia berjalan ringan dan gembira menikmati taman yang indah itu. Sesekali disapanya binatang-binatang yang datang kepadanya, atau pun yang bergoleran manja di atas rerumputan yang hijau tebal. Tak ada binatang yang buas, tak ada pohon yang kering, tak ada bunga yang tak mekar. Itu adalah taman yang paling indah yang pernah ada di dunia, dan perempuan itu menjalani kehidupan yang paling membahagiakan yang pernah ada di dunia. Tuhan memberi nama perempuan itu, Hawa.

Pada suatu hari...., tiba-tiba semua keindahan dan kebahagiaan sirna seketika, tatkala tangan Hawa memetik buah terlarang, dan bahkan memakannya! Sebuah ketidaktaatan telah membawa seluruh manusia pada kebinasaan! Alam menjerit duka, derita menyelimuti dunia, hati Allah Bapa pun hancur...

Akan tetapi, kasih Bapa yang tidak pernah padam pada manusia tak dapat dikalahkan begitu saja. Bapa membuat sebuah rencana penyelamatan yang indah bagi manusia; dan untuk itu, Bapa membutuhkan seorang gadis yang rela dipakai untuk menjadi alat-Nya. Bapa mencari seorang gadis yang mau menjadi ‘Bunda’. Kata ‘Bunda’ berlawanan dengan kata ‘Bapa’. Bapa adalah sumber yang mutlak dari segala yang ada, sedangkan ‘Bunda’ berarti menerima hidup dari ‘seorang yang lain’ dan melahirkan hidup tersebut menjadi suatu ciptaan baru. Memiliki sifat ‘Bunda’ berarti menyadari kemiskinan diri, dan dengan segenap jiwa bergantung kepada Allah.

Akhirnya Allah menemukan seorang dara jelita. Secara bebas dan sadar, Maria menyerahkan diri untuk taat kepada kehendak Allah. Hingga suatu malam di sebuah gua kecil di Palestina, pada masa pemerintahan Kaisar Agustus, Sang Pencipta melangkah memasuki alam ciptaan-Nya, dan menjadi seorang bayi mungil. Bayi mungil itu adalah Yesus Kristus, yang dilahirkan oleh Perawan Maria.

Kerelaan Maria telah menghapus duka yang diakibatkan oleh jatuhnya Hawa, sehingga alam pun bermadah,

Di bawah pohon itu....

Hawa mengikuti segala keinginan hatinya dengan memakan buah yang dilarang, dan membiarkan dirinya dikalahkan oleh kelicikan ular.

Di bawah pohon itu (salib)....

Maria tunduk pada kehendak Bapa dengan hati setulus merpati.

Hawa menolak untuk menjadi Bunda...

Ia menolak kebergantungannya kepada Allah, dan ingin seperti Allah dengan mengetahui apa yang baik dan jahat.

Maria menyerahkan diri untuk menjadi Bunda...

Ia sadar akan kehampaan dirinya, dan menggantungkan hidupnya sepenuhnya kepada Allah. “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan...” (Luk. 1:38 a)

Ketidaktaatan Hawa...

Membawa manusia pada kematian, terutama kematian adikodrati karena jiwa kehilangan Allah dan dihukum selamanya.



Ketaatan Maria...

Melahirkan Yesus Kristus, Sang Sumber Hidup. Ucapan ‘YA’ yang keluar dari hati Maria telah menjadikannya Bunda semua orang yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah.

Tak seorang pun yang meragukan Maria sebagai ibu Yesus, yang melahirkan Yesus dari Nazareth, yang membesarkan Yesus yang disalib pada masa Kaisar Tiberias. Maka layaklah Maria disebut sebagai Bunda Allah. Jika ada yang mengatakan Maria bukan Bunda Allah, bukankah itu berarti sama dengan menyebut Yesus bukan Allah?

Itulah sebabnya sekitar 3 abad kemudian, tepatnya tahun 431, rakyat di Efesus -tempat Bunda Maria tinggal bersama Yohanes setelah Yesus wafat- berkumpul di depan tempat konsili sedang berlangsung. Pada masa itu Nestorius menekankan bahwa Maria hanyalah wadah jasmani, bunda Yesus manusia dari Nazareth, sama sekali bukan Bunda Allah. Di sinilah iman Gereja dipertaruhkan! Umat percaya bahwa keallahan dan kemanusiaan Yesus tak dapat dipisahkan, dan seluruh pribadi itu dilahirkan oleh Maria! Maka rakyat pun dengan gigih berteriak, “Theotokos! Theotokos!” yang artinya Bunda Allah. Akhirnya konsili yang dihadiri oleh 200 uskup itu pun selesai, dan keluarlah gelar bagi Maria, yang sudah begitu lama bergaung di hati umat; Maria, Bunda Allah.

Gereja berdevosi kepada Bunda Allah, menempatkannya di atas para malaikat, para kudus, dan segala mahkluk di surga. Pada kenyataannya, penyelenggaraan ilahi yang bergantung pada kehendak bebas manusia, tidak akan mencapai puncaknya dengan terjadinya inkarnasi Putera Allah, sebelum Perawan Kudus membuat “rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke turunan” (Kol. 1:26) terwujud dalam dirinya, dengan kerelaannya menjadi Bunda Allah. Itulah sebabnya St. Yohanes Damaskus mengatakan, “Nama Theotokos mengandung seluruh misteri penyelenggaraan ilahi di dunia. Dengan karya Roh Kudus, Perawan Maria melahirkan Firman Allah dari rahimnya.”

St. Louis Grignion Marie de Montfort berkata, “Bersama para kudus saya memberi kesaksian bahwa Maria yang dipenuhi Allah adalah taman firdaus dari Adam yang baru. Allah telah menjadi manusia di dalam dirinya karena karya Roh Kudus, untuk melakukan mukjizat-mukjizat yang tidak terselami. Maria adalah alam Allah yang besar dan agung, yang mengandung keelokan dan kekayaan yang tak terungkapkan. Dalam diri Maria, Allah menyembunyikan Putera-Nya yang tunggal. Dunia tidak mengenal hal-hal yang besar ini, karena dunia tidak mampu dan juga tidak layak untuk mengenalinya.” Dan St. Bonaventura pun menambahkan bahwa di surga para malaikat terus menerus bermadah, “Kudus, kudus, kuduslah Maria, Bunda Tuhan dan Perawan.”

Memang, bersama seluruh Gereja kita mengakui bahwa Maria tak lain hanya ciptaan belaka, hasil karya seni Allah Bapa. Apabila dibandingkan dengan kemuliaan Allah, tentulah Maria tidak berarti sama sekali. Tuhan tidak membutuhkan siapa pun, dan tidak tergantung pada siapa pun. Akan tetapi, Tuhan berkenan memulai dan menyempurnakan karya keselamatan-Nya yang agung, lewat Maria. St. Agustinus mengatakan bahwa dunia tidak layak menerima Sang Putera langsung dari tangan Bapa. Oleh karena itu, Dia menganugerahkan-Nya kepada Maria, agar dunia memperoleh Dia lewat Maria.

Yesus menyemarakkan keagungan-Nya dengan bergantung pada perawan rupawan, Maria bunda-Nya. Maria menyusui Yesus, memberi-Nya makan, membesarkan-Nya; ketergantungan Allah ini begitu mengherankan dan melampaui segala pengertian. “Tuhan Yesus Kristus lebih memuliakan Bapa Surgawi-Nya dengan tunduk kepada Maria, dibandingkan andaikata Ia menobatkan seluruh dunia dengan mukjizat-mukjizat yang besar. Alangkah kita meluhurkan Tuhan jika kita mau bergantung pada Maria, untuk menyenangkan Dia. Bukankah dengan cara demikian kita mengikuti jejak Kristus contoh kita yang tunggal?” demikian ucap St. Montfort.

Allah Roh Kudus hendak membentuk kaum pilihan-Nya dalam dan oleh Maria. Dari dahulu hingga sekarang, di surga dan di bumi, Maria adalah Bunda Kristus. Oleh karena itu, Maria yang telah melahirkan Kepala Gereja yaitu Kristus, juga akan melahirkan Tubuh Mistik-Nya. St. Agustinus berkata, “Semua orang terpilih di dunia ini, tersembunyi dalam rahim rohani Perawan Maria, untuk dijadikan sesuai dengan citra Allah Putera.” Bunda Maria mendampingi anak-anaknya, dijadikannya mereka bertumbuh hingga saatnya tiba untuk melahirkan mereka bagi kemuliaan. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika orang-orang kudus di sepanjang sejarah Gereja, mencintai Bunda Maria. Ini adalah rahasia rahmat yang amat besar bagi orang-orang pilihan.

Bagaimanakah Bunda Maria melakukan ini? Maria bersama dengan Roh Kudus telah melahirkan kemuliaan yang terbesar sepanjang zaman, yakni Yesus Kristus. Maria adalah mempelai Roh Kudus yang subur, sehingga kini bersama dengan Roh Kudus Maria masih mengerjakan keajaiban-keajaiban yang mulia, yaitu melahirkan orang-orang kudus bagi Allah. Apabila Maria telah berakar di dalam suatu jiwa maka Roh Kudus Sang Mempelai pun akan datang dan memberikan diri-Nya tanpa segan-segan kepada jiwa, dan mencurahkan rahmat-Nya yang berlimpah-limpah di dalam jiwa tersebut. Sungguh, Maria adalah pengantin yang tidak terpisahkan dari Roh Kudus, dan berbahagialah jiwa yang mencintai Maria karena ia pun akan menjadi mempelai Roh Kudus.

Orang-orang yang kurang mengerti seringkali khawatir berdoa kepada Maria, karena takut menghina Allah Putera. Padahal, semakin kita dekat dengan Maria, semakin kita dibawa lebih akrab dengan Yesus, karena Maria tidak pernah mau mencuri kemuliaan bagi dirinya sendiri walau barang secuil pun. Dalam hal ini Gereja Kristus mengikuti teladan Roh Kudus, yaitu menyalami Maria lebih dahulu, baru Yesus. “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.” (Luk. 1:42) Ini bukan berarti Maria lebih tinggi daripada Yesus melainkan justru kita ingin lebih memuliakan Yesus dengan lebih dulu memuliakan ibu-Nya. Segenap kesempurnaan kita terdapat dalam keserupaan kita dengan Yesus Kristus. Nah, di dunia ini, tidak ada satu mahkluk pun yang lebih menyerupai Yesus daripada Maria. Maka tidaklah mengherankan apabila “semakin suatu jiwa dibaktikan kepada Maria, semakin mesra ia menjadi milik Yesus Kristus.” (St. Montfort) St. Bernardus juga mengatakan, “Sungguh, Tuhan amat berkenan jika kita menyampaikan syukur, hormat, dan kasih atas segala kebaikan-Nya, lewat tangan Bunda Maria.” Ini adalah suatu ungkapan kerendahan hati yang merasa diri tidak pantas untuk mendekati-Nya, sehingga kita memohon pertolongan Bunda kita tercinta. Dengan demikian kita tidak mengandalkan kemampuan diri sendiri, tetapi bersandar pada kebaikan hati ibunda.

Devosi kepada Bunda Maria di Gereja Timur

Nama Bunda Allah lahir di daerah yang kini masuk dalam wilayah Gereja Timur. Bagaimana devosi mereka kini terhadap Bunda Maria? Sejak dahulu Rusia disebut Rumah Bunda Allah. Ada sebuah legenda kuno di Rusia mengenai St. Andreas, pelindung Rusia, yang oleh St. Paulus disebut sebagai “orang gila demi Kristus.” Setelah disalib dan lepas dari sengsara dunia ini, St. Andreas bergegas ke surga dan mencari Bundanya tercinta. Akan tetapi, ia tidak menemukannya, sehingga ia pun bertanya kepada malaikat, “Di mana ia?” “Ia tidak ada di sini!” jawab malaikat itu, “Ia berada di dunia yang menderita untuk mengusap air mata anak-anaknya yang menangis.”

Peranan Bunda Maria sungguh besar dan berarti bagi orang-orang Rusia yang hidupnya tidak jauh dari penderitaan. Rakyat Rusia mengasihi Maria lebih dari segala mahkluk ciptaan lainnya sejak mereka mengenal Yesus Kristus. Devosi mereka yang besar itu diungkapkan terutama lewat ikon dan liturgi mereka.

Ikon adalah lukisan kudus yang menjadi saluran rahmat; suatu titik pertemuan antara yang berdoa dengan pribadi yang digambarkan. St. Yohanes dari Damaskus menggambarkannya sebagai berikut, “Yang kelihatan (Ikon) menguduskan pikiran-pikiran kita sehingga terbang ke kedaulatan Allah yang tak kelihatan.” Ada banyak jenis ikon Maria di Rusia. Salah satunya yang terkenal ialah ikon Smolensk karena merupakan turunan dari suatu lukisan asli yang dibuat oleh St. Lukas untuk jemaat di Anthiokia. Ikon ini dibawa ke Rusia oleh Putri Anna dari Yunani ketika ia dinikahkan dengan Pangeran Vsevolod dari Rusia.

Begitu banyak orang yang mencintai Maria, karena ia memang layak dicintai. Dialah fajar cemerlang yang melahirkan Sang Matahari Sejati, Yesus Kristus. Itulah sebabnya ia disebut Bunda Allah, karena ia telah melahirkan Yesus Kristus, yang adalah Allah. Maria adalah Bunda dari Allah Putera. Patutlah kita juga mengasihinya, dan bersama Gereja Bisantin Yunani menyalami Bunda Allah kita, “Salam! Kemah Allah dan Sabda! Salam! Tabut yang terlapis oleh Roh Kudus!”

Dan bersama kepala pengawal yang mengakui keallahan Yesus setelah Ia wafat disalib, kita pun berseru bagi Maria, “Sungguh, ia ini adalah Bunda Allah!” (bdk.Mat. 27:54)

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting