Print
Hits: 11864

User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Dewasa ini kita jumpai banyak sekali minat orang terhadap gejala-gejala paranormal, esoterisme dan okultisme, bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara-negara Eropa dan Amerika, di mana dahulu agama kristen telah berakar kuat. Kita sering mendengar tentang esoterisme, kemampuan paranormal, astrologi, okultisme, magi atau sihir. Ini merupakan suatu bidang yang amat luas dan semuanya itu tidak dapat disama-ratakan begitu saja. Karena itu pada kesempatan ini saya hanya ingin memberikan tinjauan singkat namun luas, agar supaya kita memiliki gambaran yang lebih baik tentang realitas yang kita hadapi dan bagaimana kita harus bersikap.

1. Gejala paranormal

Kemampuan paranormal me-rupakan sebuah bidang yang luas sekali dan dewasa ini juga menda-pat perhatian dari segi ilmu pe-ngetahuan. Maka, timbullah apa yang disebut dengan istilah para-psikologi, yang merupakan ilmu tentang gejala-gejala paranormal, yaitu segala sesuatu yang melampaui yang normal, yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu penge-tahuan lain, seperti fisika, biologi, psikologi. Semua yang ajaib dan gaib termasuk dalam bidang ini, seperti umpamanya telepati, radiestesi, prana, telekinesi, dll. Program Siddhi dari Meditasi Transendental menjanjikan ke-mampuan untuk bilokasi dan levitasi.

1.1. Pengenalan paranormal

Jenis pengenalan ini biasanya dikenal dengan istilah ESP (Extra Sensorial Perception), pengenalan ekstrasensorial, pengenalan yang melampaui pancaindra. Pengenalan ektrasensorial ini merupakan bidang studi parapsikologi yang serius, yaitu gejala-gejala telepati, clairvoyance (=melihat jauh), transmisi pikiran. Dalam kelompok ini barangkali dapat dimasukkan apa yang biasanya disebut indra keenam.

Di samping itu, kita jumpai ge-jala-gejala lain yang lebih diragu-kan, yaitu segala bentuk ramalan masa yang akan datang lewat kartu, bola kristal atau ramalan lewat garis-garis tangan (=chiromansi).

Yang sangat berbahaya dan yang dikutuk oleh Kitab Suci ialah usaha mengetahui masa depan dengan bertanya pada arwah-arwah, entah itu lewat medium yang hidup, atau lewat usaha-usaha lain, seperti jailangkung, papan oui-ja (semacam papan ramalan), dll. Ba-nyak orang yang hanya iseng main-main jailangkung, tetapi bila orang sungguh-sungguh memanggil ar-wah lewat jailangkung, hal itu dapat menjadi berbahaya, karena memberi jalan masuk kepada roh-roh jahat untuk datang dan rupa-nya cukup banyak yang kema-sukan roh-roh jahat. Berhubung dengan hal-hal semacam itu Kitab Suci sangat keras. Di sini, dikutipkan beberapa ayat saja:

“Janganlah kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah TUHAN, Allahmu.” (Im. 19:31)

“Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mere-ka harus dilontari dengan batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” (Im. 20:6,27)

“Di antaramu janganlah didapati seorang pun yang memper-sembahkan anaknya laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah, seorang penyihir, seorang pemantera, atau-pun seorang yang bertanya kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada orang-orang mati.” (Ul. 18:10-11).

1.2. Kemampuan paranormal

Menurut para saksi, katanya, kemampuan paranormal itu dapat diungkapkan dalam kemampuan berjalan tanpa menyentuh tanah, menggerakkan benda-benda dari jauh, materialisasi roh-roh dalam bentuk ektoplasma, benih yang tumbuh dengan sendirinya, cairan magnetik yang punya daya sembuh, dll. Namun, rupanya di sini banyak terdapat penipuan. Kecuali itu ke dalam bidang ini dapat pula dimasukkan tenaga dalam, ke-kuatan besar untuk mematahkan baja, batu, dll, prana, radiestesi, magnetisme.

1.3. Usaha mencari kemampuan paranormal: sebuah jerat

Usaha untuk mencari kekuatan atau kemampuan luar biasa, ke-kuatan paranormal, kemampuan melihat jarak jauh, perjalanan me-nuju dunia astral, bagi orang-orang tertentu menjadi suatu tujuan dan karenanya menjadi sumber kesombongan rohani dan kegoncangan jiwa. Misalnya, TM (Meditasi Transendental) menawarkan kepada para peminatnya sebuah program untuk mencapai suatu “kemampuan” untuk menghilang dan levitasi. Ini merupakan suatu penyimpangan dari ajaran Veda yang asli, dimana kemampuan itu bukan tujuan, melainkan suatu gejala tam-bahan yang terjadi dalam per-jalanan rohani menuju kepada pembebasan batin, yang justeru mengandaikan kelepasan dari segala yang luar biasa dan dari kemampuan-kemampuan paranormal. Bagi seorang yogin yang otentik, itu hanyalah manifestasi sekunder dari suatu askesis yang berbuah. Itu sama sekali bukan tan-da kenaikan tingkat.

Kecuali itu, orang yang mencari kemampuan paranormal itu akan mudah sekali tergelincir dalam jerat setan dan masuk ke dalam dunia kegelapan, karena pada dasarnya jalan itu merupakan suatu deformasi dari jalan yang benar. Usaha itu sebenarnya mengungkapkan kehendak untuk berkuasa yang egosentris, yang mau memperalat kekuatan-kekuatan yang tidak tampak, roh-roh (baik atau jahat) yang ada di dunia ini. Akibatnya orang semakin diperalat si jahat.

1.4. Pengobatan paranormal

Dewasa ini berkembang pula apa yang disebut pengobatan atau penyembuhan paranormal, yaitu penyembuhan dengan memakai kekuatan paranormal, seperti magnetisme, prana, radiestesi, tenaga dalam, dll. Memang manusia dapat memiliki kemampuan para-normal itu, namun kemampuan itu sangat terbatas dan sangat rawan. Orang yang memiliki kemampuan itu akan berhadapan dengan orang lain yang juga memilikinya, sehingga sering terjadi bentrokan. Untuk melindungi diri terhadap musuh, orang akan mencari pertolongan dari kekuatan lain, yang biasanya berasal dari kuasa kegelapan (untuk uraian lebih lanjut lihat buku kecil saya: Kemampuan Paranormal dan Iman Kristen).

Kecenderungan manusia dewasa ini untuk mencari kemampuan paranormal, mengingatkan kita akan apa yang ditulis Paulus kepada Timotius: “Akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi me-reka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.” (2 Tim. 4: 3-4)

2. Tahyul dan magi

2.1. Tahyul

Tahyul sesungguhnya bukan lain daripada suatu gerak refleks dari ketakutan. Ada yang merasa dikelilingi oleh kuasa-kuasa yang bermusuhan dan karenanya berusaha untuk tidak mengganggunya, misalnya angka 13, jangan duduk di meja dengan jumlah 13, nanti dapat celaka. Jangan berfoto bertiga, nanti yang satu mati, dll. Tahyul yang paling berat ialah yang memakai jimat-jimat, seperti cincin yang diisi, ikat pinggang yang diisi, akar bahar, rotan kecil atau bambu kecil, dll.

2.2. Surat berantai

Mungkin anda pernah menerima surat yang bunyinya antara lain:Salinlah ini dan kirimkan kepada 9 orang. Bapak R telah membuat 9 salinan dan mengirimkannya. 9 hari kemudian ia telah mendapat 100 juta. Ibu F telah merobeknya dan bulan berikutnya dia meninggal. Jangan putuskan rantai itu, sebab hal itu akan mendatangkan bencana. Berdoalah kepada Santo Antonius dan Santa Theresia. Doakanlah 10 rosario. Rahmat yang mengagumkan dan tidak terduga akan diberikan kepada Anda dalam waktu 13 hari kemudian.” Bentuk surat itu dapat berbeda-beda, kadang-kadang tanpa muatan religius sama sekali. Surat semacam itu adalah suatu bentuk pemerasan moral dengan ancaman bencana. Orang yang penakut akan dipengaruhi oleh surat semacam itu dan orang yang mengirimkannya berbuat dosa.

2.3. Magi (=magic)

Dasar magi ialah kepercayaan akan adanya roh-roh yang berkarya di dunia ini, yang menyebabkan fakta-fakta aneh, tak dapat diterangkan dan yang harus didamaikan atau sekurang-kurangnya harus dinetralisir dengan peran-taraan praktek-praktek atau ritus-ritus rahasia. Mau mempengaruhi jalannya peristiwa lewat tindakan-tindakan tertentu, juga termasuk magi, seperti umpamanya tolak hujan dengan bantuan sapu lidi yang dibalik dan diberi cabai.

2.4. Sihir dan perdukunan

Erat hubungannya dengan ma-gi adalah sihir, suatu bentuk perdukunan. Sihir ini sudah sama tuanya dengan manusia. Sihir yang sesungguhnya memperoleh kuasa-nya dari setan sendiri. Dewasa ini kelompok ‘gereja Setan’ menarik perhatian cukup banyak orang. Melalui sihir orang mempengaruhi orang lain dan dapat juga merugikan orang lain. Sarana yang dipakainya antara lain ialah guna-guna (santet), teluh.

3. Esoterisme dan okultisme

3.1. Esoterisme

Esoterisme tradisional adalah sebuah ajaran dan suatu cara ber-tindak. Ajaran ini bersandar pada suatu ‘Tradisi Primordial’ yang menurut mereka, telah diberikan kepada manusia sejak semula, tetapi secara tersembunyi. Pada waktu itu manusia belum memiliki kemampuan intelektual yang diperlukan untuk dapat mengertinya secara penuh. Karena itu esoterisme ini mau membukakan pintu supaya orang dapat masuk ke dalam pe-ngenalan rahasia-rahasia tersebut. Supaya dapat melampaui yang luar dan masuk ke dalam lewat suatu pewahyuan, orang harus menjalani suatu inisiasi, yang merupakan suatu kesadaran baru, suatu kelahiran kedua. Pengenalan yang mau dicapainya adalah suatu iluminasi, suatu intuisi.

Sesudah masa Renaissance, esoterisme di Eropah mengalami pengaruh dari pelbagai pihak dan menjadi sesuatu yang tidak jelas.

3.2. Okultisme

Untuk okultisme yang terpenting ialah memiliki kekuatan yang dapat diperoleh lewat magi (hitam). Mereka mencari tekniknya dari segala sumber-sumber kekuatan gaib, lewat segala bentuk perdukunan. Semuanya itu dite-ruskan lewat suatu inisiasi rahasia, sedangkan dalam esoterisme orang hanya mau memperkenalkan Tradisi Primordial itu saja, yang sudah berusia 50 abad dan diungkapkan lewat mitologi dan lambang-lambang. Karena bidang esoterisme meliputi seluruh alam yang tampak dan tidak tampak, maka esoterisme melahirkan pelbagai macam praktek konkrit: alkimi (usaha mengubah logam rendah menjadi logam mulia), astrologi, theurgi (=ilmu untuk berhubungan dengan yang ilahi).

4. Ajaran dan praktek esotero-okultisme

Esoterisme menunjukkan ajaran rahasia, sedangkan okultisme menunjukkan praktek-praktek rahasia. Keduanya sangat erat hubungannya sebagai teori dan prakteknya. Ajaran esotero-okultisme ini dapat dikembalikan pada beberapa pokok:

4.1. Prinsip dasar: analogi

Esoterisme berusaha memberikan keterangan total tentang alam semesta dan hal itu dilakukannya lewat suatu analogi. Sebagaimana bayi terikat dengan ibunya oleh tali pusar, demikian pula kita semua terikat pada atmosfir oleh pernapasan. Sebagaimana segala sesuatu yang terjadi pada si ibu berpengaruh terhadap si bayi, demikian pula apa yang terjadi di alam semesta berpengaruh terhadap hidup kita, terhadap batin kita, atau lebih tepat mempengaruhi tubuh astral kita.

Manusia pada dasarnya terdiri dari tiga prinsip:

- unsur fisik, yang berasal dari dunia ini, yaitu tubuh.

- unsur astral, yang berasal dari alam astral, alam bintang-bintang, dan roh-roh.

- unsur rohani, bersifat illahi.

Pengaruh dan hubungan timbal-balik banyak sekali di antara ketiga unsur ini. Sebagaimana sebuah batu yang dilemparkan ke dalam air menghasilkan lingkaran-lingkaran konsentrik yang tak terbatas, demikian pula setiap gerak dalam alam astral, khususnya bintang-bintang, mempunyai pengaruh terhadap seluruh ada kita. Kita direndam dalam alam semesta.

Yang paling batiniah pada manusia menggambarkan yang paling luhur pada Allah. Maka mengenal manusia dengan baik, berarti mengenal Allah dengan baik pula. Kebenaran yang ada pada manusia pada hakekatnya sama dengan ‘Kebenaran yang ada pada Allah.’ Kita ini adalah percikan dari Allah kosmik itu. Maka itu, realisasi diri sendiri merupakan jalan terpendek untuk mencapai Allah.

Dalam kelompok ini kita jumpai banyak kelompok-kelompok kecil lainnya. Di dalamnya termasuk antara lain: teosofi, antroposofi, Persaudaraan Putih Universal, dan banyak gerakan lain yang berinspirasi pada budhisme dan hinduisme.

Sepintas lalu ajaran tersebut menarik bagi orang yang kurang dalam iman dan pengetahuan agamanya, namun sesungguhnya mengandung banyak kesesatan.

4.2. Esoterisme dan pengaruh dari roh jahat

Beberapa kelompok dalam golongan ini mempropagandakan perkembangan kekuatan-kekuatan paranormal, energi pelbagai macam tubuh, vision astral, dll. Maka, orang masuk ke dalam bidang okultisme. Mengapakah hal itu jahat di mata orang kristen? Sebab manusia harus berpaut secara utuh kepada Tuhan, karena ia milik Tuhan. Jika ia merampas sesuatu dari Allah dengan memperkembangkan kehendaknya untuk berkuasa secara otonom, ia terjatuh ke dalam tangan kuasa lain. Di sinilah letak jerat dan pesona si jahat.

Kecuali itu kelompok itu sendiri juga dapat mempunyai pengaruh negatif terhadap pengikutnya. Sukar sekali orang menghindarkan diri daripadanya.

Pada dasarnya astrologi, kemampuan melihat jauh dan kekuatan-kekuatan paranormal itu bersifat netral. Kriteria tentang nilai atau bahayanya tergantung dari cara kita memakainya: “Apakah praktek-praktek ini menjadikan saya lebih bebas atau tidak? Apakah itu membawa saya semakin dekat kepada Allah ataukah kepada diri sendiri?” Secara teoritis orang yang memakai kemampuan paranormal dapat tetap netral . Itu teorinya. Tetapi karena situasi dosa, dalam kenyataannya orang yang mempergunakan semuanya itu memang mudah sekali jatuh ke dalam kesesatan.

Tanggapan kita:

Discernment yang seimbang

Dari satu pihak, kita harus waspada dan berjaga-jaga terhadap aliran-aliran esotero-okultisme yang sekarang ini sedang melanda dunia. Namun dari pihak lain, kita juga harus tetap memakai akal budi yang sehat. Kita harus mendekati semuanya dengan pandangan iman yang seimbang, sambil mem-perhatikan juga pandangan Gereja sendiri. Tidak semuanya yang ada dalam bidang paranormal itu jelek, tetapi juga tidak semuanya baik, seperti yang sudah kita lihat. Dalam hal ini kita harus menjauhkan segala bentuk pandangan yang ekstrim.

Ekstrim yang satu tanpa pandangan yang kritis menerima segala gejala paranormal sebagai dari Tuhan datangnya dan bahkan ada yang menyamakan tenaga dalam, magnetisme dan prana dengan kuasa Roh Kudus. Itu suatu hujatan. Walaupun memang benar ada kekuatan-kekuatan paranormal yang bersifat alami dan bukan ber-asal dari kuasa kegelapan, serta dapat dipakai untuk penyembuhan, namun menyamakannya begitu saja dengan kuasa Roh Kudus adalah suatu hojatan. Kecuali itu daya kekuatan itu sangat terbatas dan mudah menjerumuskan orang ke dalam dunia kegelapan, padahal dalam iman kita dapat memiliki kuasa Roh Kudus yang jauh lebih besar dan aman, ‘Mengapa harus memakai kekuatan paranormal untuk penyembuhan?’ Belum lagi penipuan-penipuan yang sering menyertai pengobatan semacam itu.

Dari pihak lain kita juga harus menghindari ekstrim yang lain, yang melihat dalam segala sesuatu kuasa setan. Radiestesi, magnetisme, penyembuhan non-medis, pengobatan lewat pijat, sinse, astrologi humanis, tidak dengan sendirinya merupakan manifestasi dari si jahat. Maka, menyamakan semuanya dengan manifestasi setan justeru menguntungkan karya setan itu sendiri serta merugikan karya Roh Kudus.

Misalnya, menyamakan yoga dan zen begitu saja dengan dengan praktek-praktek tidak sehat, bahkan diabolik, berarti melupakan kenyataan, bahwa hinduisme dan budhisme yang murni adalah bagian dari usaha-usaha terindah umat manusia untuk berpaling kepada Tuhan Sang Pencipta. Gereja sendiri dalam Konsili Vatikan II (Lumen Gentium 16) menghendaki, agar kita bisa membeda-bedakan unsur-unsur yang baik dengan unsur-unsur yang sesat, walaupun itu bukan hal yang mudah.

Bila praktek-praktek itu berubah menjadi sesuatu yang bersifat magis, atau mencari keselamatan lewat pengenalan dan bukan karena rahmat, atau mengubah sarana menjadi tujuan, ataupun menggantikan agama dengan praktek-praktek tertentu, maka kita jatuh dalam cengkeraman si jahat. Karena itu memang tidak bijaksana begitu saja memperkembangkan kemampuan-kemampuan paranormal, atau mempraktekkan teknik-teknik meditasi tanpa dasar yang kuat. Kalau demikian semuanya berubah menjadi negatif dan merugikan. Namun kalau hanya mempraktekkan postur-postur yoga tertentu atau tai-chi dengan tujuan sebagai olah raga, hal itu tidak ada hubungannya dengan setan. Melihat setan dimana-mana, berarti memberikan kehormatan kepadanya.