Print
Hits: 8196

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Kisah kelahiran Yesus, Sang Juruselamat diceritakan secara paling lengkap di dalam Injil Lukas (Pasal 1 dan 2). Syahadat Para Rasul berbicara pula mengenai kelahiran Sang Penyelamat ini. Dikatakan, ”..yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria...” Maksud pernyataan ini sesungguhnya sudah amat jelas, bahwa Anak yang dikandung oleh Maria bukanlah anak manusia biasa, melainkan Anak Allah. Yesus yang dilahirkan oleh Maria, yang dari semula, artinya sejak dalam kandungan Ia sudah Anak Allah. Dan Yesus, hanya oleh karena kuasa Roh Kudus dikandung dalam rahim Perawan Maria seperti dinyatakan dalam Sinode Lateran (DS 503) yang mengatakan bahwa ia mengandung Yesus tanpa benih, tetapi dari Roh Kudus.

Adapun Bapa yang penuh belaskasih menghendaki supaya penjelmaan Sabda didahului oleh persetujuan pihak dia, yang telah ditetapkan menjadi Bunda-Nya...” (LG 56). Pewartaan kepada Maria membuka ‘kegenapan waktu’ (bdk.Gal 4:4), janji-janji terpenuhi, persiapan sudah selesai. Maria dipanggil supaya mengandung Dia, yang didalam-Nya akan tinggal seluruh kepenuhan ke-Allah-an secara jasmaniah. Jawaban ilahi atas pertanyaan Maria “Bagaimana hal itu terjadi karena aku belum bersuami?” (Luk.1:34) menunjukkan ke-Mahakuasaan Roh Kudus yang akan turun atasnya (bdk. Luk 1:35). Dan ini berarti bahwa kelahiran Yesus akan menjadi karya Allah semata, bukan karena manusia. Maria telah menjadi pelayan Allah dengan membuka hati dan tubuhnya terhadap Sabda Allah dan dengan demikian ia memberikan kehidupan kepada dunia. Karena rahmat, ia menjadi Bunda Allah.

Perutusan Roh Kudus selalu berhubungan dengan perutusan Putera dan diarahkan kepada-Nya. Roh Kudus diutus untuk menguduskan rahim Sang Perawan dan membuahinya secara ilahi pula. Putera Tunggal Bapa, yang dikandung oleh Perawan Maria sebagai manusia adalah ‘Kristus’ artinya diurapi Roh Kudus. Ia telah terurapi sejak awal keabadian manusiawi-Nya, juga apabila itu baru dinyatakan selangkah demi selangkah; mula-mula kepada para gembala lalu kepada para ahli nujum, Yohanes Pembabtis, dan para murid. Seluruh kehidupan Yesus akan menyatakan bahwa ‘Allah mengurapi-Nya dengan Roh Kudus dan kuat kuasa’ (bdk. Kis 10:38).

Maria dan Roh Kudus telah melahirkan kemuliaan yang terbesar sepanjang zaman, yakni Yesus Kristus. Maria adalah mempelai Roh Kudus yang subur, sehingga kini bersama dengan Roh Kudus masih mengerjakan kejaiban-keajaiban mulia, yakni melahirkan orang-orang kudus bagi Allah. Apabila Maria telah berakar di dalam satu jiwa, maka Roh Kudus, Sang Mempelai pun akan datang dan memberikan Diri-Nya tanpa segan-segan kepada jiwa tersebut dan mencurahkan rahmat-Nya yang berlimpah-limpah kepada jiwa itu.

Sungguh, Maria adalah pengantin yang tidak terpisahkan dari Roh Kudus dan berbahagialah jiwa yang mencintai Maria karena iapun akan menjadi mempelai Roh Kudus. Sejak Perjanjian Baru, pada umat Kristiani ada keyakinan bahwa Yesus tampil di muka bumi ini dengan cara lain daripada yang biasa bagi manusia. Seperti manusia lain Ia dilahirkan oleh ibu-Nya, Maria, tetapi tidak diperanakkan oleh seorang ayah seperti manusia lainnya. Seperti dirumuskan dalam Mat.1:18, ”...Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.” Maka jelaslah di sini bahwa Maria mengandung Yesus dari Roh Kudus, Roh Pencipta. Roh Kudus itu bukan ayah Yesus sendiri (bdk. DS 533), tetapi Allah dengan Roh-Nya ialah daya penciptaan (bdk. Kej 1), menciptakan Yesus dari ibu-Nya dan langsung melepaskan proses alam pembentukan seorang anak.

Bila Maria, ibu Yesus, berulangkali disebut perawan (dalam bahasa Yunani: Parthenos) sewaktu mengandung Sang Putera (lih. Mat 1:23; Luk 1:27), maka kata itu tidak terlalu banyak artinya. Sebab arti kata Yunani cukup luas. Kata itu dapat berarti puteri atau pemudi yang belum menikah (bdk. Luk 2:36; Mat 25:1; 1Kor 7:25.28) tanpa implikasi lebih lanjut.

Ketika tiba waktunya, Maria, Bunda Allah yang murni dan tetap perawan, menjadi mahkota perutusan Putera dan Roh Kudus. Karena Roh Kudus mempersiapkannya, Bapa dalam keputusan keselamatan-Nya menemukan untuk pertama kalinya tempat tinggal, di mana Putera-Nya dan Roh-Nya dapat tinggal di antara manusia. Dalam tradisi ini Gereja mengenakan teks-teks terindah tentang kebijaksanaan pada Maria. Maria dipuji dan ditampilkan di dalam liturgi sebagai “takhta kebijaksanaan”. Di dalam dia mulailah “karya-karya agung” Allah yang akan diselesaikan oleh Roh, dalam Kristus dan dalam Gereja. Roh Kudus menyiapkan Maria dengan rahmat-Nya.

Sungguh pantas ibu dari Dia yang dalamnya “keabadian secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an” (Kol 2:9), adalah “penuh rahmat”. Semata-mata karena rahmat, sebagai makhluk yang paling rendah hati, yang paling sanggup untuk menerima karunia yang tak terucapkan dari Yang Mahakuasa, ia dikandung tanpa dosa. Benarlah bahwa Malaikat Gabriel menyalaminya sebagai “Puteri Sion” dengan “bergembiralah”. Ketika ia mengandung Puteranya yang abadi, ia melagukan dalam Roh Kudus madah syukur dari seluruh umat Allah dan dengan demikian juga seluruh Gereja, dalam lagu pujiannya kepada Bapa.

Dalam Maria, Roh Kudus melaksanakan keputusan Bapa Yang Maharahim. Bersama dan oleh Roh Kudus itu pula Sang Perawan mengandung dan melahirkan Putera Allah. Dengan kekuatan Roh Kudus dan kekuatan iman, keperawanannya menjadi subur secara luar biasa. Dalam Maria, Roh Kudus menyatakan Putera Bapa yang sekarang juga menjadi Putera Maria.

Maria adalah semak duri yang menyala-nyala dari teofani yang definitif. Dipenuhi oleh Roh Kudus, ia menunjukkan Sabda dalam kehinaan daging dan menyatakannya kepada orang-orang miskin dan kepada wakil-wakil bangsa kafir yang pertama.

Akhirnya, melalui Maria, Roh Kudus mulai mengumpulkan ke dalam persekutuan dengan Kristus, manusia-manusia yang rendah hati. Mereka selalu merupakan orang-orang pertama yang menerima, misalnya para gembala, para majus, Simeon dan Hanna, pengantin di Kana dan para murid yang pertama. Pada akhir perutusan Roh, Maria menjadi “wanita”, “hawa baru”, “bunda orang-orang hidup”, “bunda Kristus paripurna”. Dalam kedudukan itu, ia bersama dengan kedua belas rasul sehati sejiwa bertekun dalam doa (Kis 1:24). Ketika itu Roh Kudus pada pagi hari Pentakosta menyatakan awal zaman terakhir dengan memunculkan Gereja. Seluruh perutusan Putera dan Roh Kudus pada saat pemenuhan terdapat dalam kenyataan bahwa Putera sejak inkarnasi-Nya adalah Dia yang terurapi dengan Roh Bapa: Yesus adalah Kristus, Mesias.

“Kristus” adalah kata Yunani dan untuk ungkapan Ibrani adalah “Mesias”, yang berarti terurapi. Ia menjadi nama bagi Yesus, karena Yesus secara sempurna telah memenuhi perutusan ilahi, yang dimaksud dengan gelar Kristus. Telah menjadi kebiasaan bagi bangsa Israel, untuk mengurapi dalam nama Allah orang-orang yang ditahbiskan oleh Tuhan untuk perutusan tertentu. Terutama pengurapan itu terjadi pada Mesias yang akan diutus Bapa untuk mendirikan Kerajaan-Nya secara definitif. Mesias harus diurapi oleh Roh Tuhan sekaligus sebagai raja dan imam tetapi juga sebagai nabi. Malaikat menggambarkan kepada para gembala tentang kelahiran Yesus, Sang Mesias yang dijanjikan untuk Israel. ”Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan di kota Daud; Ia adalah Mesias, Tuhan” (Luk 2:11). Sejak awal mula Yesus adalah “Yang dikuduskan oleh Bapa dan Yang diutus-Nya ke dunia” (Yoh 10:36). Oleh karena itu, Ia dikandung dalam rahim Perawan Maria sebagai kudus: ”Sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus" (Mat 1:20). Melalui pewartaan dan baptis, Gereja melahirkan bagi hidup baru yang kekal abadi putera-putera yang dikandungnya dari Roh Kudus dan lahir dari Allah. Gereja pun adalah perawan yang dengan utuh murni menjaga kesetiaan yang dijanjikannya kepada Sang Mempelai. Dan sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan mempertahankan imannya, keteguhannya dan ketulusan cinta kasihnya (LG 64). Maria tetap perawan ketika ia mengandung Puteranya, perawan ketika ia melahirkan-Nya, perawan ketika ia menyusui-Nya, inilah yang menunjukkan bahwa dalam diri Maria karya Roh Kudus telah dinyatakan.