User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Article Index

Jati diri dan Kegiatan Kaum Awam

Istilah “awam” diterjemahkan dari kata Yunani “laikos” yang berarti bukan ahli. Dalam paradigma LXX, kata “laos” berarti anggota umat yang bukan golongan imam atau levit. Dalam Perjanjian Baru, secara konsekuen kata “laos” berarti Gereja. Awam menurut Vatikan II adalah umat beriman yang percaya kepada Yesus Kristus “dimasukkan ke dalam Tubuh Mistik Kristus melalui Sakramen Baptis dan dikuatkan dengan kuasa Roh Kudus dalam Sakramen Krisma, awam ditunjuk menjadi rasul oleh Tuhan sendiri. Mereka dikuduskan menjadi imam rajawi dan umat suci, sehingga awam boleh mempersembahkan korban rohani dalam segala yang mereka lakukan dan memberikan kesaksian mengenai Kristus di seluruh dunia.” Dengan demikianm kaum awam adalah segenap umat beriman yang tidak termasuk golongan rohaniwan atau status kebiaraan dalam Gereja.

Kekhususan dan kepentingan awam menjadi lebih kentara kalau dilihat dari fungsi Gereja terhadap dunia. Karena masyarakat semakin berkembang di luar Gereja, maka situasi Gereja  perdana  masih aktual bagi Gereja sekarang. Namun, kaum awam sekarang tidak sama dengan awam dalam Gereja purba. “Otonomi” dunia yang sekarang diakui Gereja tidak dipikirkan dalam Gereja perdana dan tidak diterima dalam Gereja sebelum Vatikan II. Padahal otonomi dunia itulah yang menarik perhatian pada tempat dan tugas khusus awam di dalam Gereja. Dengan mengakui otonomi dunia, Gereja tidak mengesahkan pemisahan dunia dan Gereja. Sebaliknya, dengan mengakui dunia dalam otonominya sendiri, Gereja dari satu pihak mau mempertahankan kemurnian iman sebagai sikap yang harus dinyatakan dalam segala bentuk kehidupan, dan dari lain pihak mau mengakui hidup di dunia menurut corak keduniawiannya sebagai bentuk pelaksanaan hidup kristiani yang asli. Dengan mengakui otonomi dunia Gereja juga mengakui kekhususan kaum awam bagi hidup dan perkembangan Gereja.”

Oleh sebab itu, “untuk menyebut keikutsertaan awam dalam hidup dan misi Gereja, dokumen Vatikan II tidak pernah menggunakan pelayanan awam tetapi selalu menggunakan kerasulan awam. Pembedaan penggunaan ini mencerminkan pikiran Konsili yang membedakan antara pelayanan tertahbis yang terumuskan secara baik dan kerasulan awam yang umum dan terus berkembang.” Dalam Lumen Gentium dan Dekrit Apostolicam Actuositatem yang membahas kerasulan awam, “kerasulan awam” sesungguhnya kerasulan seluruh Gereja. Kedua dokumen sangat menekankan tempat kerasulan awam di dalam rangka seluruh kerasulan Gereja dalam arti “mengarahkan dunia kepada Kristus. Bukan membentuk “masyarakat kristiani” melainkan hanya usaha untuk menciptakan kemungkinan bagi perkembangan itu atau memungkinkan sikap iman dalam hidup sehari-hari. Kerasulan awam bertitik tolak dari penghayatan iman dalam hidupnya sendiri dan tidak secara langsung ditujukan kepada dunia tetapi penghayatan iman dalam Gereja. Artinya, kekhususan dan fungsi awam terletak dari kesatuan antara kesadaran iman dan liturgis dalam pelaksanaan hidup masyarakat.

Sumbangan khusus awam pada hidup dan kerasulan Gereja menyuburkan seluruh “communio” dan menempatkan seluruh Gereja dalam otonomi hidup manusia. Kaum awam secara khusus melaksanakan imannya dalam bentuk-bentuk kehidupan sekulir secara konkret dan nyata. Kerasulan awam harus ditempatkan dalam keseluruhan hidup Gereja. Proses ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

  1. Karya keselamatan sebagai kesatuan antara Allah dan manusia dilaksanakan dalam seluruh umat manusia dan disadari secara diekspresikan dalam Gereja.
  2. Karya keselamatan antara Allah dan manusia dalam Gereja berhubungan erat dengan dunia. Maka kerasulan Gereja mencakup usaha pewartaan iman yang formal dan pekerjaan sekulir berdasarkan inspirasi iman.
  3. Kerasulan awam hidup dan berkarya dalam struktur hierarkis demi fungsi dan pelayanan dalam Gereja dan mengusahakan kesatuan iman.
  4. Dalam konteks hubungan gereja dan dunia, gereja melakukan tugas umumnya sebagai pemersatu umat dan dijalankan menurut otonomi dunia. Kelima, k
  5. Kendati ada perbedaan antara kerasulan hierarkis demi tujuan gerejani dan kerasulan awam dari otonomi dunia. Maka, anggota hierarki dan awam hendaknya memperhatikan batas-batasnya dan terus memperhatikan fungsi dan kedudukannya dalam Gereja.
  6. Gereja tidak hanya melaksanakan imannya, melainkan melaksanakan juga tuntutan umum kodrat manusia. Oleh karena itu, kerasulan awam bertugas untuk mengakarkan Gereja dalam realitas hidup manusia.

Dalam tindakan praksisnya, kerasulan awam tidak segera mudah teraktualisasi. Ada berbagai masalah yang mengemuka sebagai demikian. Menurutnya terdapat tantangan intern dan ekstern. Tantangan Intern mencakup kurangnya pemahaman tentang kerasulan awam dalam hidup Gereja dan dunia dalam Dokumen Vatikan II di kalangan awam sendiri maupun kalangan imam dan kaum religius. Di tambah lagi dengan sikap paternalistik yang melulu “pastorsentris”, sikap minoritas dan hambatan psikologis tertentu yang mengakibatkan awam tidak berkembang, kehilangan semangat, dan mudah putus asa. Sedangkan, Tantangan Ekstern meliputi konflik SARA, sikap primordialisme, sikap oknum-oknum politik dan masyarakat serta dampak globalisasi lebih cenderung mengakibatkan awam patah semangat, menghambat persaudaraan sejati dan penurunan nilai-nilai moral dan rohani.

Menurut hemat penulis, untuk mengatasinya perlu evaluasi dan reorientasi terhadap praksis kerasulan awam dalam terang Vatikan II. Menurut Kitab Hukum Kanonik, awam mempunyai hak penuh dan bebas untuk mendirikan dan juga memimpin perserikatan-perserikatan untuk tujuan amal kasih atau kesalehan dan untuk mengembangkan panggilan kristiani di dunia dan untuk mengadakan pertemuan-pertemuan guna mencapai tujuan itu bersama-sama. Gereja juga menghendaki agar dalam tubuhnya terdapat perserikatan dimana awam dan kaum klerus bersama-sama mengusahakan penghayatan iman dan evangelisasi baru. Karena itu, dalam menjalankan tugasnya awam hendaknya memperhatikan nasehat-nasehat dari petugas gerejawi dan otoritas gerejawi. Dalam perserikatan ini, awam dapat memimpin dan menjalankan tugas kerasulannya dengan tidak memangku jabatan dalam politik. Akhirnya, demi terwujudnya tata dunia yang dijiwai dengan semangat kristiani dan kesatuan iman dan hidup, awam harus menghargai dan menghormati perserikatan-perserikatan rohani.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting