User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

1. Tangan Tuhan terbuka bagi para pendosa yang bertobat

Saya sering menemui umat yang ragu-ragu untuk mengaku dosa, mereka berpikir dosanya terlalu berat, apakah Tuhan mau mengampuni? Dosa-dosa aborsi, perzinahan, perjudian, terikat kuasa-kuasa kegelapan, kecanduan narkoba dan lain-lain. Namun sesungguhnya Allah yang berbelaskasih itu tidak pernah membuang orang berdosa yang mau bertobat, kasih-Nya jauh lebih besar mengatasi dosa dan kelemahan manusia, (bdk.Yes. 1:18 )  “Marilah, baiklah kita beperkara! -- firman TUHAN -- Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba”. Dengan keyakinan ini maka para pendosa dengan penuh kerinduan menghampiri tahta kerahiman Tuhan melalui sakramen tobat.

Dalam suratnya kepada jemaat di Roma 5 :12, St. Paulus mengatakan,“Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa”.

Karena dosa Adam dan Hawa, maka maut menjalar kepada semua orang, di dalam diri manusia terdapat kecenderungan kepada yang jahat, maka kita terus menerus membutuhkan kerahiman Tuhan dan pengampunan dosa. St. Paulus juga mengatakan di mana dosa bertambah banyak kasih Allah lebih melimpah lagi, namun kemurahan hati Allah itu tidak dimaksudkan supaya kita terus menerus berbuat dosa, namun supaya kita bertobat dan memperoleh keselamatan.(bdk. Rom. 2:4) “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?” Patutlah kita bersyukur kepada Allah, yang memberikan anugerah kepada Gereja-Nya yaitu pengampunan dosa lewat sakramen tobat. St. Agustinus mengatakan :

Seandainya di dalam Gereja tidak ada pengampunan dosa, maka tidak ada harapan atas kehidupan abadi, dan pembebasan abadi. Berterimakasihlah kita kepada Allah, yang memberikan anugerah yang demikian itu kepada Gereja-Nya.

Allah kita adalah Allah yang penuh kerahiman dan belaskasihan, tidak ada suatu kesalahan atau dosa seberat apapun, yang tidak dapat diampuni oleh Allah dan oleh Gereja kudus, apabila orang benar-benar bertobat dan menyesali kesalahannya. Kristus yang wafat untuk semua manusia membuka tangan-Nya lebar-lebar bagi semua pendosa yang bertobat, seperti Bapa menerima kembali dengan sukacita anaknya yang hilang ke dalam rumah-Nya. Demikianpun di dalam Gereja-Nya, pintu pengampunan selalu terbuka bagi tiap orang yang berbalik dari dosanya dan kembali kepada Allah.


2. Kuasa dari Allah yang diberikan kepada para imam untuk mengampuni dosa 

Sebagai orang Katolik, kita harus terus mengimani anugerah yang tak ternilai yang diberikan Kristus yang bangkit kepada Gereja-Nya, yaitu tugas dan kuasa untuk benar-benar mengampuni dosa-dosa melalui para rasul dan pengganti-penggantinya. Sakramen pengakuan dosa adalah sakramen yang mengagumkan dan merupakan aliran rahmat yang tak ternilai harganya.  Hanya Allah dapat mengampuni dosa, para imam adalah alat Tuhan sendiri yang dipakai untuk menyalurkan kasih dan pengampunan-Nya. Dalam diri para imam, Yesus sendiri yang mengampuni segala dosa kita dan menganugerahkan keselamatan kepada kita.

Santo Ambrosius mengatakan : “Tuhan menghendaki bahwa murid-murid-Nya memiliki kuasa besar, Ia menghendaki agar pelayan-pelayan-Nya yang hina itu atas nama-Nya melaksanakan apa saja yang Ia lakukan sewaktu Ia hidup di dunia”.  Selanjutnya Santo Yohanes Krisostomus mengatakan : “ Para imam telah menerima kuasa yang Allah tidak berikan baik kepada para malaikat maupun kepada malaikat agung…Tuhan mengukuhkan di atas sana segala sesuatu yang para imam lakukan di atas dunia ini”.

Tuhan memberikan kepada para rasul kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa, ia juga memberi kepada mereka otoritas untuk mendamaikan para pendosa dengan Gereja. Aspek Gerejani dari tugas ini terutama kelihatan dalam perkataan meriah Kristus kepada Simon Petrus    “Kepadamu akan Ku berikan kunci kerajaan surga, apa yang kau ikat di dunia akan terikat di surga, apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga” (Mat. 16 : 19).

Santo Agustinus mengatakan : “Jika seorang imam mengampuni sebuah dosa, dia memakai kekuasaan yang lebih besar dari kekuasaan Allah, yang dipakai untuk menciptakan dunia. Rahmat yang diberikan dalam pengakuan itu sebanding dengan kekuasaan ilahi itu”.

Dosa memisahkan manusia dengan Allah, dengan sesama dan dengan dirinya sendiri. Dosa melukai hati Allah, melukai sesama dan melukai diri sendiri. Sedangkan sakramen tobat mendamaikan manusia dengan Allah, dengan sesama dan dengan diri sendiri. Dosa melukai Gereja sebagai persekutuan umat Allah, sedangkan sakramen tobat mendamaikan manusia dengan Gereja, Gereja menerima kembali si pendosa dalam pangkuannya, ke dalam persekutuannya.

Jelaslah bahwa tugas mengikat dan melepaskan yang diserahkan kepada rasul Petrus ternyata diberikan juga kepada Dewan para rasul dalam persekutuan dengan kepalanya. Kata-kata “mengikat dan melepaskan” berarti siapapun yang akan kamu kucilkan dari persekutuan, maka Allah akan mengucilkannya dari  persekutuan dengan diri-Nya. Siapapun yang kamu terima kembali dalam persekutuanmu, maka Allahpun akan menerimanya kembali dalam persekutuan dengan diri-Nya.

3. Berbagai nama untuk sakramen yang indah ini

Sakramen Tobat:  karena melalui sakramen ini orang melaksanakan secara sakramental panggilan Yesus untuk bertobat, untuk bangkit kembali kepada Bapa, setelah ia menjauhkan diri dari Allah karena dosa-dosanya.

Sakramen Pemulihan: karena ia menyatakan langkah pribadi dan gerejani demi pertobatan, penyesalan, dan pemulihan warga Gereja yang berdosa.

Sakramen Pengakuan: karena penyampaian pengakuan dosa di depan imam adalah unsur hakiki sakramen ini. Sakramen ini juga adalah suatu pengakuan, penghargaan, dan pujian akan kekudusan Allah dan kerahiman-Nya terhadap orang berdosa.

Sakramen Pengampunan: karena oleh absolusi dari imam, Kristus menganugerahkan secara sakramental pengampunan dan kedamaian kepada orang yang mengakukan dosanya.

Sakramen Perdamaian: karena ia memberi kepada pendosa cinta Allah yang mendamaikan “berilah dirimu didamaikan dengan Allah” (2 Kor. 5: 20). Siapa yang hidup dari cinta Allah yang berbelaskasihan, selalu siap memenuhi amanat Tuhan “Pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu” (Mat. 5 : 24).


4. Pentingnya persiapan batin untuk menerima sakramen tobat

Allah Roh Kudus, siap membantu siapa saja yang dengan rendah hati dan kejujuran mau mengaku dosa. Sebab Ia datang untuk menginsafkan kita akan dosa, kebenaran dan penghakiman. (bdk. Yoh. 16:8) “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”. Maka berdoa kepada Roh Kudus untuk menerangi hati kita sebelum mengaku dosa adalah hal yang penting. Kita juga dapat berdoa bagi imam yang akan dipakai Allah untuk menerimakan sakramen tobat untuk kita sehingga dengan mata iman kita dapat melihat kehadiran Yesus sendiri yang akan mengampuni kita, menasehati kita, dan menganugerahkan segala rahmat-Nya untuk kita.  

Sangat dianjurkan agar orang-orang mempersiapkan diri untuk menerima sakramen pengampunan, melalui pemeriksaan batin dalam terang sabda Allah sehingga orang tidak menyembunyikan dosanya karena malu atau takut. Bila orang dengan penuh iman dan tanpa malu ataupun takut mengaku dosa, ia akan mengalami penyembuhan rohani dari dosa-dosanya, Yesus tabib ajaib akan menyembuhkan luka-luka dosa kita melalui sakramen tobat. St. Hironimus mengatakan, “Jadi kalau warga beriman Kristen berusaha mengakukan semua dosa yang mereka ingat, mereka tanpa ragu-ragu menyampaikan segala-galanya kepada kerahiman ilahi, agar mereka diampuni. Tetapi siapa yang berbuat lain dengan sengaja mendiamkan sesuatu, ia tidak menyampaikan apa-apa kepada kebaikan ilahi demi pengampunan oleh imam. Karena kalau seorang sakit merasa malu membuka lukanya kepada dokter, maka obat tidak akan menyembuhkan apa yang tidak dikenalnya.

5. Sakramen tobat membantu pertumbuhan hidup rohani

Pengakuan dosa secara teratur adalah suatu bantuan untuk membentuk hati nurani melawan kecenderungan kita yang jahat, dan membiarkan diri kita disembuhkan oleh Kristus serta bertumbuh dalam kehidupan rohani. Kalau dalam sakramen ini kita menerima belaskasihan Allah, maka Ia akan mendorong kita juga agar kita sendiri juga berbelaskasihan seperti Dia. Dengan menerima sakramen tobat secara teratur kita memperoleh rahmat baru untuk bertumbuh dalam macam-macam kebajikan. St. Agustinus mengatakan, “Siapa yang mengakukan dosanya, sudah bekerja sama dengan Allah. Allah menggugat dosa-dosamu, kalau engkau juga menggugatnya engkau bergabung dengan Allah. Manusia dan pendosa seakan-akan harus dibedakan. Kalau berbicara tentang manusia, Allahlah yang menciptakannya. Kalau berbicara tentang pendosa, manusialah yang menciptakannya. Robohkanlah apa yang telah engkau ciptakan, supaya Allah menyelamatkan apa yang Ia ciptakan…kalau engkau jijik akan apa yang engkau ciptakan, mulailah karya-karyamu yang baik, karena engkau menggugat karya-karyamu yang buruk. Pengakuan akan karya-karyamu yang buruk adalah awal karya-karyamu yang baik. Engkau melakukan kebenaran dan datang kepada Terang.


5. Penyilihan dosa

Banyak dosa menyebabkan kerugian bagi sesama. Orang harus sedapat mungkin mengganti rugi (umpamanya mengembalikan barang yang dicuri, memperbaiki nama baik orang yang difitnah, memberi silih untuk penghinaan).  Akan tetapi, dosa dapat melemahkan pendosa sendiri. Absolusi menghapuskan dosa, namun tidak mengatasi semua ketidakadilan yang disebabkan oleh dosa. Setelah pendosa mendapat pengampunan dosa, ia masih harus mendapat kesehatan rohani yang penuh. Ia harus membuat silih untuk dosa-dosanya, harus memperbaiki kesalahan dengan suatu cara yang cocok. Penyilihan ini dinamakan penitensi. Penitensi diberikan oleh Bapak pengakuan sesuai dengan kebijaksanaannya. Penitensi dapat terdiri dari doa, memberi derma, karya amal, pelayanan terhadap sesama, pantang secara sukarela, berkorban dan terutama menerima salib yang harus kita pikul dengan sabar.

Penitensi semacam ini sangat membantu untuk menyerupai Kristus, yang telah menderita, wafat dan bangkit untuk menebus dan menyelamatkan kita. Ia telah menjadikan kita ahli waris bersama Kristus yang telah bangkit, jika kita menderita bersama-sama dengan Dia.

Dalam tindakan penyilihan dosa-dosa kita ini, segala jasa dan kebaikan bukanlah milik kita sendiri, sebab sesungguhnya tanpa rahmat Tuhan kita tidak mampu berbuat apa-apa (Yoh. 15:4-5) “di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa”. Dengan demikian manusia tidak mempunyai apa-apa yang dapat ia banggakan tetapi sesungguhnya kalau kita dapat berbuat satu kebaikan itu semata-mata hanya rahmat Allah. Barangsiapa melakukan penyilihan dosa, serta menghasilkan buah sesuai dengan pertobatannya, sesungguhnya ia mendapat kekuatan dari Allah sendiri dan kemudian sudah selayaknya semua itu dipersembahkan kepada Allah Bapa yang telah berbelaskasihan kepada kita.


6. Ucapan syukur atas pengampunan dan kerahiman-Nya kepada kita

Ketika Tuhan Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta dari penyakit yang mengerikan itu, hanya seorang yang datang kembali untuk bersyukur kepadaNya. Hendaklah kita punya hati yang tahu bersyukur kepada-Nya. Sudah pantas dan selayaknya kita bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan atas kesembuhan dari penyakit kusta rohani yaitu dosa-dosa dan kejahatan kita yang telah menghina Allah yang mulia. Melalui sakramen tobat Allah yang mahabaik telah mengampuni dan  menyembuhkan kita, sehingga kita diperdamaikan dengan Allah, sesama dan diri sendiri. Melalui sakramen tobat ini kita memperoleh kekuatan dan kedamaian serta sukacita di dalam Dia. Melalui sakramen tobat ini rahmat baru dicurahkan ke dalam hati kita untuk lebih mengasihi Dia. Semoga hati kita selalu meluap dengan rasa syukur kepada-Nya. Terpujilah Allah sumber belaskasihan dan pengampunan.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting