User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

“Begitu besar cinta Allah kepada dunia ini, hingga Ia memberikan Putera Tunggal-Nya.”

Allah masih mencintai dunia ini, mencintai kita manusia sampai saat ini. Ia menunggu, menanti-nanti kehadiran kita. Ia rindu untuk tinggal dan bergaul dengan ciptaan-Nya yang mulia. Ia tidak menghiraukan betapa banyaknya dosa kita; Ia tidak menghitung-hitung kesalahan anak-anak kesayangan-Nya; Ia bahkan mencari-cari dari lembah ke lembah, dari bukit ke bukit, dari hutan yang lebat dan dari malam yang pekat, apakah anak-anak yang dicintai-Nya sesat atau terperosok di lubang yang dalam.

Ia tidak berhenti mencari dan mencari! Akan tetapi, Allah tidak sendirian dalam mencari. Ia memanggil kekasih-kekasih-Nya yang khusus yaitu Paus, para Uskup, para Imam dan biarawan dan biarawati untuk diutus mencari anak-anak kesayangan-Nya yaitu kita, untuk membawa mereka, membopong mereka kepada Allah yang tidak berhenti menunggu dan mencari kedatangan kita. Apabila satu orang saja datang kepada-Nya, suatu sukacita yang Maha Agung bagi seluruh penghuni surga menyambut kita, kidung pujian, syukur dan mazmur dilambungkan kepada Sang Anak Domba Allah, membawa satu jiwa ke dalam pelukan Allah Bapa.

Cinta Allah itu tidak terbatas, tidak dapat diukur dan dalamnya tidak dapat diduga. Dalam Dia, kita bernapas, hidup, bergerak dan memiliki jati diri kita. Di surga segala sesuatu begitu indah dan membahagiakan, disanalah hidup kita nanti. Akan tetapi, “Apakah yang menarik Tuhan Yesus mau datang ke dunia? Ingin mendirikan kerajaan? Ingin berkuasa?” Putera Allah ingin mengalami rasanya menjadi seorang manusia yang diam dalam rahim ibu dan begitu tergantung pada seorang ibu. Ia mau menunjukkan diri-Nya, bahwa di dalam rahim ibulah tempat Allah berkenan, tempat Tuhan tinggal, bukan untuk tempat pembunuhan bayi-bayi yang tidak berdosa seperti dewasa ini.

Dia yang kaya raya, mempunyai kerajaan yang luas dan agung, yang melampaui raja di atas segala raja, mau turun ke dunia menjadi miskin karena ke-Allahan-Nya. Yesus menjadi serupa dengan kita dalam segala hal, kecuali dalam dosa. Tuhan Yesus datang ke dunia membawa kabar gembira, kabar keselamatan. Setelah hidup di dunia ini masih ada hidup yang baru yang bukan di dunia ini tempatnya. Ia membawa kabar ini, agar kita sadar bahwa yang ada dalam dunia ini bukan segala-galanya. Ia datang membawa damai Allah bagi seluruh umat manusia yang mempunyai kehendak baik dan membawa kedamaian yang membuat hati bahagia.

Cinta-Nya tidak itu saja.  Bukti cintanya yang paling besar adalah Ia sendiri rela merasakan kehidupan manusia dengan menjadi miskin, lapar, haus, dan sakit menderita.   Penderitaan-Nya yang sangat besar bukan di taman Getsemani atau di atas salib, tetapi penderitaan yang besar adalah ‘penolakan.’ Hal ini masih terjadi sampai sekarang, Ia ditolak oleh orang-orang yang menolak kasih-Nya, kebaikan rahmat-Nya, pelayanan-Nya, pengampunan-Nya. Hal ini disebabkan karena manusia masih mencintai dosa, yaitu sekali manusia melakukan dosa maka akan melahirkan dosa-dosa yang lainnya.

Yesus datang di dunia ini mau menyelamatkan kita dari dosa; ia rela mati di kayu salib untuk menunjukkan betapa besar cinta kasih-Nya kepada kita. Cara lain Yesus mencintai kita, yaitu Dia menjadi Roti Kehidupan yang kita terima dan kita makan dalam Perjamuan Ekaristi, supaya kita bisa hidup secara rohani, sebab dalam kehidupan rohani inilah yang menentukan jati diri kita akan hidup kekal kelak.

Apabila kita hanya memperhatikan hidup jasmani saja dengan berlelah-lelah dari pagi sampai malam bekerja, namun tidak memperhatikan hidup rohani kita, apakah yang akan terjadi? Justru inilah kedatangan Tuhan Yesus, mau mengingatkan akan tujuan akhir hidup ini yaitu  hidup di dalam Dia, dalam iman, penuh harapan dan cinta kasih. Teladan dan cinta-Nya ditunjukkan dengan kehidupan dan kematian-Nya di dunia ini. Cinta yang begitu lembut, sabar, itulah yang ditunjukkan kepada kita, yang Ia ajarkan supaya apa yang Ia perbuat kita perbuat juga, Ia selalu bersabda: “Aku telah memanggil Engkau dengan namamu sendiri, Engkau ini adalah kepunyaan-Ku.” (Yes. 43:1)

Tuhan selalu datang menolong kita pada saat kita membutuhkan bantuan dengan segera. ‘Berdiamlah’ Allah menghendaki kita untuk hening agar dapat mendengarkan bisikan suara-Nya. Dalam keheningan hati, Allah berbicara kepada kita. Setiap kali kita berdoa, Allah selalu melihat tangan-Nya, karena disanalah nama kita terukir indah: “Aku telah mengukir namamu di telapak tangan-Ku.” (bdk. Yes. 49:16) Dia melihat tangan-Nya dan melihat kita. Betapa mengagumkan kelembutan cinta Allah yang agung itu.

Kalau kita benar-benar mencintai Allah, kita tidak dapat diarahkan kepada hal-hal lain, kecuali keinginan akan keselamatan dan kebahagiaan yang Ia punyai. Jangan biarkan sesuatu mengganggu cintamu kepada Yesus, sebab kita adalah milik Allah. Tidak ada yang dapat memisahkan kita dengan Dia. Kalau kita tetap hidup dan bersahabat dengan Yesus maka kita pun akan menyerupai Dia dan melakukan seperti yang Dia lakukan. Allah selalu bertanya kepada kita, “Apakah kita sudah melakukan sesuatu yang terbaik demi cinta kita kepada-Nya?” Jika pekerjaan kita tidak berkaitan erat dengan cinta-Nya, tidak ada gunanya. Bukan berapa banyak perbuatan yang telah kita selesaikan melainkan seberapa banyak cinta yang telah kita tuangkan atau perbuat di dalam hidup kita sehari-hari. Itulah ukuran cinta kita kepada Allah.

Cinta yang mendalam tidak memperhitungkan hanya memberi, namun juga harus selalu duduk di bawah kaki-Nya dalam doa-doa kita. Mencintai haruslah menjadi sesuatu yang wajar bagi kita, sebagaimana kita hidup dan bernafas. Orang yang paling menyatu dengan Tuhan Yesus adalah orang yang paling mencintai sesamanya. Yesus ingin agar kita memberikan diri kita sendiri, setiap saat menyandarkan diri kepada-Nya, percaya sepenuhnya hanya kepada Dia. Mari kita berdoa supaya hati kita dipenuhi dengan kepasrahan kepada Yesus. Jangan menyerah pada diri sendiri dan pada orang lain, tundukkan dirimu agar cinta kita kepada Allah menjadi suci. Bawalah anak-anak ke dalam doa, berdoalah dengan penuh kasih seperti anak-anak dengan sebuah keinginan yang jujur untuk mencintai sungguh-sungguh. Jadikanlah pekerjaan kita sebagai cinta Kristus dalam tindakan nyata.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting