User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

 

Semangat Memperbarui Iman dan Mengobarkan Api Kristiani dalam Gereja

Pada masa pasca Konsili Trente, semangat hidup Kristiani di dalam Gereja sangat menurun. Banyak umat sudah tidak pergi ke gereja lagi, bahkan ada juga umat yang meninggalkan iman Kristiani-nya karena terpengaruh oleh ajaran bidaah-bidaah yang timbul pada masa itu. Akibatnya, gereja-gereja menjadi sepi dan banyak yang diubah menjadi toko atau tempat pesta. Pada masa itu pula, banyak anak tidak mengenal Tuhan, bahkan membuat tanda salib saja pun mereka tidak bisa, sedangkan para imam juga tidak bisa berkotbah karena tidak terdidik baik dalam hal pewartaan iman. Sebagai salah seorang tokoh utama Konsili Trente, Karolus Boromeus merasa terpanggil untuk memperbarui iman umat yang sudah mulai pudar. Dalam hal ini, Karolus berusaha untuk kembali mengobarkan api Kristiani di dalam kehidupan Gereja. Sebagai langkah awal, Karolus berusaha keras untuk mendesak para pemimpin Gereja agar keputusan-keputusan Konsili Trente dilaksanakan di dalam kehidupan Gereja. Pada akhirnya, usaha Karolus itu membuahkan hasil dengan diadakannya pembaruan Tridentine yang membahas pelaksanaan keputusan Konsili Trente tersebut.

Semangat Karolus untuk memperbarui Gereja juga tampak ketika ia mendirikan sekolah-sekolah minggu untuk memperkenalkan Tuhan kepada anak-anak. Karolus juga membuka seminari-seminari keuskupan untuk mendidik para calon imam yang mampu mewartakan imannya dengan baik, itulah seminari-seminari model pertama. Selain itu, Karolus juga banyak mengadakan kunjungan ke wilayah-wilayah yang lain seperti Italia, Switzerland, dan lain-lain untuk mewartakan Injil dan memperbarui Gereja, utamanya bagi orang-orang yang masih belum mengenal Kristus dan bagi orang-orang yang sudah lemah semangat imannya. Pada awalnya, usaha Karolus hampir gagal karena ia tidak bisa berbicara dengan lancar, tetapi Karolus pantang menyerah dan selalu berbicara dengan penuh keyakinan. Selain itu, banyak halangan yang harus ia hadapi, seperti ancaman pembunuhan dari orang-orang yang tidak sependapat dengannya dan tuduhan-tuduhan palsu oleh pemerintah terhadapnya. Benarlah sabda Yesus bahwa setiap orang yang mengikuti-Nya akan mendapat banyak halangan dan penderitaan (bdk. Mat 24:9; Mrk 13:13).

 

Akhir Kehidupan

Namun di tengah-tengah kesulitan tersebut, Tuhan tidak pernah meninggalkan Karolus. Hal itu terbukti melalui perlindungan dari Paus terhadap Karolus, sehingga ia tetap dapat meneruskan usaha-usahanya untuk memperbarui Gereja. Iman dan ketabahan Karolus serta usaha-usahanya berhasil menyalakan api semangat Kristiani dalam hati umatnya dan membuat Kristus dicintai lagi. Akibat semuanya itu, Karolus sangat disukai umat dan dianggap sebagai penyelamat kota Milano. Namun, pekerjaan-pekerjaan berat ditambah dengan penderitaan-penderitaan yang dialaminya membuat kesehatan Karolus menurun. Pada akhirnya, ia wafat di Milano pada tanggal 3 Nopember 1584.

 

Kesimpulan

Memang, usaha untuk menjadi orang kudus dalam Gereja di zaman ini tidak mudah. Namun, apabila kita yakin akan apa yang Tuhan kehendaki dan rencanakan dalam kehidupan, kita tidak perlu takut dan gentar, sebab Dia telah berjanji untuk menyertai kita hingga akhir zaman (bdk. Mat 28:20). Ini terbukti dengan usaha dan perjuangan Santo Carolus Boromeus yang terus bertekun hingga akhirnya. Akhirnya, segala karyanya menghasilkan buah yang melimpah, sebab dia tidak mengandalkan kekuatan sendiri, dia menanggapi rahmat dan memeliharanya hingga akhir kehidupannya. Kiranya teladan hidupnya menjadi teladan hidup beriman pada zaman ini. Semoga! (Sumber: Nicolaas Martinus Schneiders, Orang Kudus Sepanjang Tahun, Jakarta: Obor, 1999). 

 


Sdr. Christopher Alex Budiman

Salah satu penulis di situs carmelia.net

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting