Print
Hits: 4823

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

 

Apakah kita harus pergi kepada Allah melalul Maria? Bukankah Yesus berkata, “Datanglah kepadaKu?” Injil mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya pengantara manusia kepada Allah?

 

  1. Yesus adalah satu-satunya pengantara yang menebus kita, seperti ditunjukkan dalam setiap tulisan tentang makna pengantaraan-Nya (1 Tim 2:5; Kis 4:12; Ibr 7:25). Nilai pengantaraan Maria adalah tidak menebus; nilai pengantaraannya hanya sebatas pengantaraan permohonan. Tidak ada ayat dalam Kitab Suci yang mengatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya pengantara doa.
  2. Nilai pengantaraan Maria juga bisa ditemukan melalui teladannya. Ia menunjukkan kepada kita melalui hidupnya, teladan yang dapat membawa kita semakin dekat kepada Allah. Paulus merupakan salah satu dan mereka yang juga memiliki nilai pengantaraan semacam mi, seperti yang dapat kita baca dalam 1 Kor 11:1 dan enam ayat yang lain.
  3. Ketergantungan kita akan bakat-bakat dan karunia-karunia yang dimiliki oleh sesama kita di bumi ini mencerminkan salingketergantungan kita dalam membagikan buah-buah dan karunia yang Allah berikan kepada umat-Nya. Demikian juga halnya dengan karunia-karunia yang dimiliki para kudus di surga, kita juga dapat menerima buah-buah dan karunia-karunia yang mereka miliki, termasuk kekuatan (atau kuasa) doa-doa mereka. (Nilai dan kuasa doa pengantaraan mi dapat dilihat antara lain di Kej.18:16-33).
  4. Jadi, rahmat-rahmat yang diberikan kepada Maria adalah untuk kebaikan kita. Sebagaimana Allah memberikan rahmat-rahmat ini kepadanya dalam tingkatan yang khusus — tersirat dalam Luk 1:28,42,48 — dapat dikatakan bahwa ia berdoa bagi kita dalam suatu cara yang istimewa. lnilah keunggulannya sebagai seorang pengantara Meskipun sifat dasar dan pengantaraannya adalah sama dengan yang kita praktekkan, namun menjadi lebih besar kuasanya akibat status yang disandangnya (“yang diberkati” – “penuh rahmat”). Karena itu, dengan tidak mengakui kemurahan dan berkat yang telah Allah limpahkan kepada Maria, dan respons Maria atasnya yang memberikan keuntungan kepada kita, sama artinya dengan mengabaikan kebijaksanaan Allah akan rahmat-rahmat-Nya.
  5. Sebagaimana Maria menggunakan kekuatan pengantaraannya untuk memohon Yesus di Kana untuk melakukan mujizat pertamanya “sebelum saatnya” (Yoh 2:4), kekuatan pengantaraan yang sama itu sekarang tersedia baginya di surga. Bila ia kehilangan kekuatan pengantaraan yang sebesar itu di dalam surga, tentulah surga merupakan suatu tempat penghilangan, bukan pemenuhan, bertolak belakang dengan makna yang tersirat dalam Ibr 11:40 dan 12:1.
  6. Pengantaraan Maria bukanah suatu sistem siaran; ia tidak menyiarkan keperluan-keperluan kita seolah-olah hal-hal itu sampai kepada Allah melalui dia. Tapi lebih tepat jika diibaratkan dengan dua anak panah berdampingan meluncur menuju kepada Allah, seperti yang tertulis dalam janji injili: “Jika dua orang... sepakat meminta apa pun juga ...” (Mat 18:19). Maria tidak berdiri “di antara” kita dan Allah, untuk meneruskan doa-doa kita kepada-Nya, namun bergabung dalam suatu persekutuan doa (bersambung).