User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Mazmur… suatu kata yang membuat batin dan pikiran langsung terangkat kepada Tuhan. Mazmur memang identik dengan doa. Tradisi yang telah berakar sekian lamanya dalam diri orang Yahudi tersebut telah mengakar juga ke dalam lubuk sanubari para pengikut Kristus.

Sebenarnya tidak sulit untuk masuk ke dalam mazmur. Orang hanya perlu mendengarkannya. Namun, ternyata kualifikasi tersebut tidak mudah untuk dipenuhi orang dewasa ini yang seringkali terlalu sibuk ‘mendengarkan’ hal-hal lain. Padahal, betapa nikmat dan memikatnya alunan puisi mazmur. Penikmat-penikmat mazmur tidak akan kehilangan kegirangan baru dalam membaca sekian banyaknya mazmur dengan keindahan yang luar biasa.

KATA ‘MAZMUR’

Kata ‘Mazmur’ berasal dari kata Ibrani ‘mizmor’, yang dipakai sebagai judul dalam 57 Mazmur. Meskipun demikian, penggunaan kata ‘Mazmur’ seringkali langsung dikaitkan dengan keseluruhan kitab Mazmur, yang dikenal jemaat-jemaat Yahudi dengan nama ‘tehillim’ atau ‘sefer tehillim’, artinya ‘kitab nyanyian pujian’. Arti kata ini tampaknya kurang tepat karena isi kitab Mazmur bukan hanya pujian saja, tetapi juga doa permohonan, ungkapan kepercayaan, dan bahkan renungan. Namun, kita akan dapat memahami seluruh Kitab Mazmur sebagai kidung pujian kepada Allah dengan memahami setiap doa maupun renungan di dalamnya sebagai pengakuan akan keagungan Tuhan juga. Ada pun arti kata ‘mizmor’, yang kemudian diterjemahkan sebagai ‘psalmoi’ dalam bahasa Yunani, adalah nyanyian-nyanyian yang biasanya diiringi oleh musik, khususnya kecapi. Karena itu, Mazmur-Mazmur umumnya paling baik kalau dinyanyikan dengan iringan musik sebagai ungkapan pujian kepada Tuhan (lih. penjelasan mengenai ‘bagaimana harus bermazmur’).

MAZMUR DI DALAM GEREJA

Berikut ini kita akan melihat peran dan tempat Mazmur di dalam Gereja, pertama sebagai Firman Allah, lalu sebagai doa, dan terakhir, sebagai sarana pengajaran umat.

a. Mazmur sebagai Sabda Allah

Kitab Mazmur

Kitab Mazmur sejak semula sudah dimasukkan ke dalam himpunan Kitab Suci Ibrani. Gereja para rasul juga sejak semula sangat menghargai kitab ini, yang akhirnya dimasukkan ke dalam kanon di dalam kelompok kitab-kitab kebijaksanaan, tepatnya setelah Kitab Ayub. Dengan demikian, Mazmur diakui Gereja sebagai Sabda Tuhan yang tertulis.

Mazmur Dikutip dalam Perjanjian Baru

Mazmur ternyata paling banyak dikutip oleh para penulis Perjanjian Baru. Dari 360 kutipan dari Perjanjian Lama, yang berasal dari Mazmur dijumpai tidak kurang dari 112. Ini menandakan secara jelas betapa ayat-ayat Mazmur begitu meresap dan menjiwai penghayatan iman dan hidup sehari-hari para penulis suci yang mewakili jemaat Gereja Awali.

Para Penulis Suci Semakin Memahami Kristus dalam Terang Mazmur

"Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur." (Luk 24:44) Kitab Suci yang dikenal Yesus dan para muridNya pada zaman mereka adalah lima kitab Taurat, kitab para nabi (termasuk di dalamnya kitab-kitab sejarah), dan kitab-kitab lainnya, seperti Mazmur, Ayub, Amsal, dan seterusnya. Dengan mempelajari dan membaca kembali Kitab Suci mereka, termasuk Mazmur, dalam terang kebangkitan Kristus, pemahaman mereka akan Kristus juga diperdalam. Ternyata dalam studi tersebut, Mazmur sangat berkesan bagi mereka, tampak dari seringnya ayat-ayatnya dikutip secara langsung maupun tidak langsung dalam tulisan mereka.

Sebagai misal, para penulis Injil yakin bahwa Kerajaan Allah sudah datang dalam diri Yesus. Yesuslah Raja yang ditentukan oleh Allah, seperti yang tampak dalam penyembahan yang dilakukan tiga orang majus kepada-Nya. Gagasan ini sesuai dengan Mzm 72:15. Lalu, pengakuan suara dari surga dalam pembaptisan Yesus berpadanan dengan kata-kata pelantikan raja dalam Mzm 2:7. Lebih lanjut, pemahaman para penulis suci akan Kristus sebagai raja diperdalam lagi ketika mereka membandingkan privilegi atau hak dalam Mazmur yang diberikan Tuhan kepada raja yang diurapi-Nya dengan kenyataan yang dijalani Yesus. Dalam tanggapan-Nya terhadap godaan setan di padang gurun, ternyata bukan maksud Yesus untuk menjadi raja yang hidup dalam kemudahan dan kemakmuran (bdk. Mzm 21:5-6; 72:16)! Ia juga tidak menuntut haknya sebagai raja yang selalu dilindungi Tuhan (bdk. Mzm 91:11-12). Terakhir, Ia juga menolak menganggap diri-Nya sebagai raja yang akan meremukkan bangsa-bangsa dengan gada besi, penguasa atas negeri-negeri (bdk. Mzm 2:8-9). Yesus ternyata adalah raja yang membebaskan orang-orang tertindas, lemah, dan miskin (bdk. Luk 4:19). Ia adalah raja yang mau menanggung penderitaan mereka dan membawa hukum kasih tanpa mematahkan manusia yang lemah (bdk. Yes 42: 1-4; 50:5-6; 53:4). Akhirnya, misteri Paskah Kristus menjadi semakin jelas bagi para penginjil di dalam terang Mazmur. Penderitaan para pemazmur sering dilihat mereka sebagai penderitaan Yesus sendiri. Di tempat lain, kebangkitan Kristus diartikan Lukas dalam terang Mazmur 16 sebab dalam kebangkitanlah digenapi janji Allah, yakni Mesias diresmikan menjadi raja (bdk. Mzm 2:7 dan Kis 13:33).

Yesus mengklaim gelar ‘Putra Daud’ bagi diri-Nya, yakni anak raja Daud yang menurut janji Allah akan mewarisi tahta Daud untuk selama-lamanya. Namun, yang menjadi misteri besar bagi para pendengar pada zaman-Nya: Yesus ternyata menolak pengertian tentang raja yang akan datang dengan kemuliaan dan kuasa sebagaimana yang dilukiskan oleh sebagian mazmur! Menerima sorak-sorai mereka yang mengagungkan Dia sebagai ‘Putra Daud’, di tempat lain Ia justru mempertanyakan gelar tersebut sambil mengutip Mzm 110:1 (lih. Mrk 12:35-37). Yesus ternyata adalah raja yang solider mengasihi sesama manusia. Ia duduk di sisi kanan Bapa sekaligus menggenapi harapan akan raja yang akan datang, yang akan membebaskan orang lemah, miskin, dan tertindas, dengan cara yang baru, yakni dengan kurban-Nya di kayu salib.

Pengaruh besar Mazmur juga tampak pada surat-surat Paulus. Ia, misalnya seringkali melukiskan penderitaan dan kuasa yang diterima Kristus melalui kebangkitan-Nya dengan kata-kata mazmur (lih. Rm 15:3—penderitaan dan Kol 3:1—karena kebangkitan). Pengaruh Mazmur di dalam pemahaman akan misteri Kristus juga tampak dalam surat Petrus (mis.: 1 Ptr 2:3.4-9; 2 Ptr 1:18—Mzm 2:1, dsb.), surat kepada orang Ibrani (mis.: Ibr 1—Mzm 110; Ibr 8:1—Mzm 110:1, dsb.), dan kitab Wahyu. Kristus menjadi hamba sampai mati di kayu salib untuk kemudian ditinggikan untuk selama-lamanya karena kemuliaan kebangkitan-Nya.

b. Mazmur sebagai Doa

Yesus Berdoa dengan Mazmur

Sebagai putra Yahudi sejati, Yesus pasti mengenal adat-istiadat dan ibadat bangsa-Nya dengan baik. Pada hari raya Paska, Ia pergi ke Yerusalem, masuk ke Bait Suci, dan ikut memuji Tuhan dengan nyanyian-nyanyian Mazmur. Dalam perayaan Paska, kepala keluarga mengucap berkat dengan perkataan-perkataan Mazmur (bdk. Mat 26:17-19) dan sesudah perjamuan seluruh anggota keluarga memuji Tuhan dengan nyanyian-nyanyian Mazmur pula (bdk. Mat 26:30). Besar kemungkinan Yesus mengambil bagian dalam ibadat kekeluargaan di dalam sinagoga-sinagoga, tempat pembacaan taurat, kitab para nabi, dan Mazmur memiliki posisi yang sangat penting (bdk. Mat 12:9; 13:54).

Kata-kata Mazmur pastilah begitu meresap dalam hati Yesus sehingga pada saat-saat terakhir hidup-Nya, kata-kata itulah yang dikumandangkan-Nya sebagai doa kepada Bapa-Nya. Dalam penderitaan-Nya yang luar biasa, bahkan sampai harus menanggung keterpisahan dari Bapa-Nya, Yesus berseru dengan kata-kata mazmur yang begitu mengharukan sekaligus mengerikan, “Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” (Mzm 22:2 — Mrk 15:34 dan Mat 27:46). Lukas memberikan kesaksian bahwa kata-kata terakhir Yesus sebelum wafat adalah “Ya, Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (lih. Luk 23:26). Di mana kita dapat menemukan doa ini? Dalam Mzm 31:6! Betapa mendalamnya doa-doa mazmur, yang menggambarkan relasi antara pemazmur dengan Allahnya, telah ditunjukkan sendiri oleh Kristus

Gereja Menggunakan Mazmur sebagai Doa

Dari Kisah Para Rasul kita ketahui bahwa pada awal-awal Gereja, para rasul dan murid berkumpul setiap hari di Bait Allah. Dalam persekutuan ini, doa-doa mereka ternyata bersandar pada Mazmur (bdk. Kis 4:24-31 yang mengutip Mzm 146:6; 2:1-2). Dalam Kis 16:25 diceritakan tentang Paulus dan Silas yang memuji Tuhan dalam penjara, kemungkinan besar dengan Mazmur. Paulus sendiri dalam suratnya, berkali-kali mendorong pembacanya untuk menggunakan Mazmur sebagai doa (lih. mis.: Ef 5:19 dan Kol 3:16).

Dengan keindahannya sebagai renungan, pujian, dan doa, Mazmurlah yang paling sering hadir dalam pertemuan-pertemuan jemaat sepanjang sejarah, di samping Injil. Bahkan Gereja mendoakannya setiap hari sepanjang tahun dalam ibadatnya, walaupun memang tidak diketahui kapan tepatnya kebiasaan ini dimulai. Dari kata-kata Mazmur pujian kepada Tuhan, Gereja sepanjang zaman menggali inspirasi yang tiada habisnya untuk mengarang doa dan Mazmur-Mazmur baru.

c. Mazmur sebagai Sarana Refleksi dan Pengajaran

Dalam mazmur, khususnya beberapa di antaranya yang sangat kuat nada pengajaran dan ajakannya, terdapat unsur renungan yang mendalam juga. Dari renungan-renungan dalam kitab mazmur jugalah banyak misteri Kristus yang akhirnya dipahami oleh para rasul, para murid, dan penerus-penerus mereka. Selain itu, mazmur menyiratkan begitu banyak kebijaksanaan yang menuntun pendengarnya untuk bersyukur kepada Tuhan, menyadari keterbatasan dan kehinaan manusia, dan memilih cara hidup yang berkenan kepada Tuhan. Tidak kelirulah Gereja menempatkannya di dalam kategori ‘kitab-kitab kebijaksanaan’. Mazmur ditulis juga untuk direnungkan.

BAGAIMANA HARUS BERMAZMUR?

Harus dikatakan bahwa pertama-tama Mazmur bukanlah doa yang sudah jadi dan tinggal diucapkan saja. Pengalaman seseorang dalam mendoakan atau merenungkan Mazmur tidak akan sama dalam situasi dan waktu yang berbeda. Suasana hati sangat menentukan tanggapan seseorang atas suatu Mazmur. Misalnya, seseorang yang sedang bersukacita akan dengan mudah dan ‘masuk’ dalam menyanyikan Mazmur pujian kepada Allah, dan sebaliknya sedikit tersentuh oleh kata-kata mazmur yang berisikan ratapan atas situasi penindasan. Meskipun harus segera ditambahkan bahwa Mazmur yang tidak sesuai atau tidak langsung menyentuh hati pun bermanfaat

  • untuk melegakan hati,
  • membuka pengertian baru akan suatu hal,
  • memungkinkan kita untuk belajar berdoa dari angkatan orang beriman yang telah mendahului kita,
  • memperkaya hidup keluarga, antara lain dengan membuka pandangan baru dalam hidup bersaudara,
  • sebagai penguatan dan peneguhan dalam doa-doa jemaat yang dikabulkan,
  • dengan merasakan kehadiran Tuhan dalam Mazmur,
  • memunculkan harapan baru untuk menantikan pertolongan dari Tuhan,
  • dan akhirnya mazmur bermanfaat untuk menolong kita berdoa, bertahan dalam harapan kepada Tuhan, saat kita sudah kehabisan kata-kata doa.

Mazmur dapat menjadi doa pribadi sejauh dimengerti secara pribadi pula. Untuk ini perlu pendalaman dan studi Mazmur. Sebagai doa, Mazmur digunakan secara tepat bila dinaikkan “di dalam Kristus dan dengan Kristus”. Karena itu, jangan melupakan Kristus dalam berdoa. Ia hadir sebagai kepala Tubuh, dan bermazmur bersama kita. Sebagai ungkapan relasi pemazmur dengan Tuhan, Kitab Mazmur juga menjadi sumber inspirasi yang begitu kaya bagi banyak orang dalam menciptakan rumusan-rumusan doa dan nyanyian-nyanyian rohani. Mazmur seringkali mengajak penikmatnya untuk melanjutkan dengan doa spontan atau dalam renungan pribadi, yang melahirkan doa-doa baru dalam berbagai ungkapannya.

Seperti telah disinggung di atas, Mazmur ternyata paling meresap kalau dinyanyikan.

  • Dalam tradisi Katolik: dengan lagu sederhana dan tenang supaya dapat didengarkan dengan tenang dan baik. Dalam ibadat harian atau ofisi sucinya Gereja secara rutin mendaraskan dan menyanyikan Mazmur kepada Tuhan.
  • Dalam tradisi Protestan: disadur agak bebas dan dinyanyikan menurut lagu-lagu berbagai zaman dan tempat.

Ada dua cara yang lazim dipakai dalam mendoakan Mazmur dalam kelompok:

  • Saling bergantian antarlarik atau antarayat.
  • Dalam kebaktian keluarga atau kebaktian kelompok kecil: hendaknya dipilih beberapa ayat dalam suatu Mazmur saja; bila perlu dijelaskan sebelumnya artinya, supaya Mazmur dapat lebih mudah meresap dalam hati umat yang hadir.

Penutup

Tidak ada kata-kata yang memadai untuk merangkum segala keindahan Mazmur. Ia mencakup sukacita pengenalan akan Allah, kemesraan hubungan dengan-Nya, kekaguman atas alam semesta, ungkapan penyesalan atas dosa, pergulatan batin dan iman yang luar biasa, ratapan atas kehilangan besar, perasaan dikejar-kejar, dan seterusnya. Mazmur adalah soal hidup, tidak kurang daripada itu. Ia adalah ungkapan hidup pengarangnya dan ditujukan untuk memperkaya hidup pendengarnya.

Ketika Kristus memenuhi kegenapan waktu, Mazmur pun digenapi-Nya. Pemahaman dan pengalaman manusia akan Mazmur pun menjadi baru di dalam terang kebangkitan Kristus. Mazmur yang dilantunkan dalam dan bersama Kristus laksana asap kemenyan yang merebak harum mewangi ke hadapan Allah. Mazmur menjadi abadi.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting