User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

 Pengantar

Tahun ini ditetapkan oleh Paus Benediktus XVI sebagai tahun St. Paulus. Segenap gereja kudus diajak oleh Paus untuk merenungkan hidup dan karya St. Paulus, tentu dalam kaitan dengan kehidupan kita saat ini. Kita sudah tahu siapakah St. Paulus. Salah seorang rasul Kristus yang mengembangkan gereja sampai dikenal oleh orang non Yahudi. Dia adalah salah satu soko guru kehidupan gereja perdana. Kehidupan St. Paulus sangat menarik untuk digali kembali terutama dalam menyemangati kehidupan menggereja kita saat ini. Dalam tulisan ini, kita akan melihat sedikit tentang misi St. Paulus.

Paulus pergi mewartakan Yesus Kristus ke mana-mana. Amanat Yesus dalam Matius 28 diaktualisasikan secara konkret oleh St.Paulus. Dia hampir menjelajahi seluruh daerah Asia kecil dan terakhir bermuara di Roma yang juga menjadi akhir hidupnya. Perjalanan misinya bukanlah suatu perjalanan yang mudah. Dia mengalami banyak halangan, tantangan dan penderitaan. Namun semangat Paulus tak pernah kendur untuk mewartakan Yesus kepada dunia.


Misi Paulus

Paulus adalah pilihan Allah untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada semua orang (Gal 1:15). Suatu yang menakjubkan bahwa seorang Saulus yang tadinya penganiaya pengikut Kristus, sekarang dengan semangat bergelora mau mewartakan Kristus. Perjalanan misi Paulus bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi dia berani mengambil resiko untuk menderita, menghadapi tantangan untuk Kristus. Sebenarnya kenapa dia berani melakukan hal ini? Perjumpaannya dengan Yesus sebenarnya menjadi titik balik dari semuanya. Hidup Paulus mengalami perubahan ketika berjumpa dengan Yesus. 


2.1. Perjumpaan dengan Yesus 

Kita sedikit melihat bagaimana pengalaman perjumpaan Paulus dengan Yesus. Perjumpaan ini terjadi ketika dia dalam perjalanan ke Damsyik. (bdk. Kis 9:10-19a). Peristiwa Damsyik merupakan peristiwa yang selalu dikenang oleh Paulus, bahkan kalau orang menantang kesetiaannya sebagai murid atau pengikut Yesus, dia selalu kembali mengingat pengalaman ini.

Peristiwa Damsyik menjadi titik balik hidup Paulus. Peristiwa ini sering disebut sebagai pertobatan Paulus. Namun pertobatan di sini jangan dimengerti sebagai pertobatan moral artinya setelah melakukan dosa besar, lalu Paulus bertobat. Pertobatan di sini lebih dilihat sebagai perubahan cara pandang atau cara berpikir. Perjumpaan dengan Yesus telah membuka pewahyuan ilahi mengenai keselamatan manusia. Sebagai orang Yahudi, Paulus mengakui bahwa keselamatan diperoleh dengan mentaati hukum Taurat. Namun setelah perjumpaannya dengan Yesus, dia yakin bahwa Yesus Kristus yang bangkit itulah yang mampu menyelamatkan manusia. Manusia diselamatkan bukan karena mentaati hukum Taurat melainkan karena percaya kepada Kristus (bdk. Flp 3:9). Inilah pengalaman yang merubah hidup Paulus, yang menjadi titik balik hidupnya.

Pengalaman ini membuat dia dengan berani memilih menjadi pengikut Kristus dan mewartakanNya ke seluruh dunia, bahkan rela menderita untukNya. Kepada jemaat di Filipi dia dengan bangga berkata: “Apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus” (bdk.Flp 3:8). Kalau kita sedikit menengok siapakah Paulus sebelum mengenal Kristus, kita pasti tak meragukan segala kehebatannya sebagai orang Yahudi. Kepada umat di Filipi dia katakan:

“…Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.” (Flp 3:4b-6)

Apa yang kurang dari Paulus? Sebagai orang Yahudi dia memiliki sejumlah keistimewaan yang menjadi alasan bagi dia untuk bermegah. Dia seorang ahli kitab yang brilian dan belajar pada guru yang hebat seperti Gamaliel (Kis 22:3). Dan sebagai orang Farisi dia mengikuti mazhab yang paling keras dalam agama Yahudi. (Kis 26:5). Dia seorang Yahudi yang sangat fanatik dalam memegang nilai-nilai dasar yang dihayati dalam agama Yahudi. (Bdk. Gal 1:14). Namun setelah dia mengenal Yesus, semuanya itu dianggapnya sampah dan tidak mendatangkan keuntungan baginya.

Dalam diri Paulus terjadi perubahan mutlak dalam cara menilai seluruh dunianya. Yang tadinya dianggapnya penting, sekarang menjadi nol dan tidak penting sama sekali. Yang tadinya tak mungkin dilepaskannya, sekarang menjadi sampah, sebab pengenalan akan Kristus mendapatkan prioritas mutlak dan mampu memenuhi segalanya. Peristiwa Damsyik akhirnya jauh lebih kompleks dari sekedar pertobatan moral biasa atau perubahan mentalitas saja.

Suatu yang jelas bahwa peristiwa ini membuat Paulus berubah, dan di balik itu semua, Allah mempunyai rencana khusus untuk Paulus. Terkadang kita tidak mengerti rencana Allah. Apa yang sebenarnya kita ragukan tetapi Allah bisa melakukannya. Begitulah yang terjadi pada Paulus. Bahkan Paulus sendiri merasa bahwa ketika menerima panggilan ini, dia seperti anak yang lahir sebelum waktunya. (1 Kor 15:8). Di samping itu, dia sebenarnya merasa tak layak sebab seperti yang diakuinya bahwa dia adalah orang paling berdosa dari setiap orang yang berdosa. Tetapi Allah menyatakan pilihanNya kepada orang hina seperti dia. Allah menyatakan kasihNya kepada Paulus, dan bagi dia itu merupakan sebuah kesaksian bagi mereka yang percaya kepada Kristus. (bdk.1 Tim 1:13-16;1 Kor 15:8-9). Paulus kemudian menyadari bahwa dia dipilih Tuhan untuk mewartakan Kristus ke segala bangsa terutama yang bukan Yahudi (bdk. Gal 1:16).


2.2. Karya Misi Paulus

Perjumpaan Paulus dengan Yesus memiliki implikasi langsung pada keberaniannya untuk menjadi pengikut Kristus dan dengan semangat yang berkobar mau mewartakan Kristus kepada bangsa-bangsa. Suatu kenyataan bahwa Paulus dipilih sebagai alat bagi Allah. Pilihan Allah memang bisa amat mengejutkan bagi jemaat perdana waktu itu, tetapi juga bagi Paulus sendiri. Pengalaman rahmat ini merupakan suatu pembaharuan hidup yang menakjubkan. Paulus menjadi pilihan Allah dan dia ditentukan untuk mewartakan kasih karuniaNya kepada bangsa-bangsa (bdk. Gal 1:15). Dan untuk menjalankan karya ini, Paulus akan banyak menanggung penderitaan. Tetapi bagi Paulus sendiri menderita demi Injil merupakan kebanggaan baginya, sebab bagi dia salib Kristus itu merupakan suatu kebijaksanaan Allah dalam menampakan kasihNya yang besar ( bdk. 1 Kor 2:1-6).

Perjalanan misi Paulus merupakan sebuah perjalanan yang panjang. Perjalanan misi Paulus tidaklah semuda sekarang. Dia tidak menggunakan mobil, pesawat, kapal laut yang bagus, tetapi Paulus pergi dengan berjalan kaki atau terkadang berlayar dengan kapal yang tidak sebagus saat ini. Dalam kesempatan ini, kita akan melihat secara sepintas perjalanan misinya. Dalam kisah Para Rasul, Lukas menulis bahwa Paulus mengadakan tiga misi pewartaan Injil.

Perjalanan misi pertama sekitar tahun 45 dan 49 (lihat Kis 13:1-14:28). Dalam pimpinan Roh kudus Paulus bersama Barnabas dan Markus berangkat melaksanakan misi ini. (Kis 12:24-13:3) Mereka mengunjungi pulau Siprus daerah kelahiran Barnabas (Kis 13: 4-12). Misi di daerah ini cukup berhasil, bahkan gubernur pulau ini begitu takjub dan percaya akan ajaran Tuhan. (Kis 13:12). Dari Siprus mereka pergi ke Asia kecil bagian selatan, dan akhirnya tiba di Antiokhia yang terletak di wilayah Psidia (Kis 13:13-49). Di sini Markus meninggalkan rombongan karena tidak cocok dengan Paulus. Dari Antiokhia, Paulus dan Barnabas pergi ke Ikonium, Listra dan Derbe yang terletak di pedalaman Pamfilia (Kis 13:50-14:20). Dari Derbe Paulus dan Barnabas kembali ke Asia kecil lagi kepada jemaat-jemaat yang telah mereka bentuk. Dari sana mereka kembali ke Antiokhia. Perjalanan misi ini cukup berhasil. Pewartaan Paulus dan Barnabas diterima dengan baik, walaupun demikian mereka juga meghadapi tantangan-tantangan terutama dari orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya akan pewartaan mereka.

Sebelum melakukan perjalanan misi kedua, Paulus dan Barnabas harus ke Yerusalem (Kis 15:1-34). Mereka menghadap pimpinan jemaat di sana untuk menyelesaikan persoalan yang cukup penting dalam perkembangan jemaat Kristen perdana yaitu mengenai kewajiban orang Kristen non-Yahudi. Bagi orang-orang Kristen Yahudi, setiap orang yang percaya kepada Kristus harus menaati hukum Taurat dan disunat agar memperoleh keselamatan, sementara bagi Paulus mereka harus dibebaskan dari kewajiban menaati hukum Taurat. Karena tidak menemukan titik temu, akhirnya persoalan ini dibawa ke dewan rasuli. Akhirnya, dalam bimbingan Roh kudus pimpinan jemaat Yerusalem memutuskan supaya kepada jemaat Kristen yang berasal dari kalangan non-Yahudi jangan ditanggungkan lebih banyak beban.

Perjalanan misi kedua, antara tahun 49-52 (Kis 15:35-18:23) Perjalanan ini ditandai dengan perselisihan antara Barnabas dan Paulus yang berbuntut pada berpisahnya mereka dalam perjalanan misi selanjutnya. (Kis 15:36-41). Pertikaian antara Paulus dan Barnabas menunjukan bagaimana pada awal kehidupan jemaat perbedaan pikiran, perasaan dan mungkin juga naluri, ikut menentukan suatu karya misi. Kita perlu tetap waspada terhadap kecendrungan pribadi masing-masing, entah itu buruk atau baik, untuk bisa bekerjasama dengan tulus. Dalam kisah pertikaian ini, kita tampaknya tidak berhak mengadili siapa yang salah, siapa yang benar: apakah Paulus yang benar atau Barnabas dan sebaliknya. Tetapi yang jelas, walaupun mereka konflik dan berpisah, pewartaan Injil tetap dilaksanakan, bahkan perpisahan ini membuat Injil semakin luas diwartakan. Akhirnya Barnabas mengajak Markus berlayar ke Siprus, dan Paulus membawa Silas mengelilingi Siria dan Kilikia (Kis 15:41). Mereka mengambil jalur yang berbeda.

Dalam perjalanan misi ini, Paulus menjelajahi daerah Likaonia, Pisidia, Galatia, Makedonia (Filipi dan Tesalonika), Atena dan Korintus. Di Listra seorang murid Paulus bernama Timotius bergabung dengan Paulus. Pewartaan pada misi kedua ini berjalan dengan baik, banyak orang yang percaya dan dibabtis, tetapi mereka juga banyak mengalami tantangan dan derita yang tak kalah hebatnya. Misalnya di Filipi banyak orang non-Yahudi yang percaya dan dibabtis, termasuk Lidia, seorang pedagang Kain yang cukup berpengaruh dalam masyarakat tersentuh dengan pewartaan Paulus lalu menjadi Kristen. Di kota ini juga Paulus dan Silas dikejar-kejar karena membebaskan roh jahat dari seorang budak perempuan, sehingga pemiliknya kehilangan penghasilan. Hal ini berbuntut pada penangkapan dan pemenjaraan Paulus dan Silas. Namun Tuhan menyertai mereka, sehingga mereka dibebaskan, bahkan membabtis kepala penjara. Begitu juga dengan kota-kota lain seperti Tesalonika, Atena, dan Korintus. Di Tesalonika pewartaan berjalan dengan baik, tetapi mereka juga dikejar-kejar oleh orang Yahudi yang tidak senang dengan pewartaan Paulus.

Perjalanan misi ketiga, antara tahun 53 dan 58. (Kis 18:24-21:26). Dalam perjalanan misi ketiga ini, Paulus ingin ke Yerusalem. Walaupun ada yang melarang Paulus untuk pergi karena hidupnya terancam, tetapi Paulus tetap ingin pergi. Paulus berangkat dari Antiokia dan pergi lagi ke Asia kecil, menuju Efesus. Pewartaannya di sini menimbulkan huru-hara yang disebabkan oleh tukang perak. Ia menggerakan tukang-tukangnya untuk mengacau kota dan melawan Paulus. (Kis 19:23-41). Di Efesus Paulus tinggal cukup lama. Dan dari Efesus Paulus melanjutkan perjalanan ke wilayah Makedonia dan Yunani lalu kembali ke Siria atau Antiokhia (Kis 20:1-3). Dalam perjalanan ke Antiokhia Paulus singgah di Troas. Dari sana Ia ke Miletus dan dia mengumpulkan tua-tua jemaat untuk memberikan pesan perpisahan kepada mereka yang intinya supaya mereka menjadi gembala yang baik dan menjaga kawanan yang ada pada mereka. Dari Miletus Paulus melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem dan sempat singgah di Tirus.(Kis 21:1-6).

Paulus tiba di Yerusalem sekitar tahun 58. Di Yerusalem orang-orang Yahudi dari Asia menghasut orang banyak untuk menentang Paulus. Mereka menuduh Paulus sebagai seorang pengkhianat yang menentang bangsa Israel, Taurat dan Bait Allah. Hal ini berujung pada penangkapan Paulus dan mereka mau membunuhnya. Untungnya ia diselamatkan oleh tentara Roma. (baca Kis 21:17-40). Lalu Paulus ditangkap dan dipenjarakan. Lalu kemudian dipindahkan ke penjara Kaisarea. (lihat Kis 23 dan 24). Karena mengalami pengadilan tidak adil, Paulus naik banding ke Roma. Lalu pergilah ia ke Roma dan setelah melalui perjalanan yang panjang dan berbahaya, tibalah Paulus di Roma. Di kota ini dia ditahan dalam tahanan rumah, tetapi walaupun demikian ia tetap melakukan pewartaan. Akhirnya di kota ini, Paulus diadili dan wafat sebagai martir.


2.3. Tantangan  

Perjalanan misi Paulus tidak bisa dilepaskan dari tantangan dan penderitaan. Banyak pengorbanan Paulus dalam mewartakan Injil. Kepada jemaat di Korintus dia mengatakan:

“Apakah mereka pelayan Kristus? -- aku berkata seperti orang gila -- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.” (2 Kor 11:23-26).

Perjalanan misi Paulus tidak mudah. Tantangan datang dari orang Yahudi sendiri yang tidak percaya dan iri hati dengan pewartaan Paulus. Paulus juga menghadapi tantangan di tempat misi terutama dari pemimpin dan penduduk lokal. Paulus banyak berhadapan dengan kuasa kegelapan misalnya dalam Kis 16:13-18. Belum lagi yang datang dari orang-orang Kristen sendiri. Tak jarang Paulus dianggap sebagai saingan (Flp 1:15). Dia juga menjadi korban iri hati. Jadi, dalam mewartakan Kristus itu tidaklah mudah dan ini memang yang dikatakan Yesus kepada Paulus pada awal panggilannya.(Kis 9:16).   

 

Refleksi

Apa yang bisa kita renungkan dari perjalanan misi Paulus? Kita kagum dengan St.Paulus yang dengan semangat berkobar-kobar pergi kemana-mana mewartakan Kristus. Dia tidak pernah gentar dalam mengahadapi tantangan dan bahaya yang mengancamnya dalam melakukan karya misi.  Kita diajak untuk meneladani St.Paulus. Sebagai orang Kristen kita dipanggil untuk mewartan Injil. Yesus memanggil  kita bahkan memberi tugas kepada kita untuk pergi ke seluruh dunia mewartakan apa yang telah diajarkannya. (bdk Mat 28:20). Paus Paulus VI mengatakan bahwa tugas mewartakan Injil adalah tugas gereja. Gereja berusaha mewartakan Injil kepada jemaat kristiani sendiri dan kepada semua orang. Dengan berusaha mewartakan Injil kepada semua orang, sesungguhnya gereja menampilkan dirinya sebagai duta warta gembira tentang Yesus Kristus. (bdk.EN 1 dan 2). Dengan merujuk pada semangat misi St.Paulus, kita ditugaskan dan sekaligus ditantang untuk membawa Yesus ke tengah dunia, apalagi dengan situasi dunia seperti saat ini dengan sejumlah persoalan sosial yang rumit, beranikah kita mewartakan Yesus sebagai Tuhan yang menyelamatkan?

 Harus disadari juga bahwa dalam karya pewartaan, kita harus siap menghadapi segala macam tantangan dan penderitaan. Kita patut belajar dari Paulus yang begitu kuat dalam menghadapi segala tantangan dan penderitaannya. Mungkin kita tidak sampai seperti Paulus yang disesah bahkan sampai dipenjara, tetapi dalam pewartaan terkadang kita dianggap sebagai saingan, pengacau, menjadi korban iri hati, atau kita ditolak bahkan dianggap remeh oleh orang. Ini realitas yang tak mungkin dipungkiri. Namun jangan takut Yesus menyertai kita dan Roh kudusNya pasti membimbing dan menguatkan kita.

 

Albert Trinitas CSE

Penulis tetap di situs carmelia.net 


www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting