User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

“Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh." Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Mereka pun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.”

(Mrk 16:15-20)

 

Berefleksi atas bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Fransiskus Xaverius, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Dalam sejarah Ordo Serikat Yesus, yang didirikan oleh Ignatius Loyola, pada masa awal derap langkah hidup bersama dan pelayanannya pernah memperoleh teguran dari petinggi Gereja Katolik, Kepausan, kurang lebih berbunyi demikian: “Mengapa para anggota Serikat Yesus sebagai religius atau biarawan tidak atau jarang berdoa bersama seperti para anggota lembaga hidup bakti yang lain?” Menanggapi teguran ini dengan cerdas Nadal, sekretaris Ignatius Loyola menyampaikan penjelasan kurang lebih sebagai berikut: “Kami ini adalah pengikut Santo Paulus yang terus berjalan dan berkeliling dunia untuk memberitakan Kabar Baik.” Dalam sejarah Gereja ada dua tokoh awal sebagai dasar atau pondasi yaitu Petrus, yang selanjutnya diteruskan oleh para Paus, yang bertahta di Roma dan Paulus yang berkeliling dunia, yang rasanya diteruskan oleh para anggota Lembaga Hidup Bakti atau biarawan-biarawati yang bersifat mondial. Fransiskus Xaverius adalah contoh konkrit pengikut atau penerus Paulus, yang berkeling dunia, ‘pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk’, maka ia juga diberi gelar sebagai salah satu Pelindung Misi. Maka baiklah dalam mengenangkan pesta St.Fransiskus Xaverius kita mengenangkan panggilan missioner kita masing-masing: sejauh mana dalam derap langkah atau kepergian ke mana pun dan di mana pun senantiasa memberitakan apa yang baik dan membahagiakan atau sejauh mana apa yang kita lakukan dan katakan senantiasa adalah apa yang baik dan membahagiakan. Sebagaimana disabdakan oleh Yesus di atas jika kita sungguh beriman tidak perlu takut dan gentar menghadapi aneka macam ‘rayuan atau godaan setan’ yang menggejola dalam diri sesama dan saudara-saudari kita: dalam dan dengan iman kita akan mampu mengatasi aneka tantangan dan hambatan, sebagaimana telah dihayati oleh Fransiskus Xaverius dalam perjalanannya mengelilingi dunia sambil mewartakan Kabar Baik.
  • “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16), demikian kesaksian Paulus kepada umat di Korintus, kepada kita semua orang beriman. Injil adalah Warta Gembira, maka memberitakan Injil berarti memberitakan warta gembira, apa yang menggembirakan dan menyelamatkan atau menyejahterakan. Siapapun yang tidak memberitakan apa yang menggembirakan alias aneka macam bentuk kejahatan atau penyelewengan pasti akan celaka, tidak perlu dihukum ia sudah terhukum dengan sendirinya, antara lain semakin dijauhi oleh sesamanya atau saudara-saudarinya. Marilah kita saling berlomba dalam menggembirakan sesama atau saudara-saudari kita di mana pun dan kapan pun, tanpa pandang bulu, SARA, usia, pangkat atau kedudukan, dst. Jika kita mampu menggembirakan orang lain hendaknya juga tidak menjadi sombong, melainkan tetap rendah hati, karena apa yang kita lakukan atau berikan kepada orang lain  tidak lain adalah kasih karunia Allah yang telah kita terima secara melimpah ruah. Memang agar kita dapat menggembirakan orang lain diri kita sendiri harus gembira, ceria, dan selamat. Tidak ada alasan untuk tidak gembira karena kita telah menerima kasih karunia Allah secara melimpah ruah melalui sesama atau saudara-saudari kita. Kegembiraan dan keceriaan diri kita pada dasarnya sudah bersifat misioner, karena siapapun yang melihat atau hidup bersama dengan orang gembira pasti akan tergerak atau termotivasi untuk ikut bergembira juga. Jika kita gembira dan ceria kiranya akan tahan terhadap aneka macam jenis serangan virus penyakit dan dengan demikian kita tetap sehat wal’afiat, damai sejahtera, gembira, serta ceria.


“Pujilah TUHAN, hai segala bangsa, megahkanlah Dia, hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya!” (Mzm 117)

 

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting