Print
Hits: 4857

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

"Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.” (Mat 21:28-32)


 
Berefleksi atas bacaan di atas saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

  • Para pejabat tinggi atau wakil rakyat dll., ketika sedang mengangkat sumpah jabatan dengan lantang dan tegas berjanji untuk mengabdi atau melayani rakyat, namun dalam pelaksanaan kerja sehari-hari sering lebih mengabdi atasan atau pejabat daripada rakyat. Sebaliknya entah secara pribadi atau organisatoris, yang pada umumnya adalah rakyat biasa, tanpa bersumpah mereka dalam pelayanan atau kesibukan sehari-hari senantiasa hidup bersama dan demi rakyat, terutama yang miskin dan berkekurangan. Erosi sikap mental atau penghayatan sumpah jabatan mulai memudar pada umumnya terjadi ketika didekati oleh para konglomerat atau pengusaha yang kaya raya, dan demikian terjadilah kolusi antara pejabat dan pengusaha untuk saling memperkaya diri dan melupakan kepentingan rakyat atau orang kebanyakan. Maka  benarlah apa yang disabdakan oleh Yesus bahwa “sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Para pemungut cukai atau pegawai pajak dan perempuan sundal alias pelacur sering harus bertindak tidak sesuai dengan aturan atau tatanan hidup yang berlaku karena terpaksa, mereka bertindak demikian karena memperoleh tekanan dari atasan/pejabat tinggi atau menjadi korban pelecehan seks oleh mereka yang berduit/kaya akan uang. Maka mereka ketika ada kesempatan dan kemungkinan untuk bertobat atau memperbarui diri lebih mudah daripada para pejabat tinggi. Keunggulan hidup beriman atau beragama terletak dalam penghayatan atau pelaksanaan bukan dalam omongan atau upacara formal/liturgis. Marilah membuka hati, jiwa, akal budi, dan tubuh atau tenaga kita terhadap ‘tawaran-tawaran jalan kebenaran’ yang mendatangi atau disampaikan kepada kita melalui berbagai kesempatan. Ketika ada tawaran untuk berbuat baik, tanpa pikir panjang atau diskusi, hendaknya langsung dilaksanakan atau dikerjakan.
  • “Di antaramu akan Kubiarkan hidup suatu umat yang rendah hati dan lemah, dan mereka akan mencari perlindungan pada nama TUHAN” (Zef 3:12). Kutipan ini kiranya baik menjadi permenungan atau refleksi kita. Marilah kita buka ‘mata’ kita untuk melihat umat atau saudara-saudari kita yang rendah hati dan lemah, antara lain para pembantu rumah tangga atau pengemis, yang memang sedang ‘mencari perlindungan pada nama Tuhan’  melalui siapa pun yang baik dan murah hati. Dengan kata lain kita semua dipanggil untuk menjadi ‘pemurah’ yaitu orang yang memiliki “sikap dan perilaku yang murah hati, pengasih dan penyayang” (Prof Dr. Edi Sedyawati/edit: Pedoman Penanaman Budi Pekerti Luhur, Balai Pustaka-Jakarta 1997, hal. 21). Murah hati berarti menjual hatinya dengan harga murah alias senantiasa memberi perhatian kepada siapa pun, terutama yang lemah, miskin, dan berkekurangan. Kemurahan hatinya diwujudkan secara konkrit dengan memberi sapaan, sentuhan, ciuman, makanan atau minuman, pakaian dst., sesuai dengan apa yang sungguh dibutuhkan oleh mereka yang lemah, miskin, dan berkekurangan. Marilah menjadi ‘tangan-tangan Tuhan’ dengan mengulurkan kasih dan bantuan kepada mereka yang sungguh membutuhkan: pertama-tama dan terutama mereka yang dekat dengan kita, entah dalam satu keluarga, kampung/RT/RW atau lingkungan tempat kerja, dst. Hendaknya juga jangan menjadikan mereka yang lemah dan miskin untuk memperkaya diri, yang sering dilakukan oleh aneka paguyuban atau organisasi: menjadikan orang lemah dan miskin untuk mencari proyek bantuan dan setelah bantuan diterima dinikmati sendiri dan tidak diteruskan kepada mereka yang berhak.

 

“Tunjukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan TUHAN mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya  Wajah TUHAN menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi. Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya” (Mzm 34:6-7.17-18)