User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Berbagi: Sebuah Urgensi

Menelusuri alur renungan ini, maka kita tidak hanya sampai pada penegasan prinsip imani kita dan pembaruan butir-butir iman kita itu  akan Natal, Kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat. Mestinya ada suatu tindak lanjut dari pemaknaan imani akan Natal Yesus itu. Rasul Yakobus mengatakan: “iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yak 2:26). Hal ini menuntut suatu konsistensi dalam hidup antara perkataan dan perbuatan, antara iman dan penghayatan, maksudnya apa yang kita imani itu kita wujudkan, kita hayati dalam kehidupan harian kita. Menyadari kecenderungan dan kelemahan kita, kita perlu selalu menyikapi secara kritis seruan ini  do more talk less.

Pemikiran-pemikiran di atas mendorong dan memotivasikan kita untuk “berbagi”, satu dimensi sentral dari misi kita. Pepatah Perancis mengatakan: Noël, c’est partager. Maksudnya, Natal itu artinya membagi (berbagi). Ini mengingatkan kita bahwa kita sudah menerima secara cuma-cuma dari Tuhan maka kita diajak membagikan pula dengan cuma-cuma apa yang kita terima dari Tuhan itu. Kita dapat memahaminya bahwa ini merupakan sebuah cambuk penyemangat bagi kita umat beriman untuk memberi dengan gratis atau berbagi  kepada sesama dengan cuma-cuma karena kita sudah menerima secara gratis pula. Inilah makna Natal dan sekaligus misi kita baik secara intern maupun secara ad gentes melampaui batas-batas agama, suku dan budaya. Bahwa kita telah menerima Yesus secara cuma-cuma dan sudah tiba waktunya, dan saatnya giliran kita membagikan Yesus yang sama secara cuma-cuma pula kepada sesama.

Tidak ada sesuatu yang lebih indah, lebih penting dan lebih mendesak dari pada membagikan secara cuma-cuma kepada sesama apa yang kita peroleh dari Allah, yakni Yesus: kasih Allah dan Firman yang menjelma itu. Kita yang sudah menerima karunia iman dari Tuhan terdorong mengomunikasikan iman yang sama itu kepada sesama; kita yang sudah mendapat rahmat keselamatan dari Allah, disemangati menularkan rahmat keselamatan yang sama kepada sesama. Yesuslah inti dari pewartaan. Sabda Yesus, pengajaran-Nya dan tindakan penyelamatan-Nya menjadi isi dari kesaksian dan pelayanan kita.

Misi Evangelisasi Gereja merupakan jawaban terhadap seruan Maranatha datanglah, ya Tuhan Yesus yang patut bergema dari setiap mulut umat beriman sepanjang sejarah hidupnya dalam bingkai sejarah keselamatan. Saya mengutip Visi dan Misi CSE, Putri Karmel, dan KTM yang berbunyi: “Dalam kuasa Roh Kudus, mengalami dan menhayati sendiri kehadiran Allah yang penuh kasih dan menyelamatkan sampai pada persatuan cinta kasih serta membawa orng lain pada pengalaman yang sama.” Kebenaran yang menghidupkan, yang menjadi daging dalam diri Yesus terus mengobarkan hati setiap orang yang menerima dan mengakuinya dalam cinta kasih. Hal ini pun patut dibagikan kepada sesama secara gratis. Dalam perayaan Natal kita menyadari bahwa Allah mendekatkan diri, menyatakan kasih-Nya bahkan memberi diri-Nya bagai sebuah hadiah. Dan sikap kita, mula-mula adalah memberikan apresiasi dalam bentuk pujian dan syukur, lalu menerima hadiah itu dengan penuh cinta kasih dan iman serta berbagi dengan yang lain. Dalam hal ini Maria Bunda kita menjadi model yang tidak ada bandingannya bagi misi Evangelisasi. Bunda Maria tidak menyampaikan ide atau gagasan kepada kita melainkan Ia mengkomunikasikan Sabda yang menjelma. Maka pada kesempatan mengambil bagian dalam perayaan Natal kita boleh merasakan “kegembiraan membagi” baik Allah yang membagi maupun umat beriman yang juga berbagi kepada sesama apa yang diterimanya dari Allah. Inilah kabar gembira bagi kita semua. Allah begitu mencintai kita sehingga memberikan Putra-Nya agar dunia diselamatkan oleh-Nya.

 

Penutup

Manusia selalu dalam peziarahan. Dan pada kodratnya, manusia terus-menerus mencari Allah. Diimani bahwa Allah mewahyukan diri-Nya bagi manusia, maka manusia selalu berjuang untuk menemukan Allah, mengalami Kasih-Nya. Untuk sampai pada pengalaman akan Kasih Allah yang dihadirkan oleh Yesus Kristus, manusia mempertaruhkan  seluruh usahanya, dan Allah pun menolong manusia dengan kuasa dan rahmat-rahmat-Nya. Saya meyakini bahwa seorang manusia tidak akan pernah puas dalam hidupnya hanya bila ia sudah berjumpah dengan Allah. Santa Edith Stein menulis: “Setiap orang yang mencari kebenaran, pastilah mencari Allah, entah disadari entah tidak.” Allah mendekati kita dan mewahyukan diri-Nya kepada kita oleh karena Cinta Kasih-Nya kepada kita semua. Allah membuka diri-Nya dan seakan-akan menempuh sebuah perjalanan dari “keabadiaan” menuju “Firman menjadi manusia” yang adalah Wahyu yang paripurna dalam Yesus Kristus. Allah hadir di tengah-tengah kita dan selalu menyertai kita. Maka, melalui Yesus Kristus, Allah yang “tidak kelihatan dan jauh menjadi kelihatan dan dekat” dengan kita umat-Nya. Tujuan dari semuanya itu supaya manusia memperoleh keselamatan.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting