User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

Article Index

Dengan sikap batin demikian, tidak mungkinlah bagi seorang yang bersemangat miskin untuk menghakimi orang lain. Sebaliknya, ia akan dengan mudah menerima orang lain apa adanya dan dengan cepat memaafkan orang yang bersalah kepadanya sebab ia tahu bahwa dirinya belum tentu berbuat lebih baik daripada orang itu apabila dihadapkan kepada suatu situasi yang sama.

Sebagai buahnya, ia akan mengenyam kedamaian dalam hati dan tidak akan kehilangan damai tersebut dalam keadaan sesulit apa pun, dalam hubungan dengan sesama yang serumit apa pun dan dalam menghadapi tuduhan sekeji apa pun terhadapnya.

Seorang yang bersemangat miskin akan bersikap realistis dan selalu siap menerima kenyataan apa pun yang dihadapinya, misalnya: seorang ibu yang dapat menerima dengan hati yang tabah dan tetap berserah kepada Tuhan ketika mendengar hasil diagnosis dokternya bahwa ia menderita kanker rahim dan tidak mungkin dapat mempunyai anak lagi, atau seorang gadis yang tidak putus asa saat mendengar bahwa kedua orang tuanya meninggal dunia akibat kecelakaan pesawat terbang, atau seorang bintang film yang mulai kehilangan popularitasnya karena usianya yang semakin lanjut, sebaliknya ia segera mencari ladang pencaharian baru di bidang lain. Bila contoh-contoh di atas terlalu spesifik, kita bisa melihat beberapa pertanyaan refleksi yang bersifat umum, misalnya: apa sikap Anda saat melihat mulai muncul keriput pada wajah Anda? apa yang akan Anda lakukan ketika mendapati kenyataan bahwa Anda kehilangan pekerjaan? Apa tindakan Anda ketika apa yang Anda dapatkan tidak sesuai dengan yang Anda harapkan sebelumnya?

Orang yang bersemangat miskin tidak akan lari dari segala kenyataan hidup. Ia tidak akan mencari kompensasi atau hiburan lain, melainkan ia akan berusaha bangkit kembali dengan mata tetap tertuju kepada Allah, Pemberi hidup. Ia tidak akan mengambil sikap-sikap seorang pecundang, sebaliknya ia akan bertindak ksatria dengan tidak menyerah kepada keadaan. Segala kesulitan dan masalah tidak akan membawanya kepada perasaan tertekan, frustrasi, yang pada akhirnya akan menyeret orang kepada keputus-asaan, sebaliknya ia akan tetap berpegang teguh pada imannya akan Allah yang turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihiNya (bdk. Rm.8:28). Sumber dari kekuatannya adalah cinta kasih Allah sendiri yang menjiwainya. Contoh orang seperti ini yang paling jelas dalam Kitab Suci adalah Ayub. Mendapati kenyataan bahwa ia telah kehilangan seluruh hartanya, bahkan semua anaknya, ia tidak kehilangan sandaran, bahkan dengan penuh iman ia sanggup berkata, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” (Ayb.1:21b) Sekilas ini tampak sama sekali tidak masuk akal. Bagaimana mungkin ia dapat berkata “Sesantai” itu setelah mendengar kabar kematian anak-anaknya, tetapi jika kita lihat kembali kepada makna sesungguhnya dari kata-katanya, sungguh betapa benarnya Ayub!

Dengan penyerahan diri yang total, orang yang bersemangat miskin juga akan senantiasa bergembira di dalam Tuhan. Ia sadar bahwa ia tidak pernah berjuang sendirian. “Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.” (Mzm.23:4) “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, dan yang daunnya tetap hijau, yang tidak kitatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yer.17:7-8)

Dalam kemiskinan hatinya, Allah masuk ke dalam hidupnya, mengulurkan tangan-Nya untuk mewujudkan rencana-rencana yang penting dalam hidupnya. Dengan kesadaran akan penyertaan-Nya dalam hidup, sang musafir tidak akan meragukan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya.

Si miskin telah bertemu dengan Tuhan. Ia tidak akan ragu-ragu lagi akan cinta kasih dan pertolongan tangan-Nya. Harapannya tidak akan berkarat, kepercayaannya tidak akan pernah pudar dan cinta kasihnya tidak akan kehilangan cahaya di dalam Tuhan, kekuatan dan perisainya (bdk. Mzm.28:7). Ia tidak takut akan hari esok sebab ia telah memiliki Kerajaan Allah itu dalam dirinya (bdk. Mat.5:3; Mat.6:33-34).

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting