User Rating: 4 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Inactive
 

Semua karunia yang dimiliki manusia bersumber dari Roh Kudus. Santo Paulus dalam suratnya yang pertama kepada umat di Korintus pasal 12:7-10 menyebutkan rupa-rupa karunia tetapi satu Roh. Karunia Roh Kudus yang dicurahkan kepada manusia tidak terbatas pada apa yang telah disebutkan oleh Santo Paulus dalam perikop tersebut, melainkan masih begitu banyak karunia yang dicurahkan kepada manusia.

Roh Kudus mempunyai peranan yang besar dalam seluruh perkembangan Gereja. Hal ini tampak dalam hidup dan karya pelayanan Gereja Awali yang memperlihatkan peranan Roh Kudus yang begitu besar. Para murid Kristus begitu bersemangat dan dengan penuh keyakinan serta berani mewartakan bahwa Yesus adalah Tuhan, dan dalam Nama-Nya kita diselamatkan berkat karya Roh Kudus. Karunia Roh Kudus memainkan peranan yang sangat penting bagi tugas perutusan yang dipercayakan Kristus kepada para murid-Nya.

Dalam karya pewartaan dewasa ini, Gereja sangat membutuhkan karunia-karunia Roh Kudus dan Roh Kuduslah yang membantu kita dalam segala kelemahan sehingga kita mampu melakukan apa yang pernah dilakukan oleh para murid Kristus dahulu. Melalui karunia-karunia-Nya Roh Kudus turut bekerja dan menjiwai siapa saja yang ikut ambil bagian dalam karya keselamatan Tuhan. Melalui karunia-karunia Roh Kudus ini Tuhan dapat dialami, bahkan dalam arti tertentu dapat “diraba” orang dan hal ini akan membuat orang mudah percaya sehingga menyerahkan diri seutuhnya kepada-Nya. Karunia-karunia Roh Kudus itu juga yang memperlengkapi para kudus dalam karya pelayanan yang Tuhan percayakan kepada mereka. Dalam suratnya kepada umat di Korintus, Santo Paulus juga menghimbau kepada umat beriman untuk mengusahakan diri agar dapat memperoleh karunia-karunia Roh Kudus (bdk. 1Kor 12:31; 14:1).

Kita mengakui bahwa masih banyak orang yang tertutup terhadap karunia-karunia Roh Kudus. Bahkan dalam tubuh Gereja sendiri dewasa ini, bagi kebanyakan orang, Roh Kudus masih merupakan Pribadi yang asing dalam hidup mereka. Sadar maupun tidak sadar seringkali Roh Kudus tidak diberi tempat yang semestinya dan bahkan tidak dikenal. Oleh karenanya seringkali Roh Kudus disebut sebagai Allah yang tidak dikenal. Hal ini bertentangan dengan kehidupan Gereja Awali. Dalam kehidupan gereja awali, kuasa Roh Kudus begitu hidup dan nyata dalam kehidupan mereka dan segala karunia-Nya sungguh sangat berkembang.

Dengan mengutus Roh Kudus, Yesus menggenapi janji-Nya kepada para rasul, “Lihatlah, Aku mengutus kepadamu apa yang dijanjikan Bapa, tinggallah di dalam kota sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa yang di atas” (bdk. Luk 24:49). Kepada umat di Korintus, Santo Paulus telah memberi kesaksian, “Aku sendiri telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar, baik perkataan maupun pemberitaanku tidak kusampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan pernyataan dan kekuatan Roh.”

Di dalam Gereja dewasa ini pada umumnya ada semacam keyakinan bahwa hidup yang dipenuhi Roh Kudus bukanlah untuk kita orang-orang Kristiani biasa ini melainkan hanya untuk para kudus saja. Kiranya gambaran inilah yang menjadi sebab mengapa dalam Gereja terdapat begitu banyak kesuaman. Gereja tampaknya begitu tidak berdaya, tidak memiliki gairah dan semangat hidup, tidak menunjukkan kuasa yang ada seperti dalam Gereja Awali.

Dahulu orang begitu takut akan iluminisme. Akan tetapi, kebijaksanaan yang terlalu manusiawi akhirnya memadamkan api Roh Kudus, serta menyingkirkan dan membuang kuasa Roh Kudus dari hidup orang Kristiani. Seorang Kristiani yang sejati harus membuang segala ketakutan dan membuka hati terhadap kuasa dan karunia-karunia Roh Kudus untuk membangun Gereja-Nya.

Paulus menunjukkan dengan jelas bahwa Roh Kudus menghendaki agar masing-masing dari kita melaksanakan amanat Kristus, yaitu mewartakan Injil-Nya menurut karunia-karunia yang Tuhan percayakan kepada kita serta dengan kemampuan yang ada; ada yang dengan cara berkotbah atau membagikan pengetahuannya, melalui kata-kata dan tindakan yang membangun orang lain, yang lain lagi dengan cara membuat mujizat sehingga orang menjadi tertegun akan karya Tuhan dan percaya kepada-Nya.

Dalam kerangka ini orang Kristiani diperkaya oleh Roh dan dapat melihat karya roh dalam diri sejumlah orang yang diperlengkapi oleh Roh dan dalam diri orang yang diberi karisma untuk memimpin dalam melayani sesama. Hal ini telah terungkap dalam hidup para nabi. Setiap nabi dan utusan Tuhan mengingatkan manusia akan kehadiran dan karya Roh Kudus dalam dunia. Betapapun gelap situasinya, betapapun banyak kesulitan yang menghimpit, mereka dipanggil untuk menafsirkan arah hembusan Roh Allah. Mereka itu diberi karunia kemampuan untuk melayani Tuhan dalam diri sesama. Namun, banyak orang yang sulit untuk menangkap dan mengerti pesan para nabi karena kedegilan hati para pendengarnya. Kedegilan itu menyebabkan orang salah menangkap maksud terdalam dari ucapan-ucapan kenabian atau bahkan tidak mendengar sama sekali. Oleh karena itu, dihadirkan seorang Dominikus yang mewartakan ajaran iman yang tepat dan jelas sehingga orang dapat menangkapnya. Dinantikan kedatangan Fransiskus dari Asisi untuk mengerti bahwa kekayaan itu bukan pegangan dasar hidup manusia guna memperoleh keselamatan kekal. Juga diperlukan pelayanan Ibu Teresa dari Calcuta yang memperlihatkan solidaritas manusia bagi saudara-saudari yang secara fisik menderita. Semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang satu dan sama.

Karunia Roh Kudus memampukan kita untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi umat-Nya serta dapat menjawab kebutuhan umat. Roh Allah selalu hadir atas orang yang mau dipakai Tuhan dalam karya-Nya. Allah berkarya melalui mereka. Dalam pewartaan-Nya Roh Kudus adalah jaminan bahwa Yesus sungguh menyampaikan Firman Allah “Siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan Roh-Nya dengan tidak terbatas” (Yoh 3:34).

Oleh Nabi Yoel disampaikan firman Tuhan, “Kemudian daripada itu akan terjadi bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, taruna-tarunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan juga ke atas hamba-hambamu laki-laki dan perempuan akan kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu” (Yoel 2:28-29). Jemaat Kristiani perdana yakin bahwa nubuat itu terpenuhi ketika Roh Kudus turun atas mereka pada hari Pentakosta (bdk. Kis 2:16-17).

Roh Allah memakai manusia untuk mewartakan kerajaan Allah. Hal ini membutuhkan keterbukaan dan kesedian manusia untuk melayani sesama. Pelayanan melalui hidup bersama dan saling melayani, membantu orang untuk menemukan Allah dalam dirinya sendiri. Di sanalah ia menemukan sebuah rahasia yang tidak terpahami, yakni bahwa Allah hadir dalam sejarah manusia. Roh mau membantu manusia untuk memahami kesatuan kasih kepada Allah dan kepada manusia.

Roh adalah juga kekuatan perubahan yang mengalahkan maut. Roh, yang tinggal dalam hati setiap manusia, tidak meninggalkannya pada saat kematian tetapi memasukkannya ke dalam proses perubahan kepada hidup abadi. Semua pelayanan yang dibimbing oleh Roh Kudus selalu mengarah kepada satu tujuan, yaitu untuk memperoleh kehidupan kekal yang telah disediakan Bapa bagi mereka yang percaya kepada-Nya melalui Yesus Kristus Tuhan kita.

Perutusan Kristus dan Roh Kudus terlaksana di dalam Gereja, Tubuh Kristus dan kenisah Roh Kudus. Perutusan bersama ini membuat umat beriman masuk ke dalam persekutuan Kristus bersama Bapa-Nya dalam Roh Kudus. Sesuai dengan hakikatnya dan dalam semua anggotanya, Gereja itu diutus untuk mewartakan misteri persekutuan Tritunggal Mahakudus.

Oleh karena Roh Kudus adalah urapan Kristus, maka Kristus, Sang Kepala Tubuh, memberikan Roh Kudus kepada anggota-anggota-Nya untuk memelihara mereka, menyembuhkan mereka, menyelaraskan mereka dalam fungsinya yang berbeda-beda, menggairahkan mereka, mendorong mereka untuk memberi kesaksian, dan mengikutsertakan mereka dalam karya keselamatan umat manusia.

Yohanes Pembabtis menubuatkan pelayanan Yesus akan meliputi pembabtisan “dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat 3:11). Hal ini dihubunkan dengan puncak pelayanan Yesus dalam kematian dan kebangkitan-Nya. Hubungan ini dinyatakan dalam Yohanes 7:39 “Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.” Ini memberi kepada kita kunci pengertian akan pelayanan Roh Kudus menurut Perjanjian Baru, yakni hubungan yang erat antara pelayanan Roh Kudus dan pemuliaan Yesus. Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah kedatangan Kerajaan Allah ke dalam sejarah manusia yang dimulai oleh kemenangan Yesus. Inilah alasan Yesus untuk menyatakan bahwa jika Ia tidak pergi maka Roh Kudus tidak akan datang (Yoh 16:7). Jikalau Ia tidak pergi kepada Bapa (Yoh 14:5,12) dalam kematian, kebangkitan, dan kenaikan maka Roh Kudus tidak dapat turun kepada para murid untuk menjadi penolong dan bersaksi kepada dunia melalui mereka. Dengan kata lain, pencurahan Roh Kudus ke atas Gereja dan dunia yang pertama-tama diungkapkan pada hari Pentakosta bergantung sepenuhnya pada kemenangan Yesus (Yoh 7:39).

Pemberian-pemberian Roh Kudus merupakan buah kemenangan Kristus. Oleh karena itu, Roh Kudus adalah yang menetapkan hasil-hasil kemenangan Kristus yang dicapai melalui hidup, kematian dan kebangkitan Yesus ke dalam hidup umat Allah. Dalam hal ini pelayanan Roh Kudus dapat diartikan sebagai semacam “tumpahan” dari tahta Allah, dari berkat-berkat yang diperoleh Kristus demi orang berdosa. Pengertian demikian membawa dampak yang penting, antara lain digarisbawahi kebodohan setiap usaha untuk memisahkan karya Roh Kudus dari karya Kristus. Pernyataan Roh (1Kor 12:7), yaitu karunia-karunia-Nya, harus dihubungkan dengan upaya yang melampaui segala upaya lain untuk memuliakan Allah dalam Yesus Kristus (1Kor 12:3-6). Jikalau tidak, maka karunia-karunia itu sama sekali tidak sesuai dengan Alkitab yang diilhami oleh Roh Kudus dan dapat merusak atau melawan tugas seorang Kristiani untuk memuliakan Allah dengan membawa Injil dan membangun umat-Nya.

Bagaimana kita dapat terus bertumbuh dalam karunia-karunia-Nya? Agar dapat bertumbuh kita harus memahami inti pengalaman Kristiani tentang Roh Kudus. Inti pengalaman Kristiani tentang Roh Kudus adalah bahwa Ia membawa orang percaya ke dalam hubungan yang hidup dengan Yesus Kristus. Seluruh pengalaman Kristiani difokuskan pada pemberian satu-satunya dari Allah ini melalui Roh Kudus, yaitu persatuan dengan Kristus. Dalam persatuan inilah kita akan tumbuh dan berkembang dalam segala karunia-karunia Roh Kudus. Untuk mencapai kesatuan itu maka perlu:

  • Menjalankan kehidupan doa yang mendalam.
  • Dengan kesungguhan hati berusaha mencari kehendak Allah.
  • Percaya bahwa Tuhan akan membantunya dalam membeda-bedakan roh.
  • Menyadari akan perlunya ketajaman membeda-bedakan roh dan menerima kemungkinan tertipu atau salah dalam mengambil keputusan.
  • Mencari nasihat orang lain, khususnya orang yang tidak setuju dalam suatu masalah atau yang melihat itu dengan cara lain.
  • Mempelajari ajaran-ajaran Gereja mengenai kehidupan rohani.
  • Belajar dari mereka yang sudah lebih lama terlibat dalam kehidupan rohani dan bila mungkin mempunyai seorang pembimbing rohani.

Dalam mempergunakan karunia tersebut kita mempergunakannya dalam kesatuan dengan orang lain yang memiliki karunia tersebut, artinya dalam kesatuan dengan seluruh umat Allah, sebab di situlah terletak kesatuan hidup Roh Kudus yang tak bisa sesat.

www.carmelia.net © 2008
Supported by Mediahostnet web hosting